3. Pertemuan Kita.

117 10 2
                                    

Pagi cerah di hari Sabtu, akhirnya hari ini cerah dan langit tidak diliputi awan hitam yang seram. Tapi sepertinya akan ada badai pada hari ini.

***

Jessica POV

Angin bertiup cukup kencang, tapi itu biasa pada musim gugur. Cih musim gugur, itu mengingatkanku dengan seseorang yang menjadi memori pahit.

Oh iya kenalkan, namaku Jessica Cyclin. Aku biasa dipanggil Sica.

Aku berjalan sambil menenteng tasku, setelah  kulihat jamku sepertinya masih ada waktu 30 menit lagi untuk sampai ke sekolahku.

"Matahari terik banget ya Cy," aku menyerngit ketika seseorang berkata seperti itu.

Terik darimana? Emang di hawaii apa. Aneh banget.

Hanya orang yang mempunyai mimpi tinggi yang bisa mengetahui keadaan sekarang.

Aku terkaget mendengar ada seseorang berkata seperti itu, setelah kutengok kanan dan kiri ternyata tidak ada siapa - siapa. Aku masih tidak percaya dengan apa yang kudengar. Apa maksud dari semua ini?

"Gyaaa telat, dasar suara misterius. Bisa - bisanya buat aku telat,"

***
Keadaan sekolahku ternyata masih sepi. Pada kemana ya kira - kira mereka semua? Aku menaruh tasku di gantungan tas di mejaku. Pertama yang kulakukan adalah memeriksa lapangan.

Hmm.... sepi. Jadi mereka semua belum pada datang. Terus apa yang harus kulakukan di tengah - tengah kesendirian?

Aku memilih membeli sekaleng cappucino manis dari mesin minuman yang ada di masing masing kelas.

Apa aku menyukai kesendirian? Tentu saja aku membencinya, tapi terkadang kesendirian itu membuatku merasa nyaman jika sedang sedih.

Bwaa (anggep aja orang ngaggetin).

"Ternyata kamu ada disini toh. Ya ampun aku cariin juga," aku terkulai lemas melihat sahabatku, Honey.

"Honeyyyy kalau mau nganggetin ngomong dulu dong,"

"Nanti nggak seru dong,"

"Nanti kalau aku mati gimana dong,"

"Yaampun kenapa nggak dari dulu sih," aku menjitak kepala Honey keras. Cukup sudah penderitaanku pada hari ini.

"Semua orang dipanggil ke aula. Ada murid baru soalnya,"

Murid baru? Kayaknya spesial banget sampai di suruh ke aula.

Aku hanya mengangguk - angguk dan mengikuti arah jalan Honey. Cukup penasaran juga sih tentang murid baru itu.

***
Sampailah kita di aula, tidak ada  berisik - berisik. Tidak ada yang ricuh. Semuanya dalan keadaan tenang. Aku masih penasaran apa yang membuat mereka diam, saat aku duduk di kursi, seperti ada yang bergerak - gerak di dalam kursi itu.

"Honey ada apaan sih ini? Aduuh kayak ada gerak-gerak di kursiku,"

Honey tidak menjawab apa - apa. Apa dia nggak denger aku ngomong ya?

Tirai aula terbuka dan menunjukkan sosok pemuda tampan berpakaian rapi ksatria jubah hitam. Aku terpukau melihat pemuda itu.

Klontang!!!, kaleng cappucinoku jatuh ke lantai. Seakan tanganku lemas dan seakan tubuhku tidak mempunyai tenaga apa-apa.

Siapa lelaki itu. Mengapa dia seperti orang itu?

###

Autumn Mixing With Coffee (on editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang