author pov
jennie tak tahu, apakah ia pernah berbuat kesalahan di masa lalu? atau apakah tuhan sedang menghukumnya saat ini? tapi atas dasar apa? dan kenapa harus orang yang jennie punya menjadi korbannya?
tubuh jennie semakin lemas, menangis tanpa suara, menggenggam erat makam ayah, tepat di samping makam mama.
ditatapnya dengan lamat dua makam yang hanya berjarak satu langkah kaki, dan hanya berkisar dalam kurun waktu satu bulan, jennie telah kehilangan mereka.
tidak, bukan jennie yang kehilangan di sini. tapi mereka yang telah sampai pada waktunya untuk pulang.
"jen, kita pulang ya?"
suara lisa menyapa indra pendengaran jennie, namun jennie hanya diam. sedangkan gadis tinggi itu masih merengkuh tubuh jennie agar tidak jatuh, walaupun jennie tak ada merespon sama sekali.
terhitung, itu sudah kalimat keempat kalinya yang lisa ucapkan, dan jennie hanya terus menatap makam milik ayah dan mama, tanpa perduli suara lisa.
"lo udah mau dua jam di sini, ga cuma lo yang sedih, gue juga. gue ngerti perasaan lo, tapi lo inget pesen ayah kemaren?"
walaupun jennie tak membalas, lisa tetap berusaha melanjutkan kalimatnya. karena lisa tahu, meskipun gadis itu diam namun jennie pasti masih mendengarkan perkataannya.
"kalo tuhan udah jemput mama buat pulang, artinya tugas beliau udah selesai, gitu juga sama ayah. ayah bilang ngga apa-apa kita mau sedih, biar sampe airmata kita ga keluar lagi."
"tapi, kita ga boleh kejebak di rasa sedih itu sampe bikin kita jadi turun semangat, karna biar gimanapun, hidup ini pasti bakal selalu nemuin yang namanya kehilangan." lanjut lisa.
tubuh jennie sedikit bergetar, menandakan bahwa ia mulai menangis, lagi dan lagi. dengan sigap lisa mengusap kedua bahu milik jennie, bahu yang kini telah begitu rapuh dan bisa hancur kapan saja.
lisa sudah lelah mengeluarkan airmata miliknya. tapi ketika dirinya melihat jelas sang pujaan hati yang kembali terisak, hati lisa ikut tersayat dan merasakan sakit.
membayangkan setelah ini, dunia jennie akan benar-benar sepi jika lisa tak terus menghiburnya. gadis tinggi itu lalu menggeleng, dan menarik nafas, mengusap airmata yang jatuh dengan satu tangan.
bagi lisa, tak apa jika dunia menginjaknya. tak apa jika dunia ingin merenggut seluruh waktu dan kebahagiaannya, asal jangan jennie.
lisa sudah biasa di pandang sebelah mata, lisa sudah kebal dengan segala rasa kehilangan. tapi jennie, gadis itu ibarat kaca yang sudah retak. sedikit saja dunia kejam padanya, maka jennie mungkin akan pecah berkeping-keping.
dan lisa tidak ingin itu terjadi.
kedua tangan lisa langsung membawa tubuh jennie berdiri dan gadis itu tak memprotes sedikitipun. juga ketika lisa tatap mata sembab jennie, dan lisa usapkan kedua ibu jari miliknya pada sekitaran pipi mandu jennie.
satu hal yang lisa dapat lihat, walaupun gadis kesayangannya ini sedang di hantam oleh kerasnya takdir, namun jennie tetap terlihat cantik dan sempurna bagi lisa.
"kita pulang sekarang ya?" tanya lisa, bersuara selembut yang ia bisa.
jennie hanya menatapnya beberapa detik lalu menggeleng, membawa tubuhnya sendiri untuk masuk dalam pelukan hangat yang lisa berikan.
terisak kembali di sana, namun dengan bahu yang tak lagi bergetar. membuat lisa ikut merasakan kesedihan yang berlipat ganda menusuk hulu hatinya.
"udah, jangan nangis lagi, gue juga sakit ngeliat lo sedih"
KAMU SEDANG MEMBACA
LASSITUDE - JENLISA ✔
Fiksi Umum❝ Boleh ga? Sehari aja, gue pengen lo liat keberadaan gue, Jennie. ❞