Aku bodoh.
Aku egois.
Aku telah menyia-nyiakan dia untuk menyelamatkan harga diriku dan satu pernyataan aneh dariku sehingga membuat satu kalimat--yang menurutku hanya candaan tapi dia menganggap serius--keluar dan mengakibatkan aku dan dia sudah tidak ada kata 'kita'.
Setelah kalimat itu keluar, awalnya aku tak begitu merasa kehilangan, karena memang perasaanku kepada dia mungkin masih sebatas empat puluh persen. Namun setelah beberapa bulan dari kejadian tersebut aku mengakui bahwa aku kehilangan dia, aku terus terbayang oleh kenangan-kenangan saat bersama dia. Dan mungkin dulu aku menyukainya bukan sebatas empat puluh persen tapi sudah seratus persen atau bahkan aku sudah mencintainya.
Pada akhirnya aku menyesal. Aku tak tahu kehilangan dia memberikan efek besar bagiku. Rasa bersalah terus mengahantuiku. Ingin rasanya aku meminta maaf atas kejadian yang membuat kami berpisah, tapi gengsiku lebih besar. Aku takut dia berprasangka bahwa aku gagal move on darinya, tapi ya pada kenyataannya memang aku susah berpaling darinya.
Love, K.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tagebuch, K!
Genç KurguKinara, gadis biasa pada umumnya. Semua keluh kesahnya ia tuangkan ke dalam buku diary miliknya. Tagebuch, K! tertulis didepan sampul bukunya. Sampul yang penuh dengan warna-warni, tak seperti hidupnya yang abu-abu.