Bab 10 Tunggu Saja Waktunya!

4.6K 315 3
                                    

"Richie!"

Nova membuka kaca jendela mobil, tangannya melambai ke arah putra bungsunya yang baru saja kembali dari Italia. Richard masuk ke dalam setelah menyerahkan koper miliknya ke sopir.

Memeluk erat wanita yang setahun ini tidak dia jumpai. Pria berumur dua puluh tujuh tahun dengan muka blasteran yang sangat kentara itu, mencium pipi dan menanyakan apakah Nova baik-baik saja selama dia pergi.

"Dasar bocah gila!" gerutu Nova yang setahun ini memendam rasa rindunya ke sang putra.

Ya, selama setahun ini mereka tidak pernah sekalipun bertemu, bukannya Nova tidak memiliki uang untuk menyusul putranya ke Italia, atau Richie yang tidak bisa pulang ke Indonesia. Putranya itu sengaja pergi, dan enggan bertemu keluarganya untuk menyembuhkan luka dan rasa bersalahnya.

"Bagaimana kabar Kak Niel?"

"Dia sedang sakit."

Mengernyitkan dahinya, Richie seketika terlihat khawatir. "Sakit apa?"

"Entahlah, dia mual dan muntah. Mama pergi sebelum dokter datang ke rumah. Oh... ya Mama juga mendengar kabar, kalau Abel juga kembali dari luar negeri hari ini."

"Iya kah?"

Richie tersenyum, sebenarnya saat nama gadis itu disebut, luka lama dan rasa penyesalan dari masa lalu kembali menyelimuti hatinya.

Satu tahun yang lalu, Richie yang menyukai Abel harus menelan rasa kecewa, mendapati kenyataan bahwa gadis bernama panjang Isabelle  itu ternyata berpacaran dengan Daniel-kakaknya.

Meskipun umur Abel empat tahun di atasnya, bagi Richie rasa suka kepada seseorang tidak bisa hanya dilihat dari segi fisik apa lagi usia. Daniel yang tahu bahwa adiknya menyukai sang kekasih pun memilih mundur dan memutuskan hubungannya dengan Abel.

Namun, akibat tidak adanya komunikasi yang baik membuat kakak beradik itu salah paham. Daniel meninggalkan Abel demi menjaga hubungan persaudaraan mereka, sementara Richie memilih pergi ke Italia agar bisa melupakan perasaannya, Ia berharap kakaknya yang sudah memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga sejak remaja itu bisa bahagia.

Tyaga, meninggal saat Daniel berusia tujuh belas tahun, dan semenjak itu juga Daniel harus mengambil alih seluruh tanggung jawab mendiang papanya. Perjuangan Daniel begitu berat, beruntung sebelum meninggal papanya sudah berganti kewarganegaraan dari Inggris ke Indonesia, sehingga urusan perusahaan bisa tertangani dengan baik.

Menakjubkannya, di tangan Daniel yang masih terbilang sangat muda, Tyaga group berkembang pesat. Pria itu menjadi CEO di usia dua puluh satu tahun. Jangan ditanya prestasi apa yang Daniel sudah raih selama ini, selain meniduri wanita secara berganti-ganti. Jika melongok ke ruang kerjanya di rumah, puluhan Tropi dan sertifikat penghargaan terpampang  nyata di sana.

Nova menatap Richie yang masih termenung memandang ke luar jendela. Sejujurnya, wanita itu membenci Abel karena sudah membuat putra kesayangannya saling berselisih paham.

_
_
_

Setibanya di rumah, Richie langsung mencari keberadaan kakaknya, tetapi saat mendapati Daniel tertidur, Ia memilih untuk tidak mengganggu. Pria itu  melangkahkan kaki ke ruangannya, dimana Ia mendapati semuanya masih sama. Gitar, keyboard, kanvas dan kuasnya masih berjajar rapi dan berada di tempatnya.

Daniel begitu menyayangi adiknya, hingga dia membiarkan Richie melakukan apa pun yang membuatnya bahagia. Daniel tidak pernah menuntut sang adik untuk bekerja di salah satu anak perusahaan Tyaga group. Bagi Daniel, kebahagiaan Richie di atas segalanya, karena di dunia ini Ia merasa hanya memiliki mamanya dan adiknya.

Richie hampir membuka kain penutup lukisan yang ditinggalkannya begitu saja, saat sebuah suara memanggil namanya.

"Richie!"

Pria itu menoleh dan melihat kakaknya sudah berdiri di ambang pintu. Richie pun mencibir, "Apa kamu sakit? bukankah kudanil seharusnya kuat?"

Daniel berjalan mendekat, dan dengan tangannya yang mengepal, Ia berpura-pura meninju perut sang adik.

"Kurang ajar! Apa kamu bahagia meninggalkan kami selama ini?" amuk Daniel.

"Hem ... aku bahkan tidak sempat memikirkan kembali ke sini, karena terlalu banyak gadis cantik di Italia," gurau Richie.

"Dasar kau!" Daniel mengalungkan lengannya ke leher sang adik. Richie pun meronta, keduanya tertawa seolah sudah melupakan kejadian satu tahun lalu.

***

"Kak, aku dengar Abel kembali. Apa kakak tidak ingin memperbaiki hubungan kakak dengannya? aku  sudah berhasil menghapus namanya di hatiku, maaf! aku membuat kakak harus merasakan sakit hati."

Ucapan Richie terdengar penuh dusta di mata Daniel, Ia pun menggeleng dengan cepat. "Aku juga sudah tidak memiliki perasaan kepadanya, karena sudah ada wanita lain di hatiku."

"Siapa? kenapa tidak kamu kenalkan ke mama?"

Nova yang datang langsung menyambar percakapan diantara kedua putranya itu. Bibirnya tersenyum lega melihat Daniel dan Richie akur.

"Ayo jawab! siapa wanita itu. Apa mungkin kamu diam-diam berkencan?" telisik Nova.

Melihat tatapan penasaran dari dua orang yang disayanginya, Daniel menjawab, "Aku akan mengenalkannya ke kalian, tenang dan tunggu saja waktunya!"

A Baby BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang