•••
"Irene membuka matanya. "Ayah" satu kata terucap dari mulutnya. Dia merasakan genggaman di tangan kanannya. Dia melihat Johnny dengan wajah khawatir duduk di sampingnya. "John, ayah mana? Ini dimana?" tanyanya kepada Johnny.
"Ini di rumah sakit kak. Udah satu minggu kakak di sini. Gimana keadaan kakak? Aku panggilin dokter ya."
Irene menahan tangan Johnny yang hendak meninggalkannya. "Gak usah. Kakak gapapa. Dimana ayah? Dia gapapa kan?" Irene terus menanyakan ayahnya. Tapi Johnny masih terdiam. Hingga seseorang masuk dari arah pintu.
"Kakak. Kakak udah bangun? Kakak gapapa kan?" Claudy berlari ke arahnya ketika melihat Irene membuka mata, diikuti Mark yang juga merasa senang melihat kakaknya sudah siuman.
"Kakak gapapa kok." Irene menjawab dengan senyum di wajahnya. "Ody, ayah dimana?" Irene tidak menyerah untuk menanyakan hal yang sama.
"Ayah-"
"Kak, aku mau ngajak Claudy sama Mark buat makan, dari tadi mereka belum makan." Johnny segera memotong ucapan Claudy. "Yuk makan dulu. Nanti kalian sakit. Aku panggilin dokter ya kak, biar diperiksa." Johnny menarik tangan kedua adiknya itu.
Baru saja Irene mau membuka mulutnya, mereka bertiga sudah tidak terlihat lagi. Perasaan Irene tidak enak. Tapi dia berusaha untuk berpikir positif. Tak lama kemudian, dokter datang untuk memeriksanya.
~~~
"Bang, kenapa kita dibawa kesini?" Mark mulai bertanya ketika mereka bertiga sudah berada di kantin.
"Kalian belum makan kan? Kita makan dulu aja." Johnny menjelaskan dengan senyum yang terlihat sangat dipaksakan.
"Kenapa kita gak kasih tau kak Irene dulu tentang ayah?" sekarang Claudy yang membuka mulutnya.
"Ody, kak Irene baru aja bangun terus kamu mau kasih tau dia kalok sudah udah meninggal?" ucap Johnny dengan nada yang sedikit keras.
"Gak usah pake ngegas bisa kan?" Mark terlihat tidak terima dengan nada suara Johnny. "Terus kita mau kasih tau kak Irene kapan?"
"Gue gak tau kapan, mungkin nunggu keadaan kak Irene udah bener-bener stabil."
"Serah lo aja deh bang." Mark menyenderkan punggungnya ke kursi.
~~~
"Irene, sekarang kamu udah boleh pulang. Jaga kesehatan di rumah ya. Obatnya diminum secara rutin ya." dokter sudah memperbolehkan Irene untuk kembali ke rumah. Dia berterima kasih kepada dokter.
Johnny membawa barang Irene ke mobil. Mark dan Claudy berjalan di samping Irene. Mereka segera pulang ke rumah dan membiarkan Irene untuk beristirahat.
---
"Kakaaaaaaaaaaak!!!"
"Byull. Kamu pasti takut ya sendirian di rumah?" Irene berlutut untuk menyamakan tingginya dengan Byullie.
"Gak takut kok. Aku kan berani." jawabnya dengan senyum lebar. Irene tertawa melihat tingkah lucu adiknya itu.
"Berani? Kemarin malem yang lari ke kamar bang John terus minta tidur sama abang siapa?" Johnny tersenyum ketika melihat adiknya itu menundukkan kepala.
"Aku gak takut kok. Aku cuma mau tidur sama bang John aja." Byullie masih menundukkan kepalanya. Irene dan Johnny tertawa melihat tingkah menggemaskan adiknya itu. Mark dan Claudy? Mereka hanya menatap Byullie dengan tatapan malas.
"Oiya. Ayah mana? Ayah udah pulang duluan kan?" Irene bertanya kepada Byullie. Yang ditanya segera mengangkat kepalanya. Ya, Irene belum mengetahui jika ayahnya sudah meninggal.
"Ayah kan udah pulang ke bunda kak." jawab Byullie dengan santai. Dia belum mengerti arti dari kata meninggal. Johnny yang memberitahu Byullie jika ayahnya sudah pulang ke tempat bundanya berada.
"Lo ngomong apaan sih." Mark membentak Byullie, kepala Byullie otomatis kembali tertunduk.
"Byullie, kamu mainan di kamar kamu dulu ya." Irene tersenyum dan membiarkan adiknya itu masuk ke kamar. "Kalian, ayo kita bicara di ruang tengah."
---
"Apa maksud dari perkataan Byullie tadi?" Irene menatap adiknya satu persatu. "Jawab"
"Ayah udah meninggal kak." jawab Claudy dengan menundukkan kepalanya. Johnny dan Mark serentak menolehkan kepalanya ke arah Claudy. "Apa? Gue gak bisa bohong sama kak Irene lagi." Claudy menundukkan kepalanya lagi setelah membalas tatapan dari kedua kakak laki-lakinya itu.
"Kenapa kalian nyembunyiin semua ini? Lebih dari satu minggu dan kalian gak ada yang kasih tau kakak?" Irene masih bertanya dengan tatapan datar.
"Kakak baru aja bangun dan kesehatan kakak belum stabil. Kita gak mau buat kakak tambah sakit." jawab Johnny yang memberanikan diri untuk menatap kakaknya itu. "Kakak kehilangan banyak darah, ayah donorin darahnya buat kakak. Jadi ayah gak bisa diselamatkan." kalimat terakhir Johnny benar-benar membuat Irene lemas. Karena mendonorkan darahnya untuk Irene, ayahnya tidak bisa diselamatkan.
Irene menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Anter kakak ke makam ayah sekarang." Irene memohon kepada Johnny--lebih ke memberi perintah.
"Tapi kak, kakak baru aja pulang dari rumah sakit. Kakak istirahat aja dulu." Johnny sangat khawatir dengan kesehatan Irene.
"Anterin kakak sekarang." Irene sudah tidak bisa dibantah lagi.
---
"Ayah maafin kakak. Gara-gara kakak, ayah jadi gak bisa diselamatkan. Johnny selalu bilang kalok aku gak boleh nyalahin diri sendiri. Tapi gimanapun juga aku masih ngerasa bersalah." Irene mulai mengeluarkan air matanya. "Ayah yang tenang disana ya. Jagain bunda. Bunda juga jagain ayah ya. Ayah udah baik banget ngejaga kita semua." Irene menoleh ke makam di sebelah ayahnya yang merupakan makam sang bunda.
"Kak, ayo pulang. Mendung nih. Nanti keburu hujan." Johnny memegang pundak Irene pelan.
Irene mengangguk dan berdiri setelah memperlihatkan senyum indahnya kepada ayah dan bunda. Mereka pergi meninggalkan pemakaman dan segera pulang.
~~~
"Byul, bentar lagi kamu lulus SD kan?" Irene duduk di sofa ruang keluarga dan bertanya kepada Byullie yang sedang belajar untuk ujian minggu depan. Byullie sudah berusia tiga belas tahun. Sebentar lagi dia akan lulus SD.
"Iya kak. Kenapa emang?" Byullie menjawab tanpa menolehkan kepalanya ke arah Irene.
"Setelah kamu lulus SD, kita bakal pindah ke Korea. Sekalian Ody bentar lagi juga lulus SMP." Irene mulai membuka majalah di atas meja.
"Kok tiba-tiba banget?" sontak Byullie menolehkan kepalanya ke arah Irene yang masih menatap majalah di tangannya.
"Gak tiba-tiba lah. Kamu juga belum ujian kan? Kamu fokus aja belajar buat ujian." Irene kembali menatap majalahnya setelah memberi penjelasan ke Byullie.
"Ninggalin temen-temen disini dong."
"Ntar disana juga bakal dapet temen baru."
"Ya kan gak segampang itu cari temen." Byullie masih tidak sependapat dengan kakaknya. "Lagian ngapain ke Korea sih. Disini kan juga sama aja." lagi-lagi Byullie menatap ke arah Irene.
"Kakek sama nenek pindah ke panti jompo, rumah ayah yang di Korea gak ada yang nempatin. Ya udah kita tempatin aja." Irene kembali menjelaskan kepada Byullie dengan sangat sabar.
"Ya udah lah." Byullie pasrah dan kembali melanjutkan belajarnya.
•••
Vote and comment please;')
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings
Random"Lo tuh pembunuh, harusnya lo gak pernah lahir" "Jangan pernah masuk ke kamar gue, apalagi pegang barang-barang gue" "Iiiihhhh, bisa gak sih lo gak buat kesalahan?" "Emangnya aku pernah bener di mata kakak?" "Kenapa sih aku selalu di bilang pembunuh...