Meminjam Bu Intan

1.1K 20 0
                                    

"5menit lumayan lama juga ya kalo dipikir" nafas mereka berdua kembang kempis

"yaudah aku balik dulu" Cecep segera bangkit dan meraih pakaiannya setelah mengelus pipi Zahra

"kamu juga jangan lupa kembaliin Zahra kayak tadi ya"pinta Cecep sambil bergegas pergi

"iyaa tenang aja bawel" Zahra ikut bangkit berdiri, ia sempat termenung hadapan cermin, memandangi tubuh pinjamannya dengan seksama. Rambutnya yang agak basah berkeringat beberapa helai terurai ke wajahnya, tubuh gadis ini terhitung sangat montok, pantatnya yang padat, payudaranya yang kencang berisi, perutnya yang rata, semuanya sempurna. Aset yang berharga dan memang pantas berada dibalik perlindungan pakaian tertutupnya selama ini, Zahra lalu memungut segala pakaiannya, memakainya lagi sebelum kembali memposisikan dirinya ke ruang tamu

"sampai jumpa besok lagi Zahra" ucapnya sebelum tubuhnya tersentak ketika Seruni keluar dari dalam raganya

Hari ini juga adalah jadwal Bu Intan untuk menjenguk mahasiswa bimbingannya, terlebih setelah bertepatan dengan kasus kesurupan yang menimpa mereka kemarin membuat Bu Intan ingin cepat-cepat memastikan keadaan Cecep beserta timnya. Saat itu waktu sudah mulai beranjak siang ketika Bu Intan datang memakai mobil, dosen cantik yang masih menginjak usia 30 tahun tersebut berdandan seperti biasanya, rambutnya disanggul rapi, lehernya yang jenjang terhiasi oleh scarf bercorak bunga-bunga, atasannya adalah paduan kemeja lekbong dan blazer lengkap dengan rok span pendek berwarna abu-abu. Bu Intan hanya datang sendiri mengingat tempat ini masih satu arah dengan tempat kelahirannya, jadi sudah menjadi hal biasa baginya.

"Lihat apa ?" bisik Seruni kepada Cecep yang sering mencuri-curi pandang terhadap Bu Intan dari kejauhan

"astaga!! Sayang ngagetin aja.." Kata Cecep

"kamu suka sama dia nggak ?" tanyanya tiba-tiba

"suka gimana maksudnya ? dia dosenku loh"

"ya tubuhnya.. gimana kalo nanti malem kita main pake tubuh dosenmu itu ?" Seruni justru malah tertawa cekikikan

"Kamu ya.. emang nggak ada bosennya" Cecep hendak mencubit pipi Seruni namun usahanya sia-sia karena yang didepannya saat ini adalah Seruni dalam wujud ghaibnya

"Ntar aja kalo mau nyubit yaa, lagian tadi kan sebentar, cuma beberapa menit doang"

"Yaudah, emangnya bisa kamu ngedapetin tubuh Bu Intan ?"

"ya bisalah, lagian aku juga udah mulai bosen pakek tubuhnya Zahra melulu.. Udah serahin aja semuanya ke seruni"

Seruni terus mengintai sang dosen pembimbing, ia lakukan semuanya dengan hati-hati karena kunjungan Bu Intan terjadi pada siang hari dimana akan sangat berbahaya bagi dirinya jika terkena sorot cahaya matahari. Seruni terus menunggu dengan sabar, membosankan ketika dia harus mendengarkan semua omong kosong dosen ini selama bimbingannya, kesabarannya akhirnya terbalas ketika ia mendapati Bu Intan tengah sendiri terlihat ia sedang berbicara dengan seseorang di balik telefon. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, Seruni segera terbang melayang ke arah dosen montok tersebut, menembus tubuh Bu Intan melalui punggungnya. Sang Dosen pun memekik, handphone yang semula ia pegang terjatuh sebelum ia bisa mengakhiri telfonnya, dadanya membusung, ia pun mulai kehilangan keseimbangan karena merasakan ada sesuatu dorongan berasal dari dalam dadanya, langkahnya sempoyongan. Bu Intan akhirnya jatuh berlutut, matanya masih berputar-putar, dadanya juga masih membusung sehingga tubuhnya agak miring ke belakang, kedua tangannya menjuntai lemas berada di balik punggungnya

"Hihihihihih" tiba-tiba ia suara tawa khas milik Seruni terdengar dari mulutnya

"Dada wanita ini lebih besar dari milik gadis yang biasa aku tempati, Cecep pasti akan suka" katanya sambil bermain dengan dua buah payudara milik Dosen yang baru saja ia tempati raganya. Setelah sedikit merapikan bajunya, Bu Intan kembali menemui kelompok KKN yang tadi sempat ia tinggalkan

"Cecep, kesini sebentar.." panggilnya, Cecep pun menghampiri Bu Intan dengan sigap tanpa tahu siapa yang sebenarnya berada didalam badannya

"Iya bu ?" tanya Cecep saat sudah mendekat

"Yuk cari tempat sepi"

"Maksudnya ?" tanyanya heran, Cecep kemudian melihat mata Bu Intan yang berubah warna, persis seperti warna mata Dhea atau Zahra ketika dirasuki Seruni

"Seruni ?" bisiknya, Bu Intan hanya mengangguk

"Eh si Cecep mau dibawa kemana sama Bu Intan ?" bisik Niko

"Di briefing kali, atau kalau enggak dimarahin" jawab Dhea sekenanya diikuti tawa kecil mereka bertiga

Cecep mengajak Bu Intan ke gedung Polindes, Cecep tahu tempat ini sudah beberapa hari tidak ditempati karena Bidan Desa yang sedang ada dimutasi dan menunggu Bidan pengganti. Dengan sembunyi-sembunyi akhirnya mereka berdua bisa masuk kedalam

"Baunya obat banget, gasuka ah" Bu Intan kembali rewel setelah mereka sedang berada di kamar yang biasanya digunakan untuk membaringkan warga yang berobat

"Halah, kamu masih inget nggak pas pertama kali kita gituannya disemak-semak" goda Cecep yang membuat Bu Intan cuma cengar-cengir

Cecep membantu melepas blazer Bu Intan dari belakang, sambil menghirup aroma wangi dari tubuh wanita itu. Dilepasnya juga selanjutnya kemeja lekbong milik Bu Intan serta bra penopang belahan dadanya

"Tuh bener kan, nenen segede ini siapa sih yang nggak mau coba" komentar Cecep ketika tangannya sudah meremas payudara Bu Intan dari belakang. Keduanya pun segera bergulat penuh nafsu keatas ranjang matras, yang tersisa dari penampilan asli Bu Intan hanya tinggal rambutnya yang tergelung dan scarf yang masih menempel dilehernya, sementara pakaian lain sudah benar-benar terlepas dari badannya. Cecep segera menyerbu gundukan daging dihadapannya, mengulum setiap inchi ujung benda tersebut dengan penuh nafsu. Kecupan Cecep berpindah ke area wajah Bu Intan, dengan liar ia ciumi wajah dosen malang yang kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri itu, tangan Cecep mulai bergerak meraba punggung dan berhenti sambil meremas bokong Bu Intan.

"Siap ?" bisik Cecep yang dibalas anggukan oleh Bu Intan, mengisyaratkan bahwa lubang kewanitaannya sudah siap diserbu oleh kejantanan lawan mainnya

KKN Kampung JatiwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang