-I'm sure you know how to appreciate someone-
Mendengar kata yang keluar dari mulut Runa, ketiga pria disitu terkejut. tentu saja mereka mengenal siapa Asa.Lelaki itu, adik kelas pendiam yang selalu bersama Jaka dan Rio.
Kemudian tanpa babibu, tangan Jiwa mengambil ponselnya, lalu mencari kontak Jaka. Runa ingin mencegah. Tapi melihat wajah kakak sepupunya yang kelewat serius, dia urungkan niatnya.
Runa yakin ancaman Jiwa beberapa menit yang lalu bukanlah main-main.
"Jak, lo dimana?"
"Buset, salam dulu napa bang. Gue masih di kampus nih"
"Asa juga disitu? "
"Iya sih, kenapa emang? Suara lo kok kayak orang yang punya dendam tujuh turunan gitu?"
"Bagus! Seret temen lo ke apartemen Karin sekarang juga. Alamatnya bakal gue kirimin"
"Lo kena--"
"Kalau kalian gak dateng dalam waktu 10 menit, I swear, All of you will die"
Kemudian Jiwa menutup sambungan teleponnya begitu saja. Membuat Jaka mengernyit bingung.
Tak lama, dia benar benar datang dengan Rio dan tentu saja, Asa.
Saat pintu apart terbuka, Jiwa langsung menyerang Asa dengan bogem mentah. tentu saja laki laki itu terhuyung ke belakang sambil memegang rahangnya.
Karina dan Yella memekik. Sementara Jaka berusaha menahan tubuh Asa agar tetap tegak.
"LO APA-APAAN SIH BANG?! GILA YA?! "
"GUE GILA?! TEMEN LO TUH YANG GILA"
Hampir saja Jiwa kembali melayangkan lengannya. namun Yogi dan Arjuna bergerak lebih cepat untuk menahannya.
"GILA KENAPA?! JELASIN DULU ANJING! KALAU LO TIBA-TIBA NYERANG GINI GUE MANA TAU ALESANNYA" Jaka ikut tersulut emosi.
"TEMEN LO NGEHAMILIN RUNA NGNTD"
Kemudian dia mengusap wajahnya kasar.
Ranjaka mematung tak percaya. Bahkan saat Rio telah menarik paksa kerah kemeja Asa dan mendorong laki-laki itu hingga punggungnya menabrak pintu sekalipun, dia tetap tak bergerak barang mengedipkan mata.
"Bilang ke gue kalau itu gak bener!" Rio mengancam"Bilang gak sa, BILANG!!!"
Namun keterdiaman Asa seolah menjadi jawaban tak langsung untuk Rio dan semua orang yang ada di sana. Rio tarik kasar tangannya yang ada di kerah baju Asa.
"AH, SIAL!!" Teriaknya frustasi
Dan kali ini, Arjuna yang turun tangan. Pria itu menarik kerah belakang Asa dengan kasar sampai laki-laki itu terseret lalu membantingnya tepat di depan sofa."Duduk!" Perintahnya mutlak.
Kali ini, baik Jaka maupun Rio diam tak membela. Mereka bahkan menatap sinis ke arah Asa yang kini telah duduk sambil membungkukkan kepalanya.
"Sekarang jelasin ke gue kenapa Runa bisa hamil!" Jiwa berkata tegas sambil menatap mereka berdua
Namun baik Asa maupun Runa, keduanya memilih bungkam.
"Lo berdua tuli?! atau bisu?! gue nanya ke kalian!" Bentak Jiwa. Tapi tetap saja, hening terus melanda keduanya.
Sampai ketika Jiwa terlihat akan mengayunkan lagi legannya, Yella yang duduk didekatnya langsung mencegah hal itu dengan memegang tangan Jiwa. Gadis itu menggeleng kemudian berkata bijak.
"Stop Ji! I think they need time for each other"
Yella menatap keduanya "Would you?"
Asa mengangguk kecil. Tapi Jiwa malah berkata lantang.
"Apa yang mau dibicarain hah? semuanya udah jelas!!! Runa hamil dan Asa bapaknya"
"Gue setuju sama Bang Jiwa"
Jaka berkata tenang. Namun, nadanya tersirat akan rasa benci dan jijik.
"No, Yella bener. biarin mereka bicara berdua dulu ji" Yogi akhirnya ikut berkata. menurutnya, semua ini tidak akan selesai kalau begini terus.
Jiwa menatap keduanya tajam selama beberapa sekon.
Akhirnya dia mengalah dan menghela nafas kasar."Okey then, bicara sana lo berdua! Tapi kalau sampe kalian bikin masalah lebih dari ini, gue ga akan tinggal diem. Terutama lo, bajingan! " Ancam nya ke Asa.
Seperingat Jiwa, Asa dan Runa langsung menuju balkon apartemen Karin.
Keduanya diam cukup lama sampai akhirnya seseorang bicara untuk pertama kali.
"Maaf" adalah satu kata yang akhirnya terucap diantara keduanya.
Dan, Runa lah yang mengucapkannya.
Sedangkan Asa masih diam tanpa menampilkan ekspresi yang berarti.
"Maafin gue Sa, gue tau gue salah. gue tau harusnya malam itu gue dengerin kata-kata lo dan gue tau harusnya malem ituuu
gue gak nekat bohongin lo."
Asa hanya tersenyum miring
"Telat""Lo udah bunting dan gue juga udah dihajar Bang Jiwa. Bahkan semua temen-temen gue udah benci sama gue. Permintaan maaf lo gabisa ngebenerin ini semua"
Mendengarnya, Aruna cuma menangis. Dia tau dia salah. Runa gak cuma ngehancurin hidupnya, tapi juga hidup Asa.
Sangat wajar kalau Asa membencinya. Karena Runa juga. Dia membenci dirinya sendiri.
"Terus gue harus gimana Sa? Apa gue harus aborsi? Atau gue harus bunuh diri? Gue juga jijik sama diri gue"
"Terserah" Asa berkata acuh. Lalu bersiap pergi.
"Kalau lo udah kelar nangis cepetan balik. atau sepupu lo bakal ngehajar gue lagi"
Ucapnya sebelum benar benar meninggalkan Runa.
>hai, kalau kemarin gue ngingetin tentang "explicit content" yang ada disini. maka kali ini peringatannya gue tambah.
jangan pernah sangkut pautin karakter mereka disini sama in real life yaaa!!
apalagi kalau sampai benci. big nooo!inget bahwa aruna-asa sama ryujin-asahi tuh beda. gitu juga sama karakter-katakter yg lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phospene
FanficAsa and Aruna have to start their journey with a tragedy. [M] 𝘍𝘳𝘪, 8 𝘖𝘤𝘵 2021 (𝘰𝘯 𝘨𝘰𝘪𝘯𝘨) @𝘱𝘳𝘪𝘮𝘦_𝘥𝘰𝘤𝘩𝘪