Luna's POV
TEEEEEENGGGGG
Bel istirahat berbunyi! Masa kejayaan para siswa pun dimulai. Itupun hanya untuk sementara. Tak apa, aku termasuk makhluk sosial yang pandai bersyukur.
Sedari tadi aku harus menahan cacing di perutku ini untuk tidak mengeluarkan suara gemuruh yang tentu tidak bersahabat. Menahan lapar di saat jam pelajaran tengah berlangsung bukanlah hal yang menyenangkan.
Kadang kau perlu konsentrasi yang cukup tinggi antara berpikir menu baru masakan ibu kantin dengan topik yang tengah dibahas oleh guru.
Oh, ayolah. Sampai kapan aku akan terus beragumen tentang menu masakan ibu kantin hari ini? Tapi, sepertinya aku ingin memakan makanan yang berkuah. Ah, aku tidak suka sausnya! Rasanya seperti saus bulan kemarin yang ditambah dengan air agar terlihat banyak.
"Luna Anemone Holmes, sampai kapan kau akan terus duduk di tempatmu?! Membayangkan menu hari ini, hm? Kau hanya akan membuang-buang waktu karena murid lain pasti sudah menyantapnya saat ini!" ucap Sherly tiba-tiba dengan satu tarikan napas panjang dan nada yang dramatis.
Membuat lamunanku membuyar.
"Uh-oh, Sherly! Mengapa kau tak mengingatkanku sejak tadi?!" jawabku dengan nada yang ikut tak kalah dramatis.
Ia memutar bola matanya kemudian menarik pergelangan tanganku menuju keluar kelas. Aku hanya terkekeh sepanjang jalan ia membawaku dengan gaya seorang-majikan-menarik-paksa-budaknya.
"Lun..! Luna!" seru seseorang yang kuasumsikan berada di belakangku.
Aku menghentikan langkahku, membuat Sherly juga ikut terhenti secara tiba-tiba karena tangannya masih menggenggam pergelangan tanganku. Sebelum aku mendapatkan death glarenya, aku menoleh ke belakang dengan cepat dan menemukan Calum berjalan mendekat ke arahku.
"Calum, eh? Kau err.. terlihat pucat?" ujarku sekenanya ketika aku melihat wajahnya yang terpampang jelas peluh-haus di sana.
"Ya, ya, ya. Kau seharusnya berterimakasih kepadaku. Aku ingin mengembalikan bukumu yang kupinjam akhir pekan lalu, ini!"
Ia menyodorkan sebuah buku dengan sampul berwarna merah tua, terpampang dengan jelas namaku yang tertulis di atas stempel putih di bagian covernya.
Aku mengambilnya, "Bagaimana ulanganmu?" tanyaku.
Seketika tanganku terasa seperti digenggam dengan kuat. Dan benar saja, saat aku menoleh ke kiri, Sherly berdiri di dekatku sambil menggenggam tanganku dengan kuat.
"Ouch.. sakit, bodoh."
"Sampai kapan kau akan membiarkan kantin semakin penuh? Dan sepertinya sebentar lagi akan meledak." Ucapnya, iris tajamnya menatapku intens.
Aku menepuk dahiku, "Sherly! Kantin!" ucapku sedikit berteriak.
Saat aku melirik ke depan, mencoba menemukan lelaki yang tadi tengah berbicara singkat denganku.
"IA BAHKAN SUDAH BERLALU, LUNA! APA YANG KAU TUNGGU?!" teriak Sherly memekikkan telinga.
Kini kami hendak bergegas menuju kantin. Namun suara deringan yang memenuhi seluruh pelosok koridor terlebih dahulu menghentikan niat kami.
Bagus.
Sekarang aku sangat berharap mempunyai time-turner.
Aku benar-benar tak berani menatap Sherly saat ini.
Sayup-sayup aku mendengar suara murid-murid yang berlalu lalang,
"Apa? Pulang lebih awal? Dew.. tuna memihak.. ku!".
KAMU SEDANG MEMBACA
Shelter
FanfictionPerjalanan yang mengungkap sejumlah rahasia tentang masa lalu. Dan membawa Luna untuk melihat kebenaran. ©chancemoretz [slow updates]