15

17 3 0
                                    

Aku berjalan entah kemana, aku hanya melangkahkan kaki saja tanpa mengetahui kemana aku akan pergi. Melihat ke sekitar yang sunyi dan ternyata aku berada di taman yang tidak ada penghuninya, sepertinya taman ini sudah tak dirawat, padahal kalau dirawat cantik banget.

Sepertinya taman ini sudah ditinggalkan beberapa puluh tahun yang lalu, tapi suasananya yang membuatku nyaman berada ditempat ini.

Taman ini tidak terlalu jauh dari rumah, aku akan pulang dan bertanya kepada daddy tentang taman ini, mungkin dia akan mengetahuinya.

Aku berjalan di jalan setapak, menatap langit yang begitu indah dan suasana yang sunyi serta hembusan angin yang sangat asri.

Tidak butuh waktu lama, hanya setengah jam saja akhirnya aku sudah kembali ke rumah. Aku melihat Daddy yang lagi membaca koran dan disampingnya terdapat sebuah gelas kopi.

"Daddy..." Aku memeluk tubuhnya kemudian tersenyum, hanya dengan memeluk Daddy aku bisa melupakan sedikit masalah.

Daddy tersenyum menatapku, kemudian menaruh koran yang dia baca tadi di atas meja dan mengusap lembut kepalaku.

"Kenapa nak?"

"Aku ingin bertanya."

"Silahkan, mau tanya apa?"

"Tadi Liya pergi ke sebuah taman yang tak jauh dari rumah, Liya melihat taman itu sangat indah walaupun sudah tak di urus. Apakah Daddy tahu taman itu?" Aku bertanya.

Daddy menatapku kemudian tersenyum lembut.

"Ya, Daddy tau tempat itu, taman itu adalah milik Daddy, namun... Karena Daddy terlalu sibuk oleh pekerjaan kantor, alhasil taman itu tidak terurus lagi."

"Oh ya? Emm, apakah boleh taman itu buat Liya?"

"Boleh, memangnya kenapa?"

"Liya merasa nyaman berada di taman itu, suasananya yang membuat Liya nyaman berada di sana. Dan Liya ingin membangun sebuah Cafe di sana, ya... Setidaknya Liya ada pekerjaan. Liya capek di rumah terus tanpa melakukan apapun, Liya ingin memulai hal baru. Apakah boleh?"

"Boleh banget, Daddy akan mendukungmu, asalkan kamu jangan terlalu capek, ingat... Kamu masih duduk di bangku SMA, yang artinya kamu masih sekolah dan jangan sampai kamu melupakan tugasmu sebagai siswa."

"Iya Daddy, Liya gak bakalan lupa kok, tenang aja."

"Kamu butuh modal berapa? Tiga miliyar cukup?" Daddy bertanya.

"Gak, aku mau memulai usahaku sendiri tanpa melibatkan Daddy ataupun orang lain, jadi... Jangan kasih aku modal, aku bisa mencari modal sendiri."

"Bagaimana caranya?"

"Emm, nanti Liya pikir."

"Baiklah, semoga berhasil." ucap Daddy kemudian tersenyum.

Aku keluar dari pelukan Daddy kemudian berdiri.

"Liya mau keluar untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkan modalnya. Sekalian menenangkan pikiran." Aku berpamitan kemudian pergi.

Aku perlahan menutup gerbang kemudian melangkah pergi, suasana di pagi hari sangat membuatku nyaman, ditambah lagi komplek ini orangnya ramah sekali, meskipun ada yang sering bergosip... Ya, bagi sebagian ibu hidup tanpa bergosip seperti ada yang kurang.

"Hai nak Liya, mau kemana?" tanya seorang Nenek tua yang sedang menyapu halaman rumah, Nenek ini seorang pembantu di rumah itu. Dia memang ramah orangnya.

Aku berjalan menghampiri Nenek itu kemudian tersenyum.

"Pagi Nek, apa kabar?"

"Pagi, kabar Nenek baik, kamu sendiri?"

Ada waktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang