Sekali Satu Tim, Selamanya Adalah Tim!

312 22 12
                                    


Kang Kwonjoo mengambil langkah mundur. Ia tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Potongan tangkapan layar yang diperbesar dari rekaman kamera pengawas Bandar Udara Gimpo menunjukkan sosok wanita berbalut jas hujan hitam yang melihat langsung ke arah kamera. Bibir yang dilapisi gincu merah membentuk senyum percaya diri, mata yang berhias eyeliner hitam menatap tajam, wajah yang sama persis dengan Direktur Pusat Layanan Darurat Kepolisian Vimo (sehari lalu, masih Kepolisian Poongsan) terlindungi tudung dan menciptakan bayangan.

Bagaimana bisa? Sedangkan dirinya pada waktu kejadian tengah berada di balik meja, memberi instruksi pada petugas di lapangan. Ia merogoh saku mantel biru tua yang dikenakan, bermaksud mengambil alat komunikasi yang belum tersentuh sejak mendarat, dua jam yang lalu.

Namun unit khusus dari Departemen Kepolisian Los Angeles dengan sigap menodongkan senjata api, memberi perintah dengan suara keras, disusul bunyi kokang familiar yang mampir ke telinga Kwonjoo. Wanita itu masih berusaha menjelaskan bahwa sosok itu berbeda dengannya, bahwa hal ini adalah sebuah kesalahpahaman belaka, mungkin juga tipu muslihat agar orang-orang mengkambinghitamkan dirinya. Ia adalah polisi yang bertugas menyelamatkan dan melindungi masyarakat, bukan algojo apalagi malaikat kematian.

"Berdasarkan Undang-Undang Prosedur Kriminal Amerika, Kang Kwonjoo, Anda ditangkap karena telah membunuh warga negara Amerika pada 25 Maret. Jika Anda menolak bekerja sama maka kami dapat menembak, sesuai dengan Peraturan Federal Prosedur Kriminal. Berlutut." Inspektur Derek Cho menunjuk lantai dengan pistolnya, secara nonverbal memerintah Kwonjoo untuk mengikuti kata-katanya. "Berlutut!" Suaranya bergetar dikuasai amarah. Kedua rekannya bersiaga.

Situasi di koridor kantor Kepolisian Vimo berubah mencekam. 

Suara langkah lebar yang terburu sedikit mengalihkan fokus Kwonjoo. Telinganya yang sensitif mengenali irama ketukan yang diciptakan dari pertemuan sol sepatu dengan lantai. Detak jantungnya berubah tidak normal, napasnya terasa sesak. Ketika sosok bertubuh tinggi tegap itu menghadang pistol yang ditujukan kepadanya, Kwonjoo bisa merasakan dirinya terpaku, aliran darahnya berhenti, dan ujung-ujung jemarinya terasa dingin.

"Jadi seperti ini cara kerja polisi Amerika, menondongkan senjata kepada warga negara kami seenaknya!" 

Hardikan itu bagai pecut yang menyadarkan Ketua Tim Golden Time dari keterkejutannya. Namun tubuhnya masih tak mau bergerak. Suaranya seakan dikunci dalam dada. Pria yang punggungnya dibalut jaket denim itu berdiri kokoh di hadapan Kwonjoo. 

"Bukti apa yang kalian miliki sampai bersikap congkak di negara orang?! Jika tuduhan kalian tidak terbukti benar, kami akan mendesak pihak kedutaan agar kalian angkat kaki saat ini juga!" Ucapannya yang kasar memancing raut kesal dari rekan Inspektur Derek Cho yang berpenampilan klimis, Chad.

"Jika Anda menghalangi kami, Anda juga akan kami amankan karena dianggap menghalangi penyelidikan." ujar Chad, tak gentar. Tangannya siap menarik pelatuk jika kaptennya memberi sinyal. "Rekaman CCTV jelas menunjukkan Inspektur Kang Kwonjoo berada di Bandar Udara Gimpo pada malam kejadian. Kesaksian dari Kapten kami akan membuktikan semuanya."

Pria berjaket denim yang separuh wajahnya terhalang bayangan dari topi baseball itu tak terpengaruh dengan gertakannya. Menurut Chad, orang ini salah pilih lawan. Hasil penyelidikan dari Departemen Investigasi Teroris sudah pasti akurat dan dapat menjadi bukti tak terbantahkan untuk menyeret perempuan yang menjadi terduga pelaku ke dalam mimpi buruk yang ia ciptakan sendiri. 

Kedua tangan pria berjaket denim masih rileks di sisi tubuhnya. Caranya menghadapi unit khusus terkesan arogan di mata si Kapten yang berdiri di tengah-tengah.

"Bagaimana kalian menjelaskan ini, kalau begitu?" Pria itu melempar diska lepas berwarna hitam kepada Derek Cho, sengaja agak keras sehingga memantul ketika mengenai jasnya, sebelum jatuh ke lantai. "Kalian polisi, tapi menggunakan analisa mentah demi kepentingan pribadi!"

Hortensia Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang