13. Ingatan Ikuto dan Jessica.

47 3 2
                                    


Jessica POV.

Aku terlempar masuk ke dalam gelembung itu dan dihempaskan ke sebuah gelembung abadi lainnya.

Samar-samar dikejauhan aku melihat sebuah ladang luas dan halaman penuh bunga yang sangat luas, luasnya mengalahkan istana raja dan ratu di dongeng.

Aku memegangi kepalaku yang sakit karena terpantul dinding gelembung.

Sebuah taman bunga yang indah pikirku. Tapi sepertinya aku sudah pernah kesini sebelumnya. Taman bunga ini seperti nostalgia bagiku.

Terdengar suara candaan dan ketawa yang riang. Aku segera memajukan gelembung ini ke arah suara tersebut.

Penjaga kamu dimana? Aku ingin bertanya.

Tak ada jawaban sama sekali. Apa penjaga tidak ada ya? Tapi... aku rasa itu aneh.

Seorang anak kecil datang menghampiri taman bunga yang dipenuhi bunga lily, wajah anak itu tidak terlihat karena tertutup hood. Namun aku percaya dia adalah seorang perempuan.

Anak kecil itu memetik bunga lily tersebut. Tiba-tiba ada sekumpulan penjaga mendatangi anak itu.

"Tangkap putri, raja Earthesia itu." Suruh salah satu penjaga.

Aku tercengang mendengar kata  Earthesia. Apa aku ada di dalam legenda sekarang ini? Apa ini benar kerajaan yang dulu menghuni bumi? Banyak sekali pertanyaan muncul dalam pikiranku.

Putri itu kabur tapi ia terjatuh karena seorang penjaga menembakkan anak panah yang berhasil mengenai kaki putri tersebut, kejamnya.

"Akhirnya tertangkap juga kamu putri ingusan."

"Katanya mempunyai kekuatan legendaris? Cih ternyata hanya kebohongan belaka."

Ketika penjaga itu ingin menghunuskan pedangnya ke jantung gadis itu, ada seorang anak kecil lelaki yang lebih dulu melemparkan pisau ke mereka bertiga dan,whoots. Pisau itu menancap pas di tangan mereka.

"Beraninya sama anak kecil." Kata lelaki itu.

"Kamu kan juga masih kecil. Pangeran dari negeri bulan, yang mempunyai moon stone." Kata sang putri, aku rasa putri itu mempunyai karakter tidak tau terima kasih.

"Diam kamu. Ayo ke Sungai Wassumon untuk menyucikan lukamu." Tarik sang lelaki.

Aku segera mengikuti mereka berjalan, sang putri dan lelaki itu sama saja. Sama-sama tidak banyak omong.

***
Mereka sampai pada Sungai Wassumon menurutku, sungainya indah. Banyak sekali hal-hal aneh. Ada sungai khas musim salju yang dipenuhi es. Musim gugur yang dipenuhi suasana romantis.

Sang putri dan pemuda itu lebih memilih sungai yang ada musim gugurnya. Pemuda itu membasuhkan air ke luka sang putru dan lukanya pun menghilang.

Angin sejuk berdatangan untuk melengkapi suasana sungai musim gugur. Tak sengaja hood putri itu terkena angin dan terlepas. Aku melihat putri itu.

T...t..ti...dak mungkin, wajahnya sama denganku. Apa maksud dari semua ini?"

###

Autumn Mixing With Coffee (on editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang