Pemandangan yang pertama kali Austin lihat saat membuka pintu kamar itu adalah lukisan aneh yang digantung di dekat nakas. Austin melangkah masuk untuk menemukan sebuah tempat tidur.
Ketika kakinya maju selangkah, ia terdiam. Punggung yang dibalut kemeja putih itulah satu-satunya pemandangan yang ia temukan. Sedangkan tubuh Devlin berbaring di baliknya sehingga membuat Austin tak bisa melihatnya.
"... tak menyangka dengan pertemuan ini." samar-samar Austin mendengar suara pria asing itu.
Tak lama terdengar suara kekehan lembut. Austin tak mampu mendengar perkataan apapun lagi karena ia melangkah mundur dan malah menabrak sesuatu hingga benda itu terjatuh. "Shit."
"Siapa itu?" Leon menoleh dan segera berdiri.
Buru-buru Austin menunjukkan diri dan memasang ekspresi cengar-cengir membuat Leon mengernyit keheranan.
"Kau siapa? Kenapa kau masuk kesini dengan sembarangan?" tanya Leon tajam.
"Aku--" Ucapan Austin terpotong saat mendengar namanya di panggil.
"Kau?" Devlin menggeser tubuh Leon dan menatap Austin dengan bingung sekaligus tajam. Kehadiran pria itu disini tentu saja membuatnya bertanya-tanya terlebih lagi semenjak berita kecelakaan pesawat tersebut, tak ada yang tahu selain ayahnya bahwa ia masih hidup.
Berdiri dalam keadaan canggung, Austin menggaruk pelipisnya. "Aku.. mencarimu dan menemukanmu disini."
"Kau memata-mataiku?" tanya Devlin datar.
"Tidak, maksudku, uhm, kau tahu berita tentang kecelakaan pesawat waktu itu--"
Leon segera maju dan menutupi Devlin lagi, menatap pria aneh itu. "Kau ini siapa? Sudah sembarangan masuk kamar orang, lalu berbicara aneh tentang pesawat--"
"Leon," Devlin memegang lengan Leon. Lelaki itu menoleh. "Sudahlah."
"Kau mengenal pria aneh ini?" tanya Leon pada Devlin.
Kata 'pria aneh' yang dilontarkannya membuat Austin kesal. Siapa sih pria ini? Sembarangan di kamar berduaan dengan gadis pujaan hatinya lalu bersikap seolah kekasih posesif.
"Yah.." Devlin mengangkat bahunya. "Begitulah.."
Leon menghela napas pendek lalu sedikit menyingkir ke tepi ranjang seraya bersidekap. Namun ekspresinya terlihat memicing curiga ke arah Austin.
"Maafkan aku, Dev." kata Austin dengan wajah sedih.
Devlin membuang napas kasar seraya bersidekap. "Kau kemari hanya untuk mengatakan itu? Lagipula maaf untuk apa?"
"Kau tahu saat kita berada di apartemenku--"
"Tunggu, kau sudah--?" Leon kembali memotong perkataan Austin membuat pria itu menggertak kesal sedangkan Devlin melotot kearah Leon membuat Leon mau tak mau kembali mengunci bibirnya.
"Sudahlah lagipula aku sudah lupa dengan kejadian itu."
"Benarkah? Apakah kau memaafkanku?" tanya Austin dengan penuh harap.
Kepala Devlin mengangguk. "Iya iya." Lagipula jika Devlin tidak mengiyakan hal itu, maka Austin akan terus mendesaknya sampai akhir. Tahukah kalian kalau itu sangat merepotkannya?
"Terima kasih Dev!" Austin tersenyum lebar dan segera memeluk Devlin membuat gadis itu terkejut begitupula dengan Leon yang segera bertindak.
"Eits lepaskan! Jangan asal memeluk Devlin!" sergah Leon setelah berhasil melepaskan kedua orang itu.
Meskipun pria asing yang menjengkelkan itu mengganggu waktunya tapi Austin merasa sangat senang karena sepertinya gadis itu sudah tidak marah perihal 'ciuman paksa' di apartemennya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1
RomanceYOUNG-ADULT 17+ *BOOK1 ON MILLANEZ SERIES* Rank #73 dalam Percintaan (31/07/2019) Rank #68 dalam Percintaan (03/08/2019) Rank #62 dalam Percintaan (05/08/2019) Rank #3 dalam Aksi (20/06/2021) Ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis cantik, jeniu...