"SENJA!!!"
Seketika seluruh siswa yang berada di koridor sekolah menoleh ke sumber suara. Di Sana, Jeva berdiri dengan napas yang tak beraturan. Kobaran api terpancar di mata perempuan itu. Kakinya melangkah menghampiri Senja yang terlihat bingung.
"Langit mana?" Jeva bertanya ketika sudah di hadapan sang teman.
"Di kantin." balas Senja. Tadi laki-laki itu memberitahunya saat tadi diturunkan di halte.
"Ayo, ikut gue cari laki lo," ajak Jeva, menarik tangan Senja untuk ikut dengannya.
Sesampainya di kantin, mata perempuan itu langsung tertuju pada Langit yang tengah asik berbicara dengan Sagara. Asap mulai keluar dari kepala melihat senyuman Langit. Bisa-bisanya tertawa saat dirinya mengalami hal tak mengenakkan akibat ulah laki-laki itu.
"Bagus! Puas banget ketawanya. Kayak nggak punya dosa aja." Jeva berkacak pinggang menatap Langit. "Tanggung jawab nggak lo."
Langit yang diajak bicara bingung. "Tanggung jawab apaan, Jep? Perasaan, gue nggak buntingin lo, dah."
Senja yang berdiri di belakang Jeva membulatkan mata. Langit kalau bicara memang asal bicara begitu, kah?
"Gara-gara lo kemarin, Gio jadi manggil gue Mama, tau!" ujar Jeva kesal. Dadanya terlihat naik turun menahan emosi. Kalau saja tak ada kejadian kurang mengenakkan, mungkin tak akan sekesal ini.
"Pinter banget anak lo, Ga." Langit terlihat bangga atas didikannya. Laki-laki itu bertepuk tangan sebagai bentuk kebanggaan.
Sementara itu, Jeva yang dikuasai amarah memilih untuk menenangkan diri. Tempat kososng di samping sang kekasih pun ditempati. Sedangkan Senja, perempuan itu memilih duduk di dekat Langit untuk mengomelinya.
"Kemarin, gara-gara dia terus panggil gue Mama, ibu-ibu yang lagi makan bubur ayam ngira Gio beneran anak gue. Ibu-ibunya nyerocos mulu, gue bingung mau jawab apa. Kebetulan pesanan gue udah jadi, jadi, ya, gue cabut tanpa ngasih kejelasan yang pasti,"
"DAN LO TAU? Pagi tadi gue ketemu salah satu ibu-ibu itu. Dalam keadaan gue lagi pakai seragam sekolah." Wajah Jeva masih terlihat shock. "Terus bilang begini, 'loh, Mbak? Mbak yang di tukang bubur kemarin itu, ya? Yang anaknya ganteng. Kok pakai baju SMA? Masih sekolah?! Hamil di luar nikah, dong?!'. Gila, mau ditaruh mana muka gue?"
Cerita yang sangat lucu dan menarik bagi Langit, Sagara, dan Senja. Pemuda dan pemudi itu tak bisa menyembunyikan rasa terkejut. Suara tawa pun terdengar di akhir. Apalagi Langit yang terlihat sangat puas.
"Masa, sih? Kapan? Aku, kok, nggak tau?" Sagara menoleh dengan rasa penasaran.
"Kamu ke parkiran," Jeva menegakkan tubuh. "Mana ada yang nanyain kamu punya adik atau kembaran, nggak. Mau dijodohin sama anaknya kalau punya."
"Ih, gue kalau di posisi ibu itu pasti begitu juga. Memperbaiki keturunan. Kalau bisa, sama emaknya aja, jangan anaknya," ucap Senja sembari terkikik geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Fanfiction"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sama lo, kan!!" Kesal Senja. "Di blacklist lo dari surga karena ngatain kucing." _____________________ ...