Prolog

18 2 0
                                    

•••

Seorang pria masih berdiri tegap di depan bandara. Sambil memegang koper besar di tangan kirinya dan menenteng tas ransel di bahu sebelah kanannya. Sedang menunggu taksi yang akan menjemputnya. Choi Siwon baru saja tiba di Indonesia. Dia diutus oleh ayahnya sendiri untuk mengurus perusahaannya yang berada di Indonesia. Dia berangkat sendiri ke Indonesia. Dengan berbekal doa dari orang tuanya di Korea Selatan.

Taksi yang dari tadi dinantikan, sudah berada di hadapannya. Supir taksi membantu memasukkan bawaan Siwon ke dalam bagasi. Mereka segera berangkat ke apartemen yang akan ditempati oleh Siwon. Di perjalanan, mereka sempat mengobrol dan dengan cepat membuat mereka akrab. Siwon sudah mulai menguasai bahasa Indonesia. Dia orang yang ramah dan tidak memandang dengan siapa dia bergaul.

Setibanya di apartemen, Siwon segera menuju apartemen yang sudah dibeli oleh ayahnya yang memang sudah disiapkan untuk ditempati Siwon. Setelah membereskan semua barang-barangnya, Siwon membersihkan diri dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang nyaman. Dia tidak sempat berkeliling di sekitar apartemen karena badannya sudah sangat lelah. Dia hanya ingin bermalas-malasan sampai akhirnya dia tertidur.

~~~

"Selamat pagi, Pak." banyak pegawai yang menyapanya dengan ramah. Diapun membalasnya dengan ramah. Dia tidak ingin membuat mereka merasa tidak nyaman. Semua tau Siwon akan datang. Dan mereka membuat sambutan sederhana untuk bos barunya ini.

"Selamat pagi, Pak." Seorang wanita menyapanya dengan senyum yang lebar. "Saya Miya, saya adalah sekretaris Bapak. Mari saya antar ke ruangan Bapak." Miya segera mengantarkan Siwon ke ruangannya.

Dia sedikit gugup ketika mengikuti rapat, mengatur pekerjaan pegawainya, juga memberi contoh yang baik kepada pegawainya yang melakukan kesalahan kecil. Ini baru pertama kalinya dia memegang sebuah perusahaan. Kalau di Korea dia adalah pegawai ayahnya. Tapi di sini tidak. Dia adalah bos. Orang yang paling disegani di perusahaan tersebut.

Waktu makan siang pun tiba. Siwon keluar untuk mengistirahatkan pikirannya. "Pak, mau ke kantin?" tanya sekretarisnya saat melihat Siwon keluar dari ruangannya.

"Oh, tidak. Aku akan makan siang di luar kantor. Apa ada cafe di dekat sini?" tanyanya pada sekretarisnya.

"Iya, Pak. Ada cafe di seberang jalan." jawab Miya dengan tak menghilangkan senyum manisnya.

"Di seberang jalan? Akh tidak menyadarinya." Siwon tertawa canggung. "Ya sudah terimakasih." Siwon mulai melangkah menuju lift. "Oh iya. Jangan lupa siapkan meeting sehabis makan siang ya." Siwon berbalik dan memperingati Miya. Dan hanya dibalas anggukan sopan olehnya.

~~~

"Selamat siang. Mau pesan apa?" tanya salah satu pegawai kepada Siwon. Tanpa sadar Siwon terus memandangi pelayan itu sampai tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. "Maaf. Jadi mau pesan apa?" ulang pelayan tersebut dan menyadarkan lamunan Siwon.

"Oh iya, saya belum pesan. Emm... Saya baru tiba di Indonesia kemarin. Bisa sarankan makan siang yang enak?" tanya Siwon dengan sopan.

"Oh kalau begitu saya akan antarkan makanan anda nanti. Apa perlu saran untuk minuman juga?" tanya pelayan itu dengan nada yang lembut. Hampir saja Siwon terhipnotis dengan senyum menawan itu.

"Ya. Saya akan pesan pilihanmu." Siwon tersenyum tanpa memalingkan pandangan dari pelayan itu.

Beberapa menit kemudian palayan itu kembali dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. "Silahkan menikmati makanannya, Pak." pelayan itu menurunkan makanannya.

"Emm, maaf. Apa anda sedang tidak sibuk?" tanya Siwon kepada pelayan tersebut.

"Cafe sedang sepi, jadi saya tidak terlalu sibuk. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu dan tidak melupakan senyum khasnya.

"Bisa temani saya makan?" Siwon bertanya dan berhasil membuat pelayan itu terkejut. "Maksud saya, jelaskan tentang Indonesia, seperti makanan yang enak, tempat-tempat menarik di sekitar sini. Itupun kalau anda tidak keberatan." Siwon segera meralat ucapannya.

"Oh, baiklah." perempuan itu duduk di depan Siwon. "Silahkan dimakan." tawar pelayan itu.

"Oh iya. Sebelumnya, siapa namamu?" tanya Siwon kepada pelayan itu.

"Nama saya Yoona."

"Nama yang bagus. Oh iya, nama saya Siwon?" Siwon memperkenalkan diri

"Anda bekerja di perusahaan Choi Group?" tanya Yoona dengan sedikit canggung.

"Iya. Saya disuruh ayah saya untuk mengurus yang di Indonesia." Siwon berkata dengan santai.

"Memangnya anda dari mana?" tanya Yoona karena merasa ada yang janggal.

"Saya dari Korea."

"Tunggu sebentar. Kalau boleh tau marga anda?" tanya Yoona dengan sedikit ragu.

"Nama saya Choi Siwon."

Yoona terkejut. "Jangan-jangan..."

"Iya, saya yang memimpin cabang Choi Group yang di Indonesia atas perintah dari ayah saya." Siwon berkata dengan santai. Tanpa memikirkan betapa terkejutnya Yoona sekarang.

"Maafkan saya, karena tanpa sopan, saya telah berani mengobrol dengan anda." Yoona berdiri dan membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf.

"Hei, jangan terlalu sopan seperti itu. Santai saja ya. Saya malah merasa tidak enak jika seperti ini. Kembalilah duduk." Siwon agak merasa risih dengan kelakuan Yoona yang terus membungkukkan tubuhnya.

"Sekali lagi saya minta maaf Pak." Yoona kembali duduk tapi masih menundukkan kepalanya.

"Tolong jangan bersikap formal. Ini bukan di dalam perusahaankan? Lagipula kamu tidak bekerja di Choi Group." ucap Siwon terus terang.

"Baiklah." balas Yoona dengan senyum canggung.

Mereka berdua kembali melanjutkan obrolan dengan sedikit canggung.

~~~

Siwon sudah sampai di apartemennya. Dia hanya berbaring setelah membersihkan diri. Entah kenapa isi kepalanya dipenuhi oleh sosok Yoona. Berkali-kali dia berusaha untuk menghilangkan bayangan Yoona, tetapi sama sama saja hasilnya. Terlebih lagi dia terus mengukir senyum sepanjang malam hingga dia terlelap. Walaupun sudah tidur, dia tetap tersenyum. Mungkin saja Yoona sayang ke dalam mimpinya.

Hari-hari berikutnya Siwon terus mendatangi cafe di depan kantornya. Untuk makan siang--mungkin memiliki tujuan lain. Apalagi kalau bukan menemui Yoona, itu adalah tujuan utamanya. Makan siang hanyalah alasan.

Mereka selalu berbicara hal-hal acak yang tiba-tiba keluar sendiri dari mulut mereka. Awalnya memang terasa canggung. Tapi lama kelamaan itu menjadi hal yang paling menyenangkan bagi mereka berdua. Hingga akhirnya di hari yang sangat spesial. Yoona berangkat pagi dengan mengendarai sepedanya yang selalu mengantar Yoona kemanapun dia pergi.

Di hari itu. Hari yang mungkin tidak dapat dilupakan oleh Siwon dan Yoona. Yoona masih berdiri di depan pintu cafe dengan menatap tak percaya ke arah depannya. Dia masih mematung di sana.

"Kenapa kamu cuma berdiri aja di sana? Ayo masuk." minta Siwon yang sudah memakai setelan rapi dengan seikat bunga tulip merah di tangannya. Yoona masuk ke dalam cafe dan berdiri di hadapan Siwon. Kemudian Yoona terkejut dengan apa yang dilakukan Siwon selanjutnya.

Siwon memberikan bunda tulip itu kepada Yoona. Yoona menerima bunga itu, dan Siwon mengambil sesuatu di dalam kantong jasnya. Siwon membuka kotak kecil yang berisi cincin yang sangat indah. "Will you marry me?" ucap Siwon dengan menatap Yoona penuh arti. Yoona masih menutup mulutnya karena terkejut. Pada akhirnyapun, Yoona hanya mampu menganggukkan kepalanya saja. Tidak bisa berkata-kata karena masih terkejut.

Siwon meraih tangan Yoona dan memasangkan cincin itu ke jari manis Yoona. Sebenarnya Yoona sedikit malu karena di sana juga ada karyawan lain bahkan bosnya. Siwon berdiri dan memeluk tubuh Yoona dengan kasih sayang. Air mata Yoona mengalir tanpa aba-aba. Dia sangat terharu. Karyawan dan bosnya bersorak ikut masuk ke dalam kebahagiaan mereka.

•••

Vote and comment💕

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang