09

38 12 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Tepat pada pukul dua dini hari, Afiyah membuka kedua matanya secara perlahan dan merasakan dinginnya AC menerpa kulit putihnya, pusing di kepalanya masih berbekas yang mungkin saja efek obat. Setelah semuanya berhasil dicerna oleh Afiyah, barulah ia sadar jika ia berada di rumah sakit yang tentu saja pastinya perbuatan keluarganya sendiri.

Ia melirik kesekitarnya dan tak mendapati siapapun, benar-benar kosong sehingga suara nafas Afiyah dapat ia dengar sendiri. Tangan kirinya terangkat untuk memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing lalu ia turungkan kembali, tenaganya masih lumayan lemah, dia sangat malas untuk bergerak sedikit saja.

Afiyah ingat betul sebelum ia benar-benar pingsan di kamar mandinya, ia sempat menangis dengan keras nan sepuasnya, menenggelamkan diri di bak mandi hingga tak sadarkan diri. Untung saja dia masih bisa selamat, jika tidak? Entahlah bagaimana keadaan kedua orangtuanya serta Minhyun.


CEKLEK


Suara pintu yang terbuka membuat fokus Afiyah teralihkan dan mendapati Jonghyun berjalan kearahnya sembari memegang segelas kopi instan yang mungkin saja dia beli di kantin atau supermarket mini depan rumah sakit.

Seketika terjadi hening, keduanya hanya saling menatap hingga Afiyah yang memutuskan kontak tersebut dengan cara memejamkan kedua matanya untuk kembali tidur. Ia terlalu lelah berhadapan dengan Jonghyun, jadi alangkah baiknya dia diam saja sampai pria itu benar-benar pergi meninggalkan ruangan ini.


“Kamu udah bangun?” tanya Jonghyun, namun tak diperdulikan oleh Afiyah.


Jonghyun menghembus nafasnya kasar lalu menarik kursi agar berdekatan tepat disamping ranjang milik Afiyah, mata tajam Jonghyun terus memandangi Afiyah yang seakan-akan enggan untuk berbincang dengannya. Jonghyun bisa paham bagaimana kesalnya Afiyah padanya.

Tangan kanan Jonghyun mengusap pelan punggung tangan Afiyah penuh hati-hati, jika boleh jujur, ia sebenarnya malu untuk menampakkan wujudnya dihadapan Afiyah tapi apa daya, dia harus disini agar keluarga Afiyah dan keluarganya tidak curiga apa-apa.


“Maaf,” lirih Jonghyun.


Mendengar kalimat tersebut spontan Afiyah membuka perlahan kedua matanya tapi tak menatap Jonghyun, ia tak bisa menatap kedua mata Jonghyun, jika ia menatapnya, bisa-bisa tembok yang dipasang dengan baik oleh Afiyah akan runtuh dalam hitungan detik.


“Aku tahu kalau aku udah nyakitin perasaan kamu, maaf, Fiyah.” ujar Jonghyun.


Afiyah mendesah berat, ia memejamkan sebentar kedua matanya dan kembali membuka kembali lalu menatap Jonghyun yang menampilkan ekspresi merasa bersalahnya. Jika pria itu memasang mimik seperti itu, bisa-bisa Afiyah yang merasa bersalah karena tak memperdulikannya.


“Berhenti minta maaf, kamu enggak salah apa-apa.” balas Afiyah.

Spontan Jonghyun mendongakkan wajahnya setelah mendengar suara Afiyah menghiasi gendang telinganya, “Ucapan aku tempo hari bikin kamu sakit hati, maafin aku,” ucap Jonghyun.

Kim Jonghyun : Mas Calon (JR NU'EST) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang