Mozaik Dua - Dirty Wishlist

796 48 1
                                    

Gue berjalan dengan santai sepulang sekolah menuju gerbang depan. Rencana rencana di kepala gue udah makin matang seiring dengan waktu yang gue habiskan untuk memikirkannya selama berada di dalam kelas. Ya ... sebenarnya gak banyak juga sih. Cuma satu dua permintaan iseng yang intinya nyuruh nyuruh dia. Sisanya gue pikir bisa menyusul dan menyesuaikan.

"Mik ..."

Suara seseorang terdengar memanggil gue saat gue mau menyeberang. Terasa asing, namun akhirnya gue tahu itu suara siapa saat gue melihat persis ke arah tukang batagor yang posisinya memang berada di seberang sekolah. Si ketos sedang berdiri menunggu di arah yang berlawanan.

Saat lalu lalang kendaraan udah agak lengang, gue pun menyeberang dengan santai dan menyapa ketos kayak temen deket. Biar gak canggung dan dicurigai orang orang. Itu aja sih.

"Udah lama nunggu lo?"

"Baru kok! Mau gue pesenin batagor?"

"Ngga, gak usah."

"Oke deh. Sekarang lo mau apa?"

"Rumah lo dimana sih Chan?"

"Gak begitu jauh sih dari sini."

"Rame gak di rumah lo?"

"Gue sendirian di rumah. Bokap gue lagi dinas di luar kota. Nyokap gue juga lagi di rumah saudara, bantu bantu mau sunatan anaknya soalnya."

"Oh ... I see. Terus saudara lu?"

"Gue punya kakak cewek satu. Dia juga lagi kuliah di luar kota. Semester 3 sekarang. Makanya di rumah, gue cuma tinggal sendirian doang."

"Ya udah dah. Kita ke rumah lo aja gimana?"

"Kalo lo mau sih, ayo!"

"Lo bawa kan HP gue?"

"Ini ada dalam tas."

"Ya udah keep aja dulu. Gak enak diliatin anak anak lain kalo dikembaliin di sini. Kembaliin di rumah lo aja, oke?"

"Gampang!"

"Ya udah ... naek apa nih ke rumah lo?"

"Naek mobil gue aja."

"Oh ... lo bawa mobil?"

"Emang lo gak pernah tahu selama ini gue sering bawa mobil?"

Gue gak tahu, gak kepo dan emang bodo amat! batin gue. Namun demi ngejaga perasaan si ketos songong ini, gue cuma bilang, "engga nyadar," terus nyengir.

"Yeuh ... padahal kayaknya satu sekolah pada tahu dah kalau gue bawa mobil saban hari."

"Gue gak ngerti kenapa orang songong kayak lo bisa jadi ketos ..."

Gue mengatakan itu sembari ninggalin dia dan berjalan menuju parkiran sekolah, which is gue harus nyeberang lagi. Balik ke dalam sekolah.

"Mau kemana lo?"

"Ke parkiran lah ..."

"Gak usah. Lo tunggu aja, duduk di sini. Biar gue yang bawa mobil dulu ke dalem."

Ada baik baiknya juga ternyata anak ini! batin gue kembali mengomentari tingkah ketos songong ini yang ternyata ajaib. Aneh bener sumpah!

"Ya udah kalo gitu."

Gue memutuskan duduk santai di halte samping tukang batagor, tempat anak anak lain juga biasa nunggu jemputan, bus, atau angkot yang lewat. Sekolah gue letaknya strategis banget sih emang. Jadi pelbagai macam kendaraan melewati sekolah gue dan anak anak bisa bebas memilih kendaraan apa yang mereka mau pakai buat pulang.

Ketos Songong The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang