Sharing

18 1 0
                                    

Pandemi

menulis adalah passion saya, bagi saya tiada hari tanpa menulis... baik menulis dengan keyboard laptop maupun dengan tulisan tangan seperti diary... saat menulis, saya seperti memiliki teman untuk berbicara, teman untuk mengadu dan berkeluh kesah, saya juga bisa menuangkan semua imajinasi saya dengan bebas. Saya suka menulis kata-kata yang bisa menginspirasi, saya juga suka menulis kata-kata motivasi... saya selalu berharap tulisan saya bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk tetap semangat menjalani hidup yang kadang terasa berat ini, saya berharap tulisan saya bisa membantu seseorang yang sedang patah semangat. 

Tapi... 2 tahun belakangan menulis adalah kegiatan yang paling saya benci dan hindari. 

Pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020, sejak itu tiada hari tanpa ketakutan, Ya... saya merasa sangat takut, setiap hari melihat berita peningkatan kasus, meskipun banyak yang sembuh, tetapi juga banyak yang meninggal. Lockdown dimana-mana... rumah makan, tempat wisata, pasar, semua ditutup... tidak ada yang boleh keluar rumah. Saya merasa sangat tertekan dengan keadaan, sejak itu juga saya berhenti menulis. Saya tidak tahu lagi kata-kata apa yang harus saya tuangkan dalam bentuk tulisan, yang ada di kepala saya hanyalah rasa takut. Menulis diary? itu lebih buruk.... saya tidak sanggup untuk menuliskan semua kejadian ini di diary saya, saya merasa kosong dan hilang arah...  semuanya terasa gelap dan tanpa harapan, bahkan saya sudah sangat jarang berdoa, "percuma saja" begitu pikir saya.

Butuh waktu berbulan-bulan hingga akhirnya perlahan saya dapat bangkit kembali. Saya mulai berdoa lagi, tetapi saya masih tidak sanggup untuk menulis, sampai akhirnya hari inipun tiba. Saya memutuskan untuk menulis lagi. Dari awal pandemi hingga saat ini, banyak hal yang saya lalui, dan dari semua hal itu saya belajar bahwa pandemi bukanlah kutukan ataupun hukuman dari Tuhan, ada kalimat dari homili seorang Romo yang begitu mengena di hati saya, homili itu jugalah yang membantu saya kembali ke diri saya yang dulu,

"Tetap bergembira, bersyukur, dan memiliki harapan penuh dimasa pandemi ini... Bukan karena merasa paling hebat, melainkan karena Tuhan yang memilih kita untuk menghadapi masa sulit ini dengan tetap bertekun dan percaya kepada-Nya."

Pandemi ini juga mengajarkan kita, betapa setiap pertemuan begitu berharga. Mungkin masih banyak yang mengalami kecemasan disituasi ini, memang tidak mudah, tapi kita semua pasti bisa melewatinya, kita tidak sendirian :). 

Faith hope love

Dear GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang