Unfinished Business II

575 11 0
                                    

Dengan langkah yang mantap karena terdorong oleh kemarahan, Niko menghujamkan kapak tersebut ke arah kepala Bu Intan, bekal tawuran saat masih duduk di STM nyatanya bisa sedikit menambah nyali cowok tersebut. Tapi sayangnya, dulu saat masih STM, Niko sama sekali belum pernah berhadapan dengan mahluk supernatural yang bisa menangkap kapaknya dengan mudah, satu tangan pula

"Aku tidak membutuhkanmu, manusia lemah" Bu Intan memuntir tangan Niko, ia menjerit kesakitan sebelum tubuhnya dihujamkan ke lantai sambil dicekik

"Apakah jiwamu lezat anak manusia ? Mari kita coba" Bu Intan mulai menarik nafasnya lagi, Niko semakin meronta-ronta sambil menjerit

Zahra diam-diam bergerak dari belakang punggung Bu Intan, berniat untuk mencoba menyerangnya dengan linggis yang ia pegang dengan sedikit keraguan, namun sayang sekali, sebelum berhasil lebih mendekat lagi, tubuhnya seperti tertarik mendekat dan lehernya berakhir mendarat ke tangan Bu Intan yang sudah siap menyambutnya

"Merepotkan" Bu Intan melemparkan Niko begitu saja sebelum sempat menghisap jiwa cowok tersebut, Niko langsung tak sadarkan diri ketika tubuhnya menubruk sudut ruangan, kini perhatian Bu Intan mengarah ke Zahra

"Sepertinya aku bisa bergerak lebih lincah jika memakai tubuhmu" linggis Zahra terhempas karena ditepis oleh Bu Intan. Sama seperti Niko tadi, ia kemudian merobohkan tubuh Zahra ke tanah dengan mudah. Dada Bu Intan membusung, wajahnya mendongak ke atas, tertawa terbahak-bahak sebelum dari mulutnya keluar wujud pocong busuk yang segera menyusup masuk ke dalam mulut Zahra. Kedua wanita itu bersamaan saling menggeliat liar dengan teriakan yang serak, mulut mereka saling tertaut oleh buntalan kain kotor yang tak lain adalah pocong yang sedang berpindah raga. Tubuh Zahra mengembung saat pocong memasukkan dirinya dengan paksa, payudaranya terlihat lebih menonjol naik sementara perutnya juga tampak membuncit seperti orang hamil. Bu Intan langsung ambruk tak bergerak saat buntalan kain kafan terakhir telah keluar sepenuhnya dari mulutnya, sementara Zahra masih sibuk memegangi rasa didalam tubuhnya yang memberontak tak karuan, perutnya yang membuncit perlahan kembali rata seperti sedia kala, namun payudaranya tetap tidak berubah posisi, masih saja menonjol dengan percaya dirinya.

"Heeerrghhaaahh.." Zahra menggeram, ia meringis dengan gigi saling bergemeretak. Matanya melotot, kakinya menendang-nendang hingga rok panjangnya tersingkap sampai keatas lutut

"Hehehahahahaa.." tawa serak sekarang terdengar setelah tubuh Zahra melengkung dengan kaku

KKN Kampung JatiwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang