27 : Kehidupan Seorang Putri

388 40 7
                                    

Mereka bilang, aku adalah seorang putri. Ayahku raja yang sibuk berperang. Dan ibuku adalah ratu yang pandai menjaga kehormatan kerajaan.

Kalian tahu seperti apa kehidupan seorang putri? Ya, benar, ia terkurung di istana. Putri harus patuh pada raja dan ratu sebagai orang tuanya. Dan yang paling penting seorang putri harus hidup seseuai dengan aturan menjadi putri. Putri pantang menjalin pertemanan dengan rakyat biasa. Apalagi menjalin hubungan percintaan dengan rakyat jelata, sangat mustahil itu diperbolehkan oleh kerajaan.

Putri harus berpasangan dengan pangeran.

Dari cermin lebar di depannya, Tamara tak henti-hentinya menatap penata rambut yang tengah menyihir rambutnya agar semakin menawan di mata pangeran. Gadis itu beberapa kali meringis tak bersuara, karena penata rambut itu terlampau kuat menarik rambutnya.

"Raa yang anteng dong, nanti kalau hasilnya jelek gimana." Omel Riyana yang geram karena beberapa kali Tamara bergerak-gerak tak tenang.

Lima belas menit sudah, akhirnya siksaan pada rambut Tamara berakhir. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin, sangat cantik. Tatanan rambutnya saat ini benar-benar membuatnya terpukau, rasa sakit yang tadi dikeluhkannya pun hilang seketika.

"Ayo, mobil papa udah di depan."

"Papa pulang ma?" Tanya Tamara antusias. Riyana hanya mengangguk.

Keduanya berjalan keluar dari salon kecantikan ternama itu. Benar saja, mobil papanya sudah terparkir di sana. Tamara bergegas membuka pintu mobil, namun yang ada bukan papanya, melainkan Pak Yanto.

Mobil itu membawa Tamara pada sebuah hotel berbintang lima. Tamara tahu, papanya pasti ada di dalam hotel itu.

"Hello my princess..."

Benar bukan? Itu suara Diego. Papanya.

Melihat laki-laki yang baru saja keluar dari lift itu, mata Tamara berbinar.

"Papa...." Tamara langsung menubruk tubuh tegap laki-laki berkulit putih itu. Memeluk papanya dengan erat. Tamara sungguh merindukan papanya.

"Kangen-kangenannya nanti aja ya, Mahda dan keluarganya sudah menunggu kita di restoran." Kata sang mama.

Seperti malam-malam yang telah berlalu, salah satu yang menjadi kewajiban bagi seorang putri Tamara adalah menemani kedua orang tuanya makan malam bersama teman bisnis mereka. Kata Riyana, hari ini Tamara akan bertemu dengan pangerannya.

"Riyana..."

"Mahda..."

Kedua ibu-ibu itu saling menyambut, berbalas pelukan satu sama lain. Tamara kenal dengan wanita yang kini dipeluk ibunya, namanya Mahda, ia merupakan teman masa kecil Riyana. Kata Riyana, pangeran yang akan datang adalah anak kedua dari wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu.

Setelah kedua teman lama itu saling melepas rindu, barulah Tamara menyalami kedua orang di depannya satu persatu.

"Tamara itu persis banget sama kamu waktu muda ya. Anggun dan pandai merawat diri." Kata Mahda. Tamara hanya tersenyum anggun seperti yang diajarkan oleh Riyana.

"Ohiya, anak kedua kamu mana Da? Kita udah sepakat lho ya, malam ini mau mempertemukan dia sama Tamara."

"Tenang, dia udah di jalan kok."

SBBS | Lengkap ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang