Pagi ternyata telah datang, dan malam sudah digantikan oleh pagi, tadi malam mata ini susah banget rasanya hanya sekedar untuk tidur. Entahlah... Mungkin karena terlalu banyak yang kupikirkan.
Hari ini adalah hari libur, untungnya aku sudah selesai mandi dan mengenakan pakaian serta sarapan. Karena kepalaku terasa sakit, makanya aku kembali ke kamar setelah sarapan.
Aku membuka jendela agar hembusan angin pagi bisa kurasakan dari dalam kamar, tak sengaja mataku melihat satu mobil yang kurasa tidak asing.
Aku berjalan ke luar dari kamar ingin mengambil air mineral di dapur. Namun ketika berjalan ke arah dapur, telingaku tak sengaja mendengar suara nan lantang. Karena penasaran aku segera berjalan menuju ruang tamu.
Aku melihat dua orang yang sedang bertengkar, mencoba tersenyum melihat itu walaupun rasanya sakit banget. Ada rindu yang terbalaskan ketika melihat wajahnya. Namun kedatangannya membuatku kembali mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.
"LIYA... SINI NAK!"
Mommy... Ya, suara itu adalah suara Mommy, orang yang paling aku tunggu dan aku nanti kehadirannya. Dan pemilik mobil yang kulihat beberapa menit yang lalu adalah milik Mommy.
"JANGAN! Kamu kenapa sih? Waktu itu saya sudah mengusir kamu dari rumah ini. Liya sekarang menjadi anakku bukan anak kita! Aku bisa merawatnya tanpa adanya kamu!" Daddy menatap tajam Mommy yang sedang menangis.
"Tapi Mas... Izinkan aku untung merawat Liya..."
"Gak! Aku gak akan pernah sudi Liya dirawat oleh wanita JALANG seperti kamu!"
Air mataku jatuh membasahi pipi tanpa kusadari, kenapa keluarga ini gak pernah akur? Kenapa aku yang harus menjadi korban dari kisah Mommy dan Daddy?!
Aku berjalan mendekati mereka kemudian menghapus air mata kasar dan menatap keduanya.
"Selesaikan saja masalah kalian, tidak usah memikirkan aku, tidak perlu berebut hanya untuk merawat ku, aku bisa merawat diriku sendiri, anak kalian ini sudah dewasa." Aku berjalan menuju dapur, meninggalkan mereka yang terdiam.
Ketika aku selesai mengambil air mineral dan berniat pergi ke kamar, telingaku mendengar sebuah teriakan yang amat keras, tanganku yang tadinya memegang gelas, kini gelas tersebut sudah jatuh dan pecah berserakan di atas lantai.
Aku berlari menghampiri Daddy yang kulihat lengannya disayat oleh Mommy sehingga menimbulkan darah yang begitu banyak. Aku menangis, tidak aku sangka Mommy setega ini terhadap Daddy.
"Daddy..." Aku langsung memeluk Daddy kemudian memegang lengan sebelah kanan Daddy, di sanalah darah itu muncul.
Aku menatap Mommy yang terkejut, mungkin dia terkejut dengan apa yang barusan dia perbuat terhadap Daddy.
"Mommy... Kenapa? Hiks... Mommy KEJAM! keluar dari rumah ini! Mommy JAHAT!"
Mommy menatapku kemudian melihat pisau yang sedang dia genggam berlumuran darah, dia membuang pisau itu ke sembarang arah kemudian berjalan mundur.
"Maaf... Maafkan Mommy nak, Mommy tidak bermaksud melukai Daddy." ucap Mommy lirih.
Aku tidak menghiraukan Mommy, aku segera mengobati luka yang berada di lengan Daddy dengan perlahan.
Untung saja lukanya tidak terlalu besar, jadi tidak perlu di jahit. Setelah selesai, aku segera mencuci tangan karena tanganku sudah berlumuran darah.
Ketika aku kembali, ternyata Mommy sudah pergi, cukup cepat. Padahal jujur, aku masih merindukannya. Tetapi dengan caranya yang kasar terhadap Daddy, dengan kasarnya aku mengusir ibuku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada waktunya
Teen FictionBercerita tentang broken home and broken heart Yang sudah mampir jangan lupa kasih vote dan komen nya makasih😊