2. Melewati Malam Pertama - Minato Aqua

401 58 10
                                    

Baha tidak melupakan prioritasnya untuk membangun pondok kecil untuk tempat istirahat. Meski tubuhnya kurang terlatih akibat banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, namun pengalaman membuat berbagai macam perkakas semasa dia tinggal di kampung belum hilang.

Ketika air sudah didapatkan, hal yang selanjutnya dilakukan dalam kondisi bertahan hidup adalah membangun kamp atau lokasi dimana manusia bisa bertahan dari cuaca dan hewan yang mengancam nyawa.

Meski tidak memiliki perkakas yang kuat seperi kapak, palu, maupun cangkul yang terbuat dari besi.

Baha punya sedikit keterampilan membuat perkakas dari batu gamping tajam yang tersedia di sekitar bantaran sungai.

Dengan sulur, dan dahan kayu. Baha dapat membuat perkakas sederhana untuk mempermudah pekerjaannya membangun sebuah pondok kecil untuk perlindungan, setindaknya dari hujan.

Meskipun dalam praktiknya, perkakas itu sangat sulit dan tidak efisien untuk digunakan.

Alhasil, telapak tangannya dipenuhi luka. Belajar dari semasa dia tinggal di desa, dia melumuri luka di tangannya dengan tanah dan air liur.

Sembari istirahat, dia memanjat beberapa pohon dan memetik buah dari ranting-ranting kecil di atas.

Beruntung di lokasi mereka berpijak, terdapat banyak buah-buahan, seperti pisang, apel, dan buah-buah beri-berian.

Setindaknya untuk pasokan makanan, mereka bisa santai tentang hal itu.

Aqua duduk di dahan kayu sembari mengamati Baha bekerja membangun pondok, dia terkesima dengan kemampuan pria itu dalam menangani kondisi bertahan hidup di alam liar seperti ini.

Aqua yang sebelumnya tinggal di tengah kota metropolitan besar macam Tokyo, tidak dapat menyimak semua hal yang Baha lakukan.

Memang yang semua Baha lakukan terkesan mudah jika dilihat, namun berbeda jika dilakukan. Dibutuhkan power dan stamina yang cukup untuk memotong kayu-kayu itu.

"Sugoi ne...." Aqua bergumam, dia ingin membantu, tetapi karena masalah penghalang bahasa, dia hanya bisa duduk mengamati untuk saat ini.

Tidak!

Dia ingin membantu!

"Anoo ... I help ... Can?"

Dengan broken english, Aqua menanyakan bantuan. Baha yang tengah mengunyah pisang tersenyum.

Anggukan Baha menyenangkan Aqua, Baha memberikan kode kepada Aqua untuk ikut.

Rupanya, di balik pohon, ada banyak sekali daun kelapa yang berjatuhan. Baha menunjukkan beberapa simpul untuk membuat atap dari daun kelapa.

Aqua menyimak gerakan Baha dengan saksama, tidak ingin ada langkah yang terlewatkan.

Dalam praktiknya, Aqua langsung melakukan banyak kesalahan. Dengan sabar Baha menunjukkan kembali cara dan mengoreksi Aqua jika ada simpul yang salah.

Barulah satu jam kemudian Aqua bisa melakukan semuanya secara mandiri. Saat itu juga Baha kembali mengerjakan kerangka dasar pondok buatannya.

3828191938

Kureiji Ollie.

Menyadari bahwa tempat dia berada berubah dalam sekejap mata.

"Chotto matte! Ini gimana dah!? Kok aku bisa ada di hutan gini sih! Ada yang nggak beres nih."

Satu menit berselang, Ollie langsung tersadar dengan apa yang sedang dia alami.

"Ini pasti isekai kan?"

Wajah Ollie menjadi datar tatkala dia melihat ada dua planet yang jaraknya dekat sekali dengan cakrawala.

Rentetan kejadian mengejutkan dia alami pula, seperti tubuhnya saat ini benar-benar menjadi mirip karakter vtuber-nya.

Dari balik pita besarnya, dia meraba bagian sensitif dengan kedua tangannya.

"Hiks .... Tepos."

372819193

Kembali ke Aqua dan Baha.

Hari menjelang sore, pekerjaan Aqua belum rampung. Baha yang membuat kerangka pondok langsung membantu Aqua sebelum malam turun.

Mereka bekerja tanpa bersuara, hanya lirik-lirikan satu sama lain.

Jika saja ada orang ketiga yang melihat kejadian ini, orang itu pasti merasa sedang menyaksikan film komedi romantis.

Pondok buatan Baha rampung persis saat matahari di dunia ini tenggelam.

Kini, Baha tengah sibuk membuat api dengan sabut kelapa yang dia giling secara halus.

Tangannya saat ini dipenuhi dengan luka baret dan kapalan.

Hal itu tidak dia hiraukan karena fokusnya saat ini terpusat pada bagaimana cara menyalakan api ini.

Aqua masih menatap Baha dengan rasa cemas, dia melihat tangan Baha terluka karena memilin dan memelintir ranting kayu itu terlalu keras

Beberapa saat kemudian, asap kuncul dari sabut kelapa, yang diikuti dengan sedikit percikan api yang menyala.

Mereka berdua dipenuhi rasa suka cita, Baha langsung meniup-niup sabut itu untuk memberi aliran oksigen dapat mengenai api supaya kobaran api dapat membesar.

"Yatta!"

Dengan ini, mereka dapat tenang dari serangan hewan buas, dan serangga-serangga pengganggu.

Ditemani dengan kobaran api unggun, Aqua bernyanyi, suaranya yang merdu membuat malam yang damai ini menjadi lebih teduh.

Malam tiba, sehingga mereka harus beristirahat.

Baha memberikan kode pada Aqua agar tidur, Aqua awalnya juga ingin mengajak Baha tidur bersama. Tetapi, Baha tiba-tiba naik ke atas pohon untuk jaga malam.

Aqua khawatir, namun dia segera sadar bahwa kekhawatirannya bisa akan menjadi ancaman.

Bayangkan jika Baha ikut tidur, dan tidak ada orang yang mengawasi lingkungan sekitar. Bahaya yang mengancam dan banyak risiko akan berdatangan saat malam hari.

Malam hari adalah waktu bagi beberapa predator untuk berburu. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran terbesar bagi mereka berdua.

Aqua tidur diselimuti dengan beberapa daun pisang dan berbantal dedaunan.

362728283

"Kowaii yo ...."

Dalam tidur, Aqua mengigau dan menangis.

Baha yang mendengar hal itu seketika membuka matanya lebar-lebar. Dia perlahan menghampiri Aqua yang tertidur di pondok.

Dia tidak tahu harus berbuat apa, tetapi dia ingin membuat perasaan Aqua membaik.

Maka dari itu, dia hanya berani mengusap punggung Aqua untuk menenangkannya.

Dia melakukan itu dengan sangat hati-hati agar dia tidak terbangun dari tidurnya.

Malam itu Baha sangat khawatir dengan kondisi Aqua.

HaluliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang