Abraham & Ibrahim

2 0 0
                                    


Di pagi hari, Abraham disibukkan dengan tugas sekolahnya yang belum terselesaikan. Ia sengaja menyelesaikannya pagi hari, karena yang seperti remaja pada umumnya. Kemarin malam, Abraham pergi untuk berkumpul bersama temannya di longue kota metropolitan, sejenak melupakan tugasnya yang nanti siang harus segera diserahkan.

"Bram sedang apa?" Ujar sosok wanita yang berjalan menghampiri Abraham di meja makan.

"Mengerjaakan tugas yang belum terselesaikan" balas Bram yang melihat wanita itu tampil dengan jilbab yang berwarna hitam serta kerudung yang senada dengan jilbabnya. Ia tidak perlu menanyakan maminya akan pergi kemana. Karena jika sudah berpakaian seperti itu maminya akan pergi menjenguk kembarannya, Ibrahim di pondok pesantren. Yap, di pondok pesantren.

Ibrahim di sekolahkan di pondok pesantren, sedangkan Abraham bersekolah di salah satu sekolah internasional, terdengar aneh. Tapi, itu yang terjadi pada Abraham dan Ibrahim kembar identik yang disekolahkan berbeda tempat. Entah apa alasannnya.

"Jadi kau belum sempat sarapan, Bram?" Tanya Zamoora yang duduk bersebrangan dengan Abraham.

"Tentu saja belum" Abraham kembali berkutik pada layar laptopnya.

"Ingin mami buatkan bekal?" ledek Zamoora yang pastinya Abraham menolak tawaran tersebut. Karena Abraham menyatakan bahwa dirinya sudah besar. Lagi pula Abraham bisa membeli makan di kantin sekolah.

Abraham menggeleng cepat sambil menunjukan giginya yang terlihat rapi. Zamoora mengambil roti yang ada di meja lalu mengoleskan selai coklat dan menaruhnya di piring dekat Abraham.

"Mau dipanggang dulu, Bram?" tawar Zamoora yang melihat anaknya tampak sibuk dengan laptopnya atau lebih tepatnya tugasnya.

"Boleh. Sebelumnya terima kasih mami. Aku sudah merepotkamu di pagi hari" balas Abraham, Zahra yang mendengarnya hanya tersenyum.

Derap langkah kaki terdengar, melangkah menuju meja makan. Sesosok pria berbadan tinggi besar, berkulit putih sedikit kemerahan, pipinya yang semakin chubby dengan janggut yang tumbuh diwajahnya, membuat penampilan seperti tidak terurus. Kaus putih polos dan celana pendek serta raut wajahnya yang terlihat baru bangun tidur menunjang penampilannya semakin berantakan.

"Pagi Dad" sapa Abraham yang melihat Arfa terlihat berantakan. Seketika Bram tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat Arfa dengan kondisi seperti itu.

"Pagi, Bram" balas Arfa duduk ditempat yang beberapa menit yang lalu Zahra tempati. Bersebrangan dengan Abraham.

"Dimana mami?" sambung Arfa yang tidak melihat keberadaan Zamoora.

"Memanggang roti" Arfa yang mendengarnya hanya mengangguk - anggukan kepalanya.

"Sudah bangun, sayang?" ujar Zamoora yang baru saja tiba dari dapur untuk memanggang roti milik Abraham. Arfa yang melihat Zamoora menjulurkan satu tangannya untuk merangkulnya.

"Sudah. Kau lihat aku sudah membuka mataku dan ada dihadapanmu" ujar Arfa yang merangkul pinggang Zamoora yang sedang memberikan roti sesuai yang Abraham inginkan.

"Ini rotimu, sayang" ucap Zamoora kepada Abraham.

"Kau terlihat menawan dengan gaun yang kau pakai" puji Arfa setelah memberikan kecupan pagi hari yang membuat Abraham geli melihat sikap orang tuanya yang terlihat seperti orang yang baru saja jatuh cinta. Tapi, itulah mereka.

"Terima kasih, sayang" balas Zamoora yang menatap Arfa.

"Kau belum juga mencukur janggutmu?" sambung Zamoora yang risih melihat dengan janggut yang tidak cocok melekat diwajah suaminya.

"Bukankah kau suka pria berjanggut" ledek Arfa.

Abraham yang risih mendengar cuap - cuap orang tuanya pergi ke dapur meninggalkan tugasnya dan kembali dengan kotak makan. Memasukan roti yang sudah dipanggang Zamoora kedalam kotak bekal yang ia bawa.

ABRAHAM & IBRAHIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang