Suasana mencekam menguar di ruangan minimalis yang berisikan dua pasangan suami istri.
Tentunya jevano dan jemira, serta kedua orang tua jevano yang mengadakan kunjungan mendadak sejak pagi tadi. Paket lengkapnya mereka juga akan menginap.
Jevano baru saja duduk disebelah jemira, dan berniat memamerkan kemesraan palsu mereka. Namun rencana tuhan memang tidak bisa ditebak dengan mudah.
"Jadi kapan jen? Mama sama papa udah ga sabar mau gendong cucu" mendengar pernyataan singkat milik mamanya, jevano mendadak tersedak kopi yang baru ia minum.
Melihat jevano yang tersedak membuat jemira panik dan khawatir, tentu saja. Saat ini mata tiara menatap tajam kearah jevano yang sedang berusaha mengentikan batuknya.
"Bukan itu jawaban yang mama mau. kalian udah menikah hampir satu tahun, masa ga ada niat nambah anggota keluarga?!" tambah mama tiara.
"Setahun apanya?! Aku baru nikah enam bulan lalu, lagian aku sama jemira mau berduaan dulu" berkat usapan lembut dan telaten jemira, akhirnya jevano mampu menjawab pertanyaan dari mamanya.
"Tapi mama udah ga sabar jen, mending kalian buat dulu nanti kalo jadi biar mama sama papa urus. Kalian berduaan aja disini"
"Pa, papa denger yang mama bilang? Masa jeno diajarin jadi kepala keluarga yang ga bertanggung jawab sih?!" jeandra yang sedari tadi duduk dengan tenang sambil menyaksikan istri dan anak bungsunya berdebat menarik sedikit senyuman.
"Kali ini papa setuju sama mama jen. Lagian kalo bukan dari kalian papa mau minta cucu dari mana?"
Mendengar penuturan kedua mertuanya, jemira merasa terpojok. Bahkan jevano saja sedikit kaget mendengar respon yang diberikan oleh papanya.
Tangan mungil jemira menggenggam tangan jevano, dan dengan sedikit keberanian satu jawaban tak terduga terdengar. "mama papa tenang aja, nana sama kak jeno siap jadi orangtua kok"
Tiara mengukir senyuman manisnya. "Beneran sayang? mama ga maksa kok, tapi kalo bisa secepatnya ya~"
"Tapi—"
"udah kak, nurut aja percaya sama aku"
"Na, kamu ga harus nurutin apa yang mama aku minta" jevano menatap jemira yang sedang merapihkan tempat tidur.
"mama kak jeno itu mama aku juga. Kalo aku nolak berarti aku ngelawan mama sendiri" jemira masih abai terhadap jevano yang sudah berkecak pinggang di sebelahnya.
"Aku tau kamu belum siap, dan aku ga setuju"
Jemira menghembuskan nafasnya kasar. "Jadi kak jeno gamau punya anak dari nana?"
"Bukan gitu na, kita ini baru nikah dan aku yakin kamu belum terbiasa sama status kita sekarang. Aku tau kamu masih sering ngerasa bersalah sama rere"
Mendengar jawaban suaminya jemira lantas membalikan badannya, dan duduk diatas kasur tangannya menepuk sisi kiri yang kosong. "Coba kakak duduk disini"
Jevano menurut dan duduk disamping nana. Lalu pandangan mereka saling bertemu.
"Kak jevano kan yang bilang sama nana, kalo kita harus saling membiasakan diri satu sama lain. Dan menurut nana dengan adanya anak mungkin kita bisa—"
"Enggak, punya anak bukan hal yang mudah na. Lagian kenapa ga bang amar aja yang dimintain cucu?!" jevano memutuskan pandangan mata mereka.
Jemira tersenyum tipis. "Aku tau kakak lagi emosi, tapi coba fikir. Kak amar mau bereproduksi sama siapa? Nikah aja belum"
Sial, bisa - bisanya jevano lupa jika kakak sulungnya belum menikah. Mengingat itu membuat jevano tertawa, bodoh sekali.
"Yaudah kalo kamu maksa, aku nurut"
Setelahnya jevano mulai menarik jemira mendekat, lebih cepat lebih baik bukan?.
"Tunggu kakak ngapain?" jemira berusaha melepaskan rangkulan jevano di pinggangnya.
"Ngapain lagi? Kan kamu yang mau" bisik jevano.
Jemira mematung, dibenaknya mengeluarkan satu pertanyaan. Secepat ini?
Tak lama jevano melepaskan rangkulannya dari pinggang jemira dan berdiri, senyumnya terukir. "Aku tau kamu belum siap, na" ucapnya sambil mengusap rambut jemira pelan.
note.
kinda flop, and too late.
but thanks for waiting and support💕
KAMU SEDANG MEMBACA
As Your Wife •NOMIN
FanfictionKedatangan jemira dalam kehidupan jevano adalah untuk menjadi seorang istri, menggantikan posisi mendiang sang kakak. [GS] [DLDR] ©cover by pinterest