⏯️

2K 189 3
                                    

Chapter 1

You sigh and I become submerged in an overwhelming silence

✴️

Jisung sangat mencintai Chenle dari saat mereka tidak sengaja bertemu di tengah sebuah masalah. Jisung saat itu baru saja menyelesaikan sarapannya di sebuah kafe dan sedikit terburu-buru hingga dia tidak memerhatikan sekitarnya hingga dia pun menabrak seorang pria yang berjalan dengan sebuah nampan dalam genggamannya.

Seolah itu belum cukup buruk, seisi nampan tersebut tumpah dan mengotori pria pembawa nampan tersebut. Perlu dicatat, hanya pria pembawa nampan, sementara Jisung sama sekali tidak ternodai sedikit pun.

"Maaf, maaf."

"Yak! Bagaimana aku harus bekerja sekarang, hah?! Pakaianku kotor, kau harus bertanggung jawab!"

Jika Jisung memiliki cukup waktu, mungkin dia sudah membawa pria itu ke toko pakaian dan membelikan setelan untuk pria itu. Namun, dia sudah terlambat, tidak ada waktu.

Jisung mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya kepada pria di depannya. "Maaf, saya sedang terburu-buru. Hubungi saja saya nanti dan saya akan bertanggung jawab."

"Yak! Ini bukan hanya masalah..."

Jisung tidak lagi bisa mendengar apa yang pria tersebut teriakkan padanya. Yang bisa dia lakukan hanyalah menatap jam tangannya dengan perasaan tidak nyaman dalam dadanya.

"Ahjussi, biar aku yang gantikan pakaian Ahjussi."

Suara itu menyadarkan Jisung.

Jisung menoleh ke sampingnya. Seorang lelaki berkulit sedikit pucat mengulurkan beberapa lembar uang kepada pria yang sekarang tampak kebingungan.

"T-tapi pria ini—"

"Terima saja dan beli setelan baru."

Jisung bisa merasakan sesuatu membuncah dalam dadanya. Cahaya seolah mengelilingi lelaki yang membantunya, lelaki itu tampak begitu bersinar di mata Jisung.

Dunia kecil Jisung runtuh ketika lelaki itu berbalik dan berjalan pergi. Setelah dengan terburu-buru kembali meminta maaf, Jisung mengejar lelaki itu dan menahan tangannya.

"T-terima kasih karena sudah membantu."

Lelaki itu terdiam sesaat sebelum membalas dengan senyuman tipis di wajahnya, "Hm. Pergilah, sepertinya kau terburu-buru."

"Sekali lagi terima kasih."

Jisung merasa kecewa saat itu, berpikir bahwa itu adalah kali terakhirnya melihat lelaki tersebut. Namun, takdir Tuhan benar-benar tidak bisa ditebak. Jisung kembali bertemu dengan lelaki itu di kantornya. Mereka pun berkenalan. Namanya adalah Zhong Chenle, anak dari tamu penting yang perusahaan Jisung tunggu.

Setelah itu mereka bertukar nomor, menghabiskan waktu sehabis kerja bersama, melewati akhir pekan bersama, hingga akhirnya Jisung memberanikan diri berlutut kepada Chenle dengan sekotak cincin di tangannya. Senyum Chenle saat itu begitu bersinar, begitu menawan, dan lelaki itu mengangguk, kemudian memberikan Jisung sebuah pelukan yang begitu erat.

Dan di sinilah mereka sekarang.

Jisung memandang Chenle yang begitu fokus dengan tabletnya hingga tidak menyentuh sarapan yang sudah Jisung siapkan. Mata Jisung beralih memandang piringnya untuk beberapa saat. Makanannya sudah habis separuhnya, itu berarti sudah cukup lama keheningan berlalu dan sudah cukup lama juga Chenle berkutat dengan tabletnya di waktu yang seharusnya digunakan untuk makan.

Jisung mencoba dengan dehaman ringan agar Chenle tidak begitu terganggu, tapi Chenle masih sibuk dengan tabletnya. Jisung pun mencoba untuk membuat sedikit kegaduhan dengan peralatan makannya, tapi itu juga tidak bekerja.

Jisung memandang Chenle dalam diam sebelum dia membuka mulutnya, "Chenle-ya."

Yang dipanggil hanya melirik Jisung sesaat sebelum kembali fokus pada tabletnya. Jisung yang melihat itu menarik nafasnya perlahan.

Ini sudah terjadi setiap hari dalam hampir satu tahun belakangan. Jisung rasa sudah waktunya untuk memperbaiki semuanya dimulai dari menegur Chenle yang sibuk dengan dunianya sendiri di waktu sarapan.

"Chenle-ya, makan terlebih dahulu."

"Nanti."

Jisung menggeleng. "Chenle-ya—"

"Pasti akan aku makan, Jisung." Chenle menjawab acuh tak acuh.

"Chen—"

"Biarkan aku mengerjakan pekerjaanku!"

Jisung merasa seolah dirinya ditampar dengan keras hingga tidak bisa berkutik. Butuh beberapa saat hingga dirinya bisa menarik dirinya dari momen yang terjadi. Jisung kembali mencoba meluluhkan Chenle.

"Chenle-ya, aku yakin itu bisa dikerjakan nanti."

Chenle kembali meliriknya, tapi kali ini tatapan lelaki itu dingin. Kemudian pasangannya itu menarik nafas dan menghelanya dengan kasar. Helaan itu menusuk Jisung dan menghasilkan rasa yang lebih sakit dari teriakan yang ditujukan kepadanya sebelumnya.

Chenle bangun dari kursi dan pergi, meninggalkan Jisung dengan makanannya yang tinggal separuh. Keheningan sudah menyelimuti sarapan pagi mereka selama hampir setahun dan Jisung tahan selama itu, tapi keheningan hari ini jauh lebih menyiksa dari yang pernah ada. Keheningan yang ini benar-benar hening dan benar-benar membuat Jisung merasa hampa.






--

Z bawa yang baru lagi :D

Kalau kalian tau lagunya, mungkin kalian udah bisa liat arah cerita ini ke mana. Apa chapter pertama ini udah kasih spoiler ke kalian?

Atau mungkin kayak liriknya Spoiler:

Should I watch till the end? Or should I leave now? What if there's a twist? [Haruskah aku tonton hingga akhir? Atau haruskah aku pergi sekarang? Bagaimana jika ada "kejutan"?]

Spoiler [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang