Bab 6 Gelisah Memendam Rahasia

3.9K 291 2
                                    

Daniel terus memacu wanita teman bercintanya tanpa jeda. Ranjang kamar hotel itu pun sampai bergoyang mengikuti setiap gerakan pinggangnya. Memuaskan hasrat pria itu memang sedikit menguras tenaga. Wanita yang sedang dia masuki dari belakang itu sampai terlihat kepayahan.

"Ahhh ... Tuan Daniel, apa anda belum sampai juga?"

"Tutup mulutmu, dan nikmati saja!" Daniel meremas dua gundukan sintal milik wanita malam itu.

Bagaimana bisa menikmati, lutut wanita itu sudah hampir copot karena perbuatan Daniel. Deru nafas dan desahannya terdengar memelas. Namun, Daniel tidak ingin berhenti, Ia semakin menghujam hingga mengerang panjang. Entah kenapa Daniel langsung mengeluarkan miliknya, hingga mayonnaise-nya berceceran di ranjang.

"Bersihkan dirimu dan ayo kita mulai lagi!"

"A-a-apa Tuan?" wanita itu malah ketakutan.

_
_
_
_

Sementara itu, di dalam kamar Ghea. Gadis itu dan Jenny sama-sama terdiam. Sudah hampir setengah jam mereka tak mengeluarkan suara. Jenny bahkan menunduk menangkup kepalanya.

Beberapa jam yang lalu

"Jen-jenny, jenny!"

Teriakan Ghea membuat perempuan itu buru-buru masuk ke dalam kamar. Jenny heran mendapati artisnya histeris, Ghea gemetaran tak karuan.

"Ada apa Ghe? apa kamu kesakitan, ayo kita ke rumah sakit saja!" Dalam kepanikannya Jenny menangkup pipi Ghea, badan gadis itu terasa dingin. "Tunggu! aku akan minta disiapkan mobil."

Jenny yang berdiri pun seketika tertahan dengan ucapan Ghea.

"Je, bagaimana kalau aku hamil?"

"Apa?" Jenny membelalakkan matanya tak percaya. Ia bertanya ke Ghea terbata. "A-a-apa ya-yang kamu katakan?"

"Aku sudah melakukan itu Je, aku sudah tidak perawan." Pundak Ghea bergetar hebat. Namun, entah kenapa Ia merasa dadanya sedikit lega. Jujur Ghea sebenarnya gelisah memendam rahasia besar itu seorang diri selama ini.

"Kapan? kapan kamu melakukan itu?" Jenny memukul lengan Ghea-emosi. Layaknya seorang ibu yang mendapati anaknya melakukan kesalahan besar, Jenny pun menangis. "Apa yang harus aku katakan ke ibumu saat aku bertemunya di akhirat ha? kamu tahu kan Ghe, aku diminta menjagamu! kenapa kamu seperti ini?"

Ghea hanya terdiam, menerima pukulan Jenny tanpa memberi perlawanan.

"Sekarang katakan! katakan kepadaku, kapan kamu berbuat itu, dan siapa pria yang tidur denganmu?"

Mengingat perjanjiannya dengan Daniel yang salah satunya berbunyi akan menutup rapat rahasia one night stand mereka, Ghea pun memilih berbohong bahwa dia tidak ingat apa-apa.

"Saat aku dicekoki obat laknat itu."

"Apa?"

"Ini salahmu, kenapa sebagai manager kamu tidak datang menjemputku seperti Kris menjemput Noah."

"Kenapa kamu malah menyalahkan orang lain karena perbuatanmu sendiri!? aku sudah bilang memperbolehkanmu pergi ke klub asal bisa menjaga diri, aku ini managermu, bukan ibumu. Jadi aku tidak harus mengawasimu satu kali dua puluh empat jam."

Ucapan Jenny membuat Ghea terdiam. Begitupun Jenny yang langsung merasa bersalah karena membawa ibunda Ghea yang sudah tiada.

"Maaf Je, maafkan aku!" lirih Ghea.

Jenny pun mencoba mengatur nafasnya, dadanya naik turun, Ia benar-benar emosi. Namun, melihat Ghea, Ia juga tidak tega.

"Aku akan mencarikanmu tespek, bisa saja dugaanmu itu salah," ucap Jenny sambil berlalu meninggalkan Ghea sendirian.
_
_
_

Jenny melirik kembali tespek yang diletakkan Ghea di atas meja. Dua garis merah muda nampak di sana. Gadis itu benar-benar tengah mengandung.

"Katakan padaku siapa pria itu?"

"Aku tidak tahu Je, aku tidak sadar. Aku bahkan tidak mengingat rupanya," dusta Ghea.

Jenny mendengkus kasar, Ia benar-benar bingung. Jika wartawan sampai tahu kalau Ghea sedang hamil, karir gadis itu dan pekerjaannya pasti hanya akan tinggal kenangan. Apalagi bintang Ghea sedang bersinar terang.

"Istirahat lah! aku juga ingin beristirahat, aku tidak bisa memikirkan jalan keluar sekarang!"

***

Setelah Jenny pergi, Ghea hanya bisa berbaring meringkuk sendirian di dalam kamarnya. Ia sedang berpikir, haruskah dia meminta Daniel bertanggung jawab? atau haruskah dia menggugurkan kandungannya? bisakah dirinya mengubur semua mimpinya, Ia juga masih ingin melakukan sebuah konser tunggal. Pikiran itu berlarian di dalam benak Ghea, hingga akhirnya dia menangis memanggil nama ibunya sampai tertidur pulas.

_
_
_

"Aghh .... shitt!"

Tubuh Daniel mengetat, untuk yang kesekian kalinya mayonnaise miliknya tumpah. Sementara wanita yang baru saja memompanya terlihat langsung tergeletak lemas.

"Kamu boleh memakai kamar ini, tapi ingat aku tidak akan membayar kelebihannya jika sampai kamu telat check out," ucap Daniel sambil mengancingkan kemejanya.

Wanita itu mengangguk paham, Daniel memang selalu memesan kamar tipe president suit setiap kali bercinta dengan wanita.

Keluar dari kamar hotel menuju mobilnya, Daniel melihat sebuah notifikasi berita yang memang kerap kali muncul di layar ponselnya. Raut mukanya datar-datar saja membaca berita pingsannya Ghea saat sedang mengisi sebuah acara.

"Apa tidak ada artis lain yang bisa diberitakan?" gerutu Daniel.

A Baby BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang