Chapter 8
Maybe you and I were already heading toward the end from the first place
✴️
Jisung memejamkan matanya, menikmati belaian lembut yang ibunya berikan di kepalanya.
"Kau tiba-tiba datang tanpa Chenle, memasang senyum palsu, dan terus mengalihkan pembicaraan jika Eomma bertanya tentang Chenle. Ada apa? Kalian bertengkar?"
Jisung tersenyum miris. Setidaknya jika mereka bertengkar Jisung bisa mengetahui letak kesalahannya karena Chenle bukanlah orang yang akan diam saja ketika mereka bertengkar. Suaminya itu akan mengutarakan amarahnya sembari memukul dada Jisung, hingga akhirnya menangis ketika amarahnya reda. Situasi yang Jisung hadapi sekarang berbeda.
"Aku tidak tahu..." Jisung menghela nafasnya. "Sepertinya Chenle sudah tidak ingin bersamaku lagi."
Ibu Jisung mengerutkan dahinya. Merasa sedikit aneh dengan apa yang didengarnya. "Dia berkata begitu?"
Jisung menggeleng. "Dia menjadi begitu dingin, tidak tersentuh. Dia..." Jisung mengatur nafasnya begitu dia merasakan desakan pilu yang membuat matanya berkaca-kaca. "Dia tidak ingin berlama-lama denganku, berusaha sebisa mungkin untuk menghindariku."
Ibu Jisung merentangkan tangannya dan Jisung pun menghambur ke dalam pelukan ibunya. Ibu Jisung mengusap punggung anaknya dengan lembut sembari menenangkan anak satu-satunya itu.
"Mungkin dia hanya kelelahan karena pekerjaannya. Dia orang yang sangat sibuk."
"Tidak," Jisung menggeleng. "Sebelum ini dia tidak seperti itu jika kelelahan. Dia tampak sedih, Eomma. Dia tampak sedih ketika bersamaku."
Jisung membuat Chenle sedih. Suami yang sangat dia sayangi bersedih karenanya, karena tidak lagi ingin hidup bersamanya.
"Cobalah kau tanyakan padanya terlebih dahulu, nak. Eomma tidak ingin ada penyesalan."
Jisung menjauhkan dirinya dari ibunya dan tersenyum sendu. "Hampir satu tahun dia seperti itu. Mungkin selama ini dia ingin menceraikanku, tapi mungkin dia tidak ingin menyinggungku dan memutuskan untuk tidak mengatakannya."
Ibu Jisung menggeleng. Ketika pertama kali bertemu Chenle, mata lelaki itu selalu berbinar setiap kali memandang Jisung. Ibu Jisung bisa merasakan betapa besar rasa sayang dan cinta yang dimiliki Chenle untuk putranya. Rasanya sedikit aneh untuk mendengar cinta sebesar itu hilang hanya dalam waktu yang sebentar.
"Mungkin sejak awal, pernikahan ini terlalu kupaksakan. Mungkin Chenle tidak menginginkannya, mungkin dia menerima kar—"
"Jisung-ah," ibu Jisung yang tidak tahan lagi menyela asumsi anaknya. "Semua itu hanya asumsi. Perceraianmu akan konyol jika dilandasi oleh asumsi. Pastikan dulu semuanya dengan Chenle, hm?"
Jisung menatap ibunya sebelum dia menunduk. Jisung menggeleng dan tak lama kemudian dia terisak.
"Aku menyayanginya, tidak ingin kehilangannya."
Ibu Jisung mengangguk. "Ibu tahu, ibu tahu itu. Karena itu bicarakan dengan Chenle agar kau bisa melihat kesempatan yang ada. Ibu tidak mengenal Chenle sebaik dirimu, tapi ibu tahu Chenle mencintaimu, sangat mencintaimu."
Jisung tidak membalas, hanya terus terisak. Dia tidak sanggup lagi mengatakan apa pun.
"Akan Eomma hubungi konsultan kenalan Eomma. Pernikahanmu pasti bisa diselamatkan, pasti. Eomma yakin."
Andai Jisung bisa sepercaya diri ibunya. Dia dulu sepercaya diri itu, tapi sudah retak berkeping-keping karena sikap dingin Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spoiler [JiChen | ChenJi] ✓
Fiksi Penggemar✨A Story by Z✨ [Project no. 1] Mungkin kau dan aku adalah sandiwara yang gila dengan akhir yang sudah ditentukan sejak adegan pertama Mungkin kau dan aku berjalan menuju akhir sejak adegan pertama ▶️JiChen / ChenSung / ChenJi ▶️NCT ⚠️BxB