sunday

3.5K 247 24
                                    

Yedam terbangun karena suara berisik yang didengarnya, dia membuka matanya lalu menengok ke sisi kiri tempat tidurnya.

"Haruto kok udah nggak ada, ya?" Yedam panik, lalu mengambil ponselnya untuk melihat kenapa alarmnya tidak berbunyi.

Yedam akhirnya menghela napas lega, dia baru ingat jika ini adalah hari Minggu. Hari di mana dia tidak perlu terburu-buru bangun pagi dan mempersiapkan segala sesuatu untuk keluarga kecilnya.

Ryuga akan selalu bangun lebih awal di hari Minggu, karena ini adalah hari di mana Haruto tidak harus pergi bekerja dan bisa menghabiskan waktu hanya untuk bermain bersamanya.

Yedam ingat saat putranya itu selalu cemberut setiap kali dia harus mengucapkan selamat tinggal pada Haruto yang pergi ke kantor.

Yedam kemudian mendengar suara tawa Ryuga dan suara langkah kaki yang sedang berlarian di rumah mereka. Pintu kamarnya memang sengaja dibiarkan sedikit terbuka oleh Haruto agar Yedam bisa mendengar apa yang mereka berdua lakukan.

Yedam tersenyum, berpikir bahwa Ryuga dan Haruto sedang menikmati waktu mereka berdua. Jadi, Yedam lebih memilih untuk membenamkan wajahnya ke bantal lagi untuk melanjutkan tidurnya.

~~~^^~~~

Beberapa jam kemudian, Yedam terbangun saat matahari ternyata sudah cukup tinggi sampai dia merasa silau karena cahaya yang masuk lewat jendela kamarnya.

Yedam meregangkan tubuhnya sebentar, lalu dengan cepat masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat giginya.

'Pasti ada yang salah.' pikir Yedam ketika suasana rumahnya tiba-tiba menjadi sunyi, karena Ryuga dan Haruto tidak mungkin bisa setenang ini jika mereka sedang bermain bersama.

Yedam mulai menuruni anak tangga satu per satu menuju ruang keluarga, tempat di mana mereka biasanya bermain.

Yedam mengernyit ketika melihat Ryuga sedang duduk diam di depan televisi, sementara Haruto sedang bersandar di dekat meja makan sambil fokus pada ponselnya.

Yedam kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lantai dekat meja, dan di sana sudah tergeletak vas pecah yang berkeping-keping.

Itu adalah vas yang diberikan oleh Mamanya sebagai hadiah pernikahan dirinya dan Haruto beberapa tahun yang lalu.

Yedam menatap tajam ke arah mereka, matanya bolak-balik menatap ke Haruto dan Ryuga yang masih bertindak seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun.

"Mind to explain, please?" Yedam masih menunggu jawaban, tapi pada akhirnya tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi untuk meneguk segelas air.

Tangan Haruto melingkari pinggangnya saat dia memeluk Yedam dari belakang. "Good morning, sayang.."

Yedam berdecak jengkel saat Haruto malah mengucapkan selamat pagi padanya. "Kenapa vas aku bisa pecah?!" 

"Ssst.. Ryu bilang dia minta maaf."

Yedam memproses informasi itu dan melihat kembali ke arah Ryuga yang terdiam sambil menatap lurus pada vas yang pecah.

"Kenapa pecahannya nggak dibersihin?" Yedam bersandar ke dada Haruto untuk menenangkan pikirannya.

"Maaf, tapi aku pikir kamu harus liat dulu biar Ryu tau kesalahan dia."

Haruto memeluk Yedam lebih erat sambil mencium bagian belakang lehernya. "Aku sengaja nyuruh Ryu diem di situ biar dia nggak nginjek pecahannya."

"Sayang, jangan deket-deket ya? Papa mau bersihin ini dulu." celetuk Yedam tiba-tiba dan itu membuat Ryuga tersentak.

Haruto langsung tertawa ketika melihat Ryuga yang mengangguk-angguk cepat.

"Bantuin aku!" Yedam memukul tangan Haruto sebelum mendorongnya untuk ikut membersihkan pecahan itu.

 ~~~^^~~~

"Is there anything you want to say to Papa?" Yedam berlutut untuk menatap mata Ryuga dengan tulus. 

Ryuga mulai memelas dan Yedam melihat genangan air mata yang perlahan terbentuk. "Kok malah nangis? Emangnya Ryu ngelakuin apa?"

"Papa, sorry. I didn't mean to.." Ryuga mulai terisak jadi Yedam memeluk untuk menenangkannya.

"Jangan nangis, oke? Papa nggak marah, cuma agak kesel aja."

"Papa, am I forgiven?" tanya Ryuga pelan.

"Yes, only if you tell the truth." bujuk Yedam.

Haruto kemudian datang dengan membawa sapu, serokan, dan vacuum cleaner di tangannya untuk membersihkan semua pecahan tersebut.

"Aku tadi lagi main kejar-kejaran sama Daddy.." gumam Ryuga, dan Yedam menatap Haruto yang sedang membersihkan pecahan vas dengan telaten.

"Terus?"

"Aku nggak liat ke depan, jadi aku nabrak meja terus vasnya jatuh."

Ryuga mulai menangis lagi sehingga Yedam menghapus air mata di wajahnya. "Daddy pulled me before I fell with the vase."

"Really? Daddy did that for you?" Yedam menyeringai menatap Haruto yang sekarang berdiri dengan bangga di depannya dengan senyum lebar.

"Iyalah.. Daddy hebat banget nggak sih, Ryu?"

Yedam memutar malas bola matanya sementara Haruto tertawa, lalu mengesampingkan apa yang sedang dilakukannya dan ikut duduk di sofa.

"Aku dimaafin kan, Pa?"

"Iya sayang, Papa maafin soalnya kamu udah jujur." Yedam menunduk untuk mencium helaian rambut Ryuga.

"Berarti aku sekarang udah gede ya, Pa?" tanya Ryuga antusias.

Yedam terkekeh. "Ya, udah lah? Kamu kan emang udah gede, Ryu.."

"Berarti sekarang aku udah bisa jadi Kakak?" Ryuga menatap Yedam dengan mata penuh harap.

"Gimana maksudnya?"

"Daddy bilang kalo aku udah gede, aku bisa punya Adek. Berarti sekarang udah bisa kan, Pa?"

Yedam masih terdiam dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak memukul kepala Haruto yang kini tertawa.

"Haruto!"

"Apa sayangku?" Haruto masih tertawa saat Ryuga mulai berbicara lagi. "Daddy.. Papa.. kapan Adek aku dateng?"

"Haruto!" Yedam akhirnya benar-benar berbalik untuk memukul kepala Haruto setelah itu.

"Apaan sih kok aku yang dipukul? Ryu yang bilang sendiri kalo dia pengen punya Adek." protes Haruto.

"Astaga, harusnya aku tau ini cuma akal-akalan kamu aja." Yedam menggelengkan kepala sambil menghela napas lelah.

Haruto kemudian sengaja mendekatkan wajahnya pada Yedam untuk berbisik. "Jadi, kapan kita mau ngasih Adek buat Ryu?"

"Nggak dulu!"

~~~^^~~~

Ryuga

Ryuga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
101 Parenting Ways - [harudam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang