Chapter 21 - Hidayah.

6 2 0
                                    

Hidayah

"Tepat pada 28 Dzulqaidah 1441 Hijriyah hidayah pun Faghirah jemput dengan penuh tangis dan penyesalan atas apa yang telah terjadi pada dirinya, setelah melewati masa-masa jahiliyah selama perjalanan hidupnya (hinaan, ejekan) bahkan Faghirah pun melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat islam (jauh dari Sang Rabb)".

Tidak ada sebuah rencana dari dalam diri Faghirah untuk hijrah menjadi lebih baik saat itu. Dirinya seketika dimalam hari setelah bermuasabah diri kepada sang Rabb di sudut kamar tidur nya, sontak membuat Faghirah penuh tangisan dan penyesalan yang kerap kali menghampiri Faghirah, berupa ejekan, hinaan dan hal-hal yang tidak sesuai dengan impian Faghirah kerap kali terkubur seketika. 

Malam Itu tepat 28 Dzulqaidah 1441 hijriyah, setelah satu hari sebelumnya Faghirah bermuasabah diri atau merenungkan diri di sudut kamar tidur nya dengan mengingat-ingat kembali apa-apa saja yang telah Faghirah lakukan sedari kecil hingga usianya saat malam itu sudah kepala dua yaitu dua puluh tahun usia nya sudah dan dua puluh tahun itu lah Faghirah merenung. Awalnya Faghirah merenungkan hal yang selalu terbesit dihati dan pikiran nya.

"Mengapa, mengapa dan mengapa diriku tidak seberuntung teman-teman sebaya ku sedari kecil yang begitu bahagia sedang diriku selalu saja mendapatkan hinaan, ejekan, bahkan soal percintaan pun diriku lagi dan lagi tidak seberuntung layaknya seorang gadis perempuan yang mencintai seorang pria (berpacaran layaknya sang kekasih)" ujar Faghirah dengan dirinya dan sembari meneteskan air mata berseduh-seduh di sudut kamar tidur nya dengan mengenakan mukenah selepas shalat malam sembari memegang tasbih di jari jemarinya.

Seketika Faghirah mengingat perkataan dari salah satu saudara nya di kampus bernama Khaaliq. Khaaliq ini anak fakultas ilmu komunikasi satu angkatan dengan Rendi dan Aan saat itu. Dan kebetulan mereka bertiga masuk dalam organisasi islam yaitu IKMI dikampus pada tahun 2018, makanya mereka semua saudara Faghirah walaupun bukan saudara kandung. Mungkin panggilan saudara lebih sopan daripada panggilan antara senior dan junior. Dari semua laki-laki yang kerap kali memberikan nasihat ialah Khaaliq, ya walaupun nasihat tersebut sangat pedih yang dirasakan Faghirah  saat-saat Faghirah sedang galau tak menentu. Bahkan sampai-sampai Faghirah semula yang selalu mengenakan rok ketika dikampus berubah menjadi pakaian mengenakan levis ketat layaknya wanita-wanita kekinian. Tidak itu saja, Faghirah pun sempat menggunakan make up yang berlebihan. Padahal, sedari awal Faghirah masuk kuliah baru itulah dirinya berubah drastis hanya karena dirinya membanding-bandingkan dengan wanita diluaran sana yang cantik dan mudah mendapatkan sosok pria tampan yang dicintai oleh wanita tersebut. Ketika itulah Faghirah kerap kali mendapatkan nasihat yang berbau ledakan pedih dari Khaaliq saat itu.

"Woyy, Faghirah. Itu kasihan betis luh,  sempit banget tuh levis. Haha" sindir Khaaliq kepada Faghirah.

"Apaan sih, suka-suka orang lah" jawab Faghirah yang sedang galau tak menentu.

"Dibilangin susah banget si Kadal. Udah pakai lipstik merah begitu lagi, kayak ondel-ondel. Hahahaha" ejekan Khaaliq kepada Faghirah.

"Tau nih, Faghirah udah kayak apaan tau. Hahahaha" sahut Rendi teman sejoli Khaaliq saat itu.

"Yeh, dasar Kodok! Apaan sih luh Ren, ikut-ikutan ajah" sambung Faghirah yang sedikit geram ketika Rendi ikut-ikutan mengejek.

"Gara-gara luh tuh Ren semua. Luh sih, makanya muka jangan ganteng-ganteng amat napa, bagi-bagi ke gua gantengnya napa. Hahaha" sahut Khaaliq kepada Rendi.

Portrait Of Life A Muslimah [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang