00 || 📜 After Story

142 73 77
                                    

"The wheel of life keeps turning to fulfill the destiny of the creator"

_________________________________________

o

O

O

o

________________________________________

Kala rasa yang terpendam menuai beribu tanya. Diamnya menjadi asa yang hampa. Luka hadir mewakili raga yang tersesat. Sesekali mencoba berlalu namun sangat mudah kembali. Hati yang rapuh akan terurai dengan sendiri. Membuat jiwa ini mengerti suratan takdir 'kan selalu mengikuti. Menolak tanpa usaha, hanya membuahkan sesal. Mata ini menjadi saksi. Akan adanya pengorbanan untuk sebuah harapan.

_________________________________________

Langit Eropa menumpahkan dukanya saat ini. Menyapu segala penjuru kota London. Tak peduli gedung-gedung pencakar langit yang tampak megah sejauh mata memandang. Ditemani cahaya dari lampu jalan yang remang ikut menyorot kegelapan. Di bawah sana, ratusan kendaraan lalu lalang menembus kepadatan jalan. Dari salah satu jendela apartemen mewah, gadis itu memandangi keindahan raya.

Di ruangan sedang bernuansa coklat abu-abu. Rak-rak tersusun rapi oleh buku. Pojok ruang terisi jam dinding besar. Dentang suarannya mengusir hening malam. Waktu yang mendekati tengah malam. Duduk berpangku tangan di atas meja kerja. Sesekali akan menyesap ocha yang mulai dingin.

Tangannya tak henti menulis sesuatu pada jurnal hariannya. Tak jarang gadis itu akan berhenti dan kembali menatap rintik air yang saling susul menyusul.

Menyunggingkan senyumnya kala menatap bingkai foto di sampingnya. Secarik kertas terlihat menyembul dari bingkai itu. Menariknya keluar gadis itu membacanya lamat.

"Varo..." Tak terasa setetes air mengalir mulus menyusuri pipi nya. Mulai berlomba mengurangi rasa sesak di dadanya.

"Kumohon bangunkan aku! Mimpi ini sangat nyata. Apakah kamu marah?" Menumpahkan segala keluh kesahnya, semua perasaannya campur aduk. Seyna merasa dirinya tidak akan sanggup lagi.

"Maafkan aku. Kembali! Atau... Biarkan aku ikut?"

Terserah semua akan menyalahlahnya, Seyna sudah tidak peduli! Dia hanya butuh Varo nya, cowok yang tidak pernah dia anggap, namun sekarang menjadi pemilik jiwanya.

Kriett...

"Sey, let's go" seru seorang pemuda dari balik pintu.

"Rey.. Ah! Okey. Wait me" jawab Seyna cepat, membuang muka seraya mengusap jejak air di maniknya.

Segera saja gadis itu merapikan kertas-kertas yang berhamburan. Mengembalikan alat tulisnya pada rak kecil. Sebelum beranjak Seyna meletakkan bingkai itu kembali pada tempatnya. Senyum miring tercetak di wajah cantiknya.

'Yang aku mau cuma kamu. Tunggu aku... Varo!'


~~TBC~~

VARSEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang