o n e

18 3 0
                                    

05 january 2020

Pagi hari di kota Bandung, udara yang sejuk dan menyegarkan membuat semangat Nara untuk berolahraga muncul.

Biasa nya ia hanya berolahraga minimal 3 kali seminggu, itu pun kalau ia ingat.

Karna merasa badan nya sangat kaku, Nara berinisiatif untuk berolahraga pagi agar badan nya sehat dan lentur.

"Ma, nanti kalau ada yang nyariin, bilang aja Nara lagi gak mau diganggu" Nara yang sudah bersiap siap dari jam 5 pagi akan berangkat untuk senam bersama ibu ibu komplek.

"Mama nitip bubur ya, gak pake kecap sama kacang" ucap sang mama yang sedang sibuk memandangi laptop, sedang menonton drakor.

"Iya iya, bye ma" Nara secepat kilat mencium pipi mama nya lalu segera berlari keluar rumah.

"Hati hati!"

Setibanya disana, ia melihat banyak ibu-ibu yang sedang melakukan pemanasan. Nara yang melihat itu pun segera mengambil tempat di barisan belakang lalu mengikuti gerakan instruktur senam nya.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh delapan" Sang instruktur senam seperti nya sangat bersemangat pagi ini. Nara sangat bersyukur karna instruktur senam nya tidak berwajah masam.

Itu akan membuat ia tambah tidak bersemangat.

"Halo nak, saya gak pernah liat kamu dari awal, kamu anak siapa?" Tiba tiba seorang perempuan paruh baya berdiri di samping Nara.

"Maaf ibu nanya saya?" Tanya Nara lalu menunjuk diri nya sendiri.

"Ya emang siapa lagi, masa saya tanya setan?" Ucap sang wanita paruh baya sambil tertawa pelan.

"Oh iya nama saya Nara Adinata" Nara berusaha mengalihkan pandangannya dari tatapan si wanita, sangat mengintimidasi.

"Kamu dari keluarga kaya itu ya? Tapi kok saya gak pernah liat kamu" bingung wanita paruh baya tersebut.

"Saya gak tau buk" jawab Nara sambil cengengesan.

"Yasudah kalau begitu saya permisi ya" sang wanita langsung menghilang bak ditelan bumi.

"Hah? Kok ngilang"

◉◉

Setelah senam, Nara langsung pergi menuju tempat bubur langganan mama nya. Jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah nya, tapi sepertinya mama Nara sangat sibuk hingga tidak bisa membeli bubur sendiri.

"Bubur mang Asep" nama nya. Tempat itu sudah berdiri sejak 10 tahun yang lalu, saat Nara masih berusia 7 tahun.

Seperti biasa, tempat langganan mama nya selalu ramai. Mulai dari anak kecil, anak remaja, hingga orang tua berantrian disana agar bisa merasakan betapa nikmat nya bubur "mang Asep" ini.

Setelah antri sekian lama, tiba giliran Nara untuk memesan bubur. Ia memesan dua bubur tanpa kecap dan kacang, satu untuk nya dan satu lagi untuk mama nya.

Saat sedang menikmati bubur nya, tiba tiba ada seorang pemuda duduk di samping Nara, ia membawa satu mangkok bubur.

"Mbak, saya boleh duduk disini kan? Tempat yang lain penuh" Ucap sang pemuda tersebut pada Nara.

Nara hanya mengangguk kan kepala nya, tidak berniat untuk memulai pembicaraan dengan si pemuda tersebut.

"Mbak nama nya siapa?" Tanya sang pemuda memulai pembicaraan.

"Saya Nara, Nara Adinata" jawab Nara.

"Ooh, kalau saya Mark Lee" ucap sang pemuda lalu mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan.

"Ah iya salam kenal" Nara membalas jabatan tangan Mark. Ia sangat gugup saat ini, karna tidak pernah diajak berkenalan sebelumnya.

Para teman sekelas yang mendekati nya hanya karna dia seorang Adinata.

"Semoga kita bisa temenan ya" ucap Mark lalu tersenyum kepada Nara.

Nara jadi malu.

"Teman ya?"

"Ya, semoga" Nara hanya membalas Mark dengan senyum kecut.

◉◉◉

Tbc.

Jul,30.

Teruntuk Mark { Slow Update }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang