-I am sure you know how to appreciate someone-
Aruna membuka matanya perlahan. Ingatan terakhirnya adalah Asa yang meninggalkannya lalu dia berjalan masuk sambil menangis. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa. kemungkinan besar Runa pingsan.
"Terus gue harus gimana Sa? Apa gue harus aborsi? Atau gue harus bunuh diri? Gue juga jijik sama diri gue""Terserah lo"
Ucapan Asa tadi tiba-tiba merangsek masuk kepikiran. membuat Runa dihujam rasa bersalah dan putus asa.Jujur saja, kepalanya seperti akan meledak sekarang juga.
Terlalu banyak yang harus ia hadapi ke depan. Terlalu banyak pertanyaan yang menjejali kepala.Bagaimana nasibnya? Bagaimana ia menghadapi seluruh teman-temannya?Bagaimana ia bisa tahan menghadapi gunjingan tetangganya? Dan yang paling Runa takuti, bagaimana jika ayah tau keadaannya? Apa ayah akan membuangnya?
Mungkin benar. Satu-satunya cara adalah berhenti dan pergi. Toh, kehadirannya disini hanya akan mempermalukan semua orang.
Jadi dia berjalan gontai ke arah nakas dan segera mengobrak-abrik disana untuk mencari sesuatu.
Sampai ketika sebuah gunting berkilat menyapa pandangannya, without thinking, runa took that scissors.
"Gue jahat kan kalau ngebunuh lo? Tapi gue juga gak bisa hidup dalam keadaan kayak gini. Jadi, ayo mati bareng-bareng"
Tangan Runa sudah terangkat siap untuk menusukkan gunting itu ke perutnya yang masih rata.
Namun tiba-tiba saja pintu kamar Karin didobrak paksa. Jiwa, Arjun, dan Asa adalah pelakunya.
Jiwa menepis kasar tangan Runa yang memegang gunting sampai benda itu terlempar jauh. Membuat Runa marah dan memaki kakak sepupunya itu.
"APA-APAAN SIH LO BANG?! GAUSAH NGALANGIN GUE!"
"Lo yang apa-apaan sialan?! Seenaknya having sex terus pas udah hamil mau seenaknya mati? Gampang banget ya idup lo"
"Gampang?! Diem kalau lo gatau rasanya jadi gue"
"Lo yang diem! Lo selalu gini. Ngelakuin apapun semau lo terus gak mau tanggung jawab"
"Watch your mouth bang jiwa! Gausah sok nyeramahin gue kalau lo sendiri gaada bedanya. Lo pikir gue gatau kelakuan bejat lo? "
Bisa Runa lihat mata Jiwa melotot. Tau kemana ucapannya akan bermuara.
"Don't you dare Aruna!!"
"Kenapa?! Gamau semua orang disini tau kalau lo juga sama brengseknya?
Runa lihat tangan Jiwa mengepal erat. Lelaki itu benar-benar terlihat emosi dan siap meledakkannya.
"Apa?! Mau tampar?! Silahkan! Gue sama Asa gaada bedanya kan sama lo dan Kak Yella yang FWB-an?--
--cih, Sama-sama bikin jijik"
Dan suara tamparan keras itu tak terbendung. Jiwa benar-benar menampar Runa. Lelaki itu berada di puncak emosi dan tak bisa mengendalikan pikiran.
Semua terkejut. Keadaan hari itu benar-benar kacau. Fakta yang terungkap juga terlalu banyak.
Jiwa terlihat tak percaya dengan tindakannya. Apalagi saat dia lihat bibir Runa mengeluarkan darah.
"SHIT!!!"
Dengan kasar dia sambar kunci mobil dan pergi dari sana. Sedangkan Yella yang akan berlari menyusul harus tertahan karena Karin memegang tangannya.
"Lo utang penjelasan ke gue"
"Gue akan jelasin rin, tapi gak sekarang. Jiwa bisa mati kalau dia sendirian"
Karin akhirnya melepas Yella dan menyisakan tujuh orang disana.
"Gue rasa, gue sama Rio tau terlalu banyak. Lebih baik kita cabut dari sini. Tenang aja, masalah hari ini gak akan bocor ke siapapun" Jaka pamit dan diangguki Yogi.
"Dan lo, sialan! Tanggung jawabin perbuatan lo. Jangan pernah balik ke kita kalau lo belum ngelakuin itu" Ancamnya ke Asa lalu pergi dengan kasar.
Runa juga beranjak. Namun buru-buru Karin tahan
"Mau kemana?""Balik kak. Gue udah banyak ngerepotin lo"
"Gak gakkk, siapa nyuruh lo balik?"
Runa tersenyum masam
"Kalau lo khawatir gue bakal bunuh diri lagi, tenang aja. Gue gaakan ngelakuin itu. Gue masih utang permintaan maaf ke Bang Jiwa"Runa sudah tidak waras. Dia tau itu. Ucapannya tadi di luar kendali. Tapi tetap saja, Jiwa hanya berusaha melindunginya dan ini yang dia balaskan.
"Gaada Aruna. Lo disini dulu! Gue obatin! Gue juga udah orderin go food. Lo belum makan daritadi. Kasihan janin lo"
Runa lelah berdebat. Jadi ia kembali merebahkan tubuhnya dan membiarkan Karin mengobati sudut bibir yang berdarah.
Tatapan gadis itu kosong.
Sama kosongnya dengan Asa yang hanya diam lalu berbalik meninggalkan kamar.
>See you next week
KAMU SEDANG MEMBACA
Phospene
FanfictionAsa and Aruna have to start their journey with a tragedy. [M] 𝘍𝘳𝘪, 8 𝘖𝘤𝘵 2021 (𝘰𝘯 𝘨𝘰𝘪𝘯𝘨) @𝘱𝘳𝘪𝘮𝘦_𝘥𝘰𝘤𝘩𝘪