Chaotic Duo

274 24 14
                                    


Detektif Park dan Detektif Goo berjalan beriringan menuju 'kantor' mereka di Kepolisian Poongsan, masing-masing mendekap rompi antipeluru usai menyelesaikan kasus code zero di pemukiman padat penduduk yang berada di timur kota. Pasangan suami istri yang sudah renta disekap di dalam gudang penyimpanan bawah tanah bersama briket yang dibakar. Mirisnya, pelapor yang juga tersangka utama, berencana memalsukan pembunuhan terhadap kedua orangtua angkatnya sebagai kecelakaan agar mendapatkan uang asuransi kematian. Andai Direktur Pusat Layanan Darurat, Kang Kwonjoo, tidak mendengar suara dari guci tempat penyimpanan kimchi yang berderak, pastinya peristiwa itu akan menjadi kejahatan sempurna.

"Dunia ini memang sudah gila," ujar Detektif Park, berapi-api. Tangannya bergerak-gerak, melepaskan kemarahan yang sudah ia tahan sejak duduk di belakang kemudi. "Sudah untung anak itu dirawat, diberi tempat tinggal, ditanggung kebutuhan hidupnya! Bukannya menjadi anak berbakti, malah berbuat keji seperti itu!"

Detektif Goo menggelengkan kepala, air mukanya prihatin. "Aku harap rumah sakit akan memberikan kabar baik," Ia mengusap wajahnya kasar. Air mata menggenang di pelupuk matanya, teringat orangtua sendiri yang tak lagi dalam kondisi prima. "Kurasa sepulang kerja aku harus menelepon ayah-ibuku." Tangan kanannya meraih kenop, memutarnya ke kanan dan memberi sedikit dorongan agar pintu terbuka lebar. Mengedarkan pandangan ke ruangan tersebut, Goo Gwangsoo tiba-tiba merosot jatuh, "A-A-ASTAGA ..!! HYUNGNIM!" pekikannya membuat sang rekan berjengit. "Astaga. Astaga. Aku pasti sudah gila!"

Park Joongki menepuk pipi kiri rekannya agak keras, berusaha menghentikan racauan yang tidak ia pahami. Ia mengikuti tangan Gwangsoo yang menunjuk lurus ke depan, tempat di mana seharusnya tidak ada seorangpun yang duduk di meja ketua tim lapangan. Lelaki tertua di tim lapangan itu terlonjak kaget, bokongnya mendarat cukup keras di lantai teraso yang dingin dan berdebu. Matanya membola seperti melihat penampakan di siang bolong.

Sementara itu, manusia yang menjadi pusat atensi para detektif Tim Golden Time hanya melongok dari balik komputernya, kemudian melanjutkan membaca laporan kasus yang sudah menumpuk di sisi kiri meja. "Kalau kalian sudah selesai, pergilah ke Pusat Layanan Darurat dan mintakan data terkait dokumen ini," Ia melempar map biru polos yang berisi Laporan Keuangan sebuah perusahaan farmasi ke meja bundar di tengah ruangan. "Dan juga, koordinasikan dengan Unit Jatanras terkait pelaku penganiayaan di bawah umur yang diamankan kemarin sore."

Melihat bahwa tak ada respon berarti dari bawahannya, Do Kangwoo, dengan setelan serba hitam yang menjadi ciri khasnya, menghampiri Park Joongki dan Goo Gwangsoo yang masih membatu bersisian di depan satu-satunya akses keluar-masuk ruangan. Ia berkancak pinggang, mata elangnya berkilat tajam, disusul decakan kesal.

"Hei, kalian tidak dibayar oleh rakyat hanya untuk duduk santai di sini. Apa perlu kuseret kalian keluar?!"

Kedua detektif yang dihardik tersentak. Tergagap, mereka segera melakukan apa yang diperintahkan, murni refleks tubuh. Jauh di kepala, mereka masih memproses fakta bahwa Do Kangwoo bernapas, segar bugar dan garang, sangat hidup, setelah dua tahun lalu dinyatakan tewas dalam operasi penyergapan Kaneki Masayuki. Saat duo detektif itu masuk ke ruangan berisi layar raksasa yang menampilkan peta kota Poongsan dan rekaman CCTV beberapa lokasi yang berganti dalam hitungan menit, mereka langsung menuju meja Agen Jin.

"Wow, Detektif Goo. Ini akan memakan waktu lama. Kalau situasinya mendesak, aku akan minta tolong agen lain juga," Respon Agen Jin sembari membolak-balik halaman dokumen setebal bata. Bagian yang memerlukan data tambahan sudah ditandai dengan post-it kuning, bahkan disertai rincian yang ditulis tangan. Agen Jin mengernyit. "Sepertinya ini bukan tulisan tanganmu, ya, Detektif Goo. Bukan tulisan tangan Detektif Park juga,"

Hortensia Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang