"Dimana aku?"
Dia jelas mengingat apa yang sebelumnya dia lakukan, rutinitas yang seharusnya biasa dilakukan sehari-hari.
"Bagaimana aku bisa berada di tempat seperti ini?"
Dia mencoba menelusuri ingatannya, dia baru menyadari ada yang aneh saat dia tiba-tiba merasa pusing saat melakukan Live Streaming beberapa menit lalu.
"Tidak! Ini dimana!?"
Dihadapannya sekarang adalah pemandangan di dasar hutan yang sangat lebat, hampir tidak ada cahaya matahari yang menembus dasar tanah membuat suasana terlihat gelap dan mencekam.
Dengan panik, gadis itu berlarian mencari petunjuk, namun hasilnya nihil. Dia seperti merasa bahwa dia kembali ke tempat awal.
Merasa ingin menangis, tiba-tiba dihadapannya muncul beberapa orang wanita yang tengah membawa keranjang yang dirajut dengan rotan.
Telinganya runcing dan wajahnya proporsional, mereka adalah elf yang biasanya ada di dunia fantasi.
Gadis itu mau bersembunyi namun orang-orang itu segera menemukannya.
"Hei, apakah kau elf pendatang? Kau sepertinya kebingungan, pintu masuknya sebelah sini untuk masuk ke desa kami."
Gadis itu kebingungan, dia jelas seorang manusia. Namun setelah dia meraba telinganya yang juga runcing, dia mau tidak mau harus menerima bahwa dia telah berubah menjadi elf.
Tidak ada pilihan, gadis tersebut menuruti perkataan elf-elf tadi, dia mengikuti mereka masuk ke dalam desa.
Dia menyadari pemandangan berubah seketika, yang dia lihat sebelumnya adalah hutan yang lebat nan gelap. Namun sekarang dia bisa melihat banyak rumah-rumah elf di batang-batang pohon, persis berada di atas kepalanya.
Dia terkesima dengan pemandangan tersebut, terlihat jembatan kayu yang menghubungkan pohon antar pohon, terdapat tower penjaga yang letaknya di paling atas pepohonan, serta ada sebuah pohon paling besar yang letaknya di tengah desa elf.
"Kalian bisa tinggalkan aku dan pendatang ini, kami akan menemui kepala desa, kalian bisa melakukan tugas mencari makanan duluan, tidak perlu menunggu kami," kata seorang elf sembari menarik gadis itu masuk ke dalam desa.
"Perkenalkan, namaku Hyely, aku adalah penduduk asli desa ini. Boleh kutahu siapa namamu?"
"Kau bisa memanggilku Lamy."
* * * * *
"Oh begitu, singkatnya kau tidak mengetahui alasan mengapa kau berada di tempat ini, karena dirimu tiba-tiba berpindah tempat dari lokasi tempat tinggalmu?"
Kepala desa elf menopang dagunya, matanya melihat sosok Lamy yang bersimpuh di samping Hyely.
Melihat sosok Lamy, kepala desa tidak habis pikir mengapa Snow Elf sepertinya datang ke daerah yang musim dingin yang tidak terjadi sepanjang tahun.
Snow Elf dapat dikenali dengan rambutnya yang berwarna biru atau putih, kulitnya juga berwarna paling putih di antara jenis elf yang lain.
Tidak heran mengapa setiap penduduk desa yang melihatnya, cukup heran sekaligus terkesima dengan sosoknya yang menonjol di antara mereka.
"Benar, kepala desa. Begitulah kira-kira ceritanya."
Hyely meminta kepala desa agar Lamy bisa tinggal di rumahnya untuk sementara waktu, lagipula dia yakin bahwa Lamy butuh seorang pendamping yang menemaninya ketika hidup di desa ini.
Kepala desa menyetujui usulan Hyely, sebab Hyely dikenal sebagai orang yang cukup disenangi penduduk desa, tidak ada catatan buruk atau kriminal mengenai dirinya.
"Namun, apakah Lamy keberatan jika kau tinggal bersama Hyely?" Kepala desa melirik Lamy.
Lamy menatap Hyely yang tersenyum kepadanya, dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti alurnya. Lagipula dia belum memiliki tujuan, apalagi dia sama sekali tidak mengerti mengenai apa yang sedang terjadi kepada dirinya.
"Baiklah, aku akan tinggal bersama Hyely untuk sementara waktu."
Mereka berdua pamit meninggalkan rumah kepala desa.
"Sebelum kita menuju rumahku, bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu Lamy?"
"B-Baik, aku akan mengikutimu."
Pertama mereka mengunjungi pasar, Hyely membelikan camilan khas elf yang sebagian besar berupa camilan vegetarian.
Pasar merupakan salah satu lokasi dimana orang-orang cukup ramai berlalu lalang, selain lokasinya yang berada di pusat desa, ketinggiannya juga tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah di antara pepohonan.
"Jajanan ulat sagu cukup populer di desa kami, apa kau mau mencobanya?"
Hyely menunjuk ke arah nampan yang berisi ulat-ulat putih yang masih bergerak menggeliat kesana kemari. Ekspresi Lamy berubah seratus delapan derajat.
"Kimochi warui!"
Hyely membeli satu ulat sagu, penjual menusuknya dengan lidi dan memberikan topping madu.
"Ini kenyal dan enak lho." Hyely mengunyah ulat itu seakan-akan makanan paling lezat di seluruh dunia.
"Pergi, itu menjijikan! Kimooiiii!"
Lamy melarikan diri, Hyely tertawa bahagia sebab ekspresinya cukup mengocok perut. Dia mengejar Lamy yang berlari.
Lamy berhenti karena melihat sesuatu, dia melihat ada seorang manusia yang diseret oleh penjaga, kaki dan tangannya diikat.
"Apa yang terjadi di sana?" Tunjuk Lamy ke arah manusia tersebut. "Mengapa manusia itu ditangkap?"
"Manusia itu kemungkinan adalah mata-mata yang dikirim oleh kerajaan, kerajaan memburu dan menangkap kaum kami untuk dijadikan budak, harga kami sangat tinggi di pasar budak. Mungkin itu adalah alasan dia mencari keberadaan kami," ujar Hyely.
Hyely khawatir persembunyian mereka sudah terungkap oleh manusia, sehingga dia segera bertolak menuju ke rumah kepala desa lagi untuk melapor atau mendapatkan informasi.
Lamy kebingungan dengan situasi yang terjadi, terpaksa mengikuti Hyely.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halulive
Fiksi PenggemarKejadian aneh menimpa Baha yang tengah menonton streaming Vtuber Hololive di website Holodex. Tidak hanya dia sendiri yang mengalaminya, kejadian serupa dialami oleh seluruh member Hololive. Terjebak di dunia fantasi, mereka mencari jalan keluar unt...