Bagian 4

36 6 4
                                    

Author POV

Damian terlihat gelisah. Beberapa kali ia mencoba menghubungi ponsel Kinar ataupun menghubungi teman-teman Kinar yang lainnya. Ingin rasanya ia segera pergi dari kantornya, tetapi itu tidak mungkin terjadi.

Menunggu hingga jam pulang kerja terasa lama bagi Damian. Perasaannya sudah tidak karuan memikirkan Kinar, apalagi tadi Yohana mengatakan bahwa komputer milik Kinar tidak ada aktivitas apa-apa. Itu berarti bahwa Kinar tidak berada di rumah atau memantau pekerjaannya.

Sosok Kinar yang dikenal oleh Damian adalah sosok gadis yang bertanggung jawab. Kinar sudah mandiri sejak ia kuliah, terlebih Kinar juga mewarisi sifat papanya yang gigih dalam bekerja. Sifat lainnya yang disukai Damian adalah---apa adanya dan tidak banyak menuntut.

"Sepertinya kamu sedang ada masalah," pak David menegur Damian yang sedang melamun.

Damian segera memusatkan perhatiannya pada pak David. "Maaf Pak. Saya memang sedang memikirkan Louise. Dia tidak bisa dihubungi dan sekarang tidak masuk kerja tanpa kabar," jelas Damian pada pak David.

"Tidak sama sekali memberi kabar? Apa kau sudah menghubungi orang rumahnya?" tanya pak David. Sepertinya direktur muda itu ikut khawatir dengan keadaan Kinar.

"Sudah. Tapi tidak ada yang mengangkatnya." Damian pun kembali dihinggapi rasa cemas.

"Pulanglah," ujar pak David.

Damian tidak yakin jika direkturnya akan memberikan izin padanya untuk pulang. "Tidak usah, Pak. Nanti saja kalau sudah waktunya jam pulang." Damian tidak enak hati jika ia pulang sebelum waktunya.

"Damian. Saya tidak keberatan. Sebaiknya kamu pulang dan cari tahu keberadaan Louise sekarang. Apalagi kamu kehilangan informasi tentangnya, takutnya terjadi sesuatu dengannya," kata pak David lagi.

"Bapak benar-benar mengizinkan saya pulang?" Pak David menganggukkan kepalanya.

Dengan semangat, Damian akhirnya mengisi form izin karyawan dengan alasan pulang lebih awal. Setelah pak David menandatangani form tersebut, Damian segera pulang.

Tempat pertama yang ingin dituju adalah rumah Kinar. Ia harus memastikan sendiri, dengan cara mendatangi rumahnya langsung. Damian tidak perduli jika nanti ia akan bertemu dengan papa atau mama Kinar. Yang terpenting bertemu Kinar---memastikan kondisinya baik-baik saja.

Mobil Damian sudah sampai di komplek perumahan Kinar. Terasa sepi dan jantung Damian berdetak dengan sangat cepat. Ada rasa takut dirasakan oleh Damian saat ini. Pagar rumah Kinar sudah terlihat dari jauh. Hati dan pikiran Damian gelisah ketika mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Kinar. Namun kali ini, Damian sudah siap untuk memasuki rumah Kinar.

Damian mendekat ke pagar, berusaha membukanya, tetapi terpasang gembok di sana. Ada yang aneh dengan rumah Kinar. Tidak terlihat ada mobil atau sepeda motor milik keluarga Kinar di sana. Lampu rumah Kinar juga tidak dinyalakan, walaupun hari hampir gelap.

"Permisi!" sapa Damian dengan suara keras.

Bel yang tersedia di tembok dekat pagar, ditekan berkali-kali, tetapi tidak ada respon dari penghuni rumah. Sepi dan senyap mungkin lebih tepatnya seperti rumah angker.

"Kinara!" panggil Damian lagi.

Rupanya teriakan Damian terdengar oleh tetangganya yang kebetulan sedang lewat di sana.

"Mas, cari siapa?" tanya seorang bapak-bapak yang kebetulan lewat.

"Maaf Pak. Saya mencari Kinar. Kira-kira orang di rumah ini pergi kemana ya, Pak?" tanyaku pada bapak tersebut.

"Oh ... Mas ini belum tahu ya? Keluarga pak Darius, kan, meninggal hari Sabtu kemarin."

"Innalillahi Wa Innalillahi Roji'un," ucapku spontan.

Louise The Vigor [ Tugas Akhir ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang