Chap 3 : Peti Kosong Tanpa Jenazah

16.2K 1.4K 64
                                    

PDF Tersedia. Minat DM.

.

.

.

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : M

Genre : Fantasy, tragedy, hurt/comfort

Warning : Gender switch, OOC, OC, typo (s)

Note : Dilarang copy paste sebagian ataupun keseluruhan isi fict ini maupun fict milik saya lainnya!

Selamat membaca!


Golden Cage

Chapter 3 : Peti Kosong Tanpa Jenazah

By : Fuyutsuki Hikari


Angin musim gugur menerbangkan daun-daun pepohonan di kaki bukit yang kini telah berubah warna- kuning, orange dan coklat. Daun-daun kering itu terlepas dari tangkainya, melayang, seolah menari diudara, sebelum akhirnya jatuh tak berdaya ke atas tanah.

Kurama terus memacu kudanya dengan cepat, rambut merahnya yang diikat tinggi berayun, terkena angin. Sudah satu setengah hari dia berkendara, perjalanannya masih panjang dan hari ini adalah hari ulang tahun adiknya, dia hanya ingin datang tepat waktu. Tapi, alangkah tidak mungkinnya hal itu terjadi. Lagi-lagi Kurama menggerutu dalam hati. Semuanya salah Si Keriput itu! Batinnya, semakin kesal.

Merasa kasihan pada kuda tunggangannya, Kurama memperlambat laju kuda untuk mencari sumber mata air. Ini sudah sore, perut Kurama sendiri sudah sangat lapar, tenggorokannya kering, kudanya pun pasti tidak jauh berbeda. Terakhir kali dia mengisi perut adalah tadi malam, saat menginap disebuah penginapan sederhana di perbatasan ibu kota Kerajaan Ame. Dia harus mencari tempat untuk istirahat, pikirnya.

Tak lama kemudian, seorang pria tua berjalan pelan ke arahnya dari arah berlawanan. Tubuh pria tua itu bungkuk karena setumpuk kayu bakar yang dipikulnya di atas punggung. Rambut keperakannya digelung di puncak kepala- rapi, janggut tipisnya juga berwarna serupa dengan rambutnya, ia mengenakan pakaian petani yang sudah lusuh.

Kurama segera turun dari kudanya, berjalan mendekati pria tua itu. Kurama kemudian membungkuk.

Pria tua itu menghentikan langkahnya, Kurama terkejut saat mendapati kedua mata pria itu yang masih bersorot tajam diusianya yang sudah renta, dia menatap Kurama lurus, seolah membaca isi pikiran sang putera mahkota, dan tiba-tiba pria tua itu melepas napas panjang, lalu menggeleng pelan. "Menyedihkan... menyedihkan!" ujarnya pelan dan berulang, membuat Kurama mengernyit bingung.

Apa mungkin kakek ini sakit jiwa? Batin Kurama menerka.

Pria tua itu kini tersenyum simpul. "Aku tidak gila," katanya seolah bisa menebak isi pikiran Kurama yang sedang merenung. "Kau hanya perlu berjalan kurang lebih seratus meter ke arah utara untuk menemukan sungai dan rumput segar. Sungainya sangat jernih dan dangkal, perutmu bisa kenyang jika kau bisa menangkap beberapa ikan di sungai itu."

"Bagaimana kau bisa tahu apa yang sedang kucari?" tanya Kurama kembali memasang wajah bingung.

Pria tua itu tersenyum dan menjawab tenang. "Apalagi yang dicari seorang musafir di kaki bukit seperti ini? Lagipula, kau nampak tak tersesat."

Kurama mengangguk, mengerti. "Paman, dimana rumah anda? Ijinkan aku untuk mengantar paman sebagai tanda terima kasih."

"Tidak perlu," tolak pria tua itu halus. "Rumahku berada di mulut lembah, sangat jauh. Aku hanya akan memperlambat perjalanannmu, sementara kau sedang diburu waktu saat ini."

TAMAT - Golden Cage (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang