.
.
.
. . ."berapa kali harus gue peringatin sin?. Jangan berani deket-deket sama jemira!"
Jevano memandang kesal kearah wanita cantik yang duduk dihadapannya.
"tell me why? Revina dulu juga temen aku jev, kalo kamu lupa" sintya tersenyum tipis, tapi setelah melihat senyuman itu jevano membuang mukanya.
"temen? Temen mana yang macarin tunangan temennya?"
"lucu ya jev, padahal dulu kamu sendiri yang bilang ke revina tentang hubungan kita. Harusnya sekarang kamu lakuin itu juga ke jemira"
"sintya lo gatau bedanya tunganan sama istri?" tanya jevano, kilatan marah mulai terpancar dimata sipitnya.
"of course i know, and maybe i know too much jev. Maksudku, lebih dari konsep yang kamu kasi" sintya bangun dari tempat duduk sambil tersenyum, "jelasin ke jemira, atau aku yang bertindak"
"sial!"
...Angin tenang berhembus silir berganti, menerpa wajah tegas milik jevano, namun si pemilik wajah justru merasa semakin tertekan disetiap waktunya.
Tangan kanannya menggenggam seikat bunga.
"re, aku gatau gimana cara ngejelasin semuanya ke jemira. Aku takut dia kecewa"
Jevano menunduk, lalu meletakan bunga yang dibawanya diatas pusara.
Helaan nafas keluar diikuti dengan usapan kasar untuk wajah tampannya.
"Dan lo ga harus sampe begini buat gue"
Lima menit setelahnya jevano beranjak, meningkalkan pemakaman dengan pikiran yang mengelana.
...
Sepuluh menit.
Jevano hanya butuh waktu sepuluh menit untuk menjelaskan pada jemira tentang hubungannya dulu pada ravina.
Namun keberanian yang dimilikinya tidak terbendung, belum.
Entah belum siap melihat kekecewaan jemira, atau menjadi jahat diatas pengorbanan revina.
"diminum dulu kak"
Jemira datang sambil membawa dua buah camgkir yang masih mengepul, tak lupa beberapa cemilan sehat yang baru dibuatnya.
"makasi cantik" singkat, padat, dan mampu membuat jemira terbang melayang.
Tangan kekarnya menyomot satu potong bolu yang baru disajikan jemira. "enak, besok buat lagi ya"
Mendengar itu, jemira semakin memerah sambil mengangguk pelan.
"Sini duduk, kenapa jauh gitu?"
Tolong siapapun! Jemira ingin teriak dan melakukan selebrasi sambil menangis.
Sosok jevano memang sangat mahir menjatuhkan hatinya, jauh kedalam.
Rentangan tangan jevano dibalas oleh jemira. Dan malam ini mereka menghabiskan waktu untuk menghabiskan banyak waktu untuk menonton film.
"kak jev, jemira mau nanya, boleh?" ditengah pelukan jevano, jemira sedikit menyembulkan kepalanya.
"mau nanya apa?" fokus mata jevano masih tertuju pada layar televisi di hadapannya.
"kapan aniv kakak, sama kak rere?"
...
Jika disisi lain jevano mati - matian mengumpulkan keberanian untuk jujur, maka disisi lain jemira berusaha mencari sendiri kebenaran yang baru ia dengar dari sintya.
Namun dibalik semua itu, kepercayaannya terhadap jevano belum terkikis. Ia sepenuhnya masih mempercayai lelaki yang menjadi suaminya.
Juga masih berharap, lupakan.
Jemari lentiknya masih menari - nari diatas ponsel mahal yang sudah hancur di beberapa sisi.
Setelah berhasil membuka kata sandi ponsel tersebut, pandangan dan fokus jemira hanya tertuju pada benda persegi empat tersebut.
Dengan lihai dan cepat membuka setiap ruang obrolan dan dokumen di dalamnya, namun nihil.
Jemira mencebik karena tidak menemukan apapun, usahanya sia - sia.
Setelah bosan mencari, tapi tidak menemukan apapun jemira mematikan ponsel tersebut dan menyembunyikannya di tempat yang aman.
Hanya tinggal satu ponsel yang belum di bukanya.
Milik jevano.
...
thankyou all for you're support!!♡♡♡
and sorry for a late time, i know i'm bad.satu lagi, boleh vote dan komen yang rame?
kalo engga jg ga apa kok, wkwkwksee yaa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
As Your Wife •NOMIN
FanfictionKedatangan jemira dalam kehidupan jevano adalah untuk menjadi seorang istri, menggantikan posisi mendiang sang kakak. [GS] [DLDR] ©cover by pinterest