III - Netta kembali?

8 2 0
                                    

*Fyi, nama tokoh Aksa aku ganti jadi Jule ya, maaf yang udah baca dari awal. Karena udah banyak yang pakai nama Aksa jadi aku ganti. Welcome Jule.*

- Selamat membaca -

Pukul 8 pagi Caca berjalan dari halte bis untuk sampai ke café. Ia, Jule, dan Fadil harus datang ke cafe sebelum jam 10. Di hari keduanya ini, Caca memakai celana kodok selutut berwarna cokelat membalut kaos warna cream-nya disertai dengan scarf cokelat bermotif yang menutupi lehernya.

Caca melangkah riang dengan tangan yang membawa paperbag cokelat sambil bersenandung. Kuncir kudanya berayun-ayun mengikuti irama langkah.

Gotcha! Jarak café hanya tinggal beberapa langkah. Dengan senang hati, Caca mempercepat jalannya.

"Selamat pagi!" ucapnya saat ia membuka pintu café, membuat semua orang yang berada di dalam menoleh ke arah sumber suara.

Namun kenyataannya, hari ini tak sesempurna rencana Caca. Yang ada, Caca malah terpaku. Matanya memandang Jule dan seorang wanita tengah duduk menatap ke arahnya. Entah kenapa, moodnya langsung turun drastis. Hatinya tak karuan. Campur aduk dengan rasa sedih, rasa ingin tau, dan rasa ingin menyerah.

Siapa dia? Pacar baru Kak Jule kah?

Sementara Jule, ia memandang Caca bingung. Di hadapannya, terdapat dua wanita. Yang pertama mantan gadisnya dan satu lagi, rekan kerjanya. Tapi kenapa Jule jadi khawatir saat Caca datang? Hati Jule merasakan desiran hangat saat pandangnya bertatap dengan Caca. Sedangkan di sisi lain, nama Netta masih terukir dibalut rasa kecewa yang mendalam.

Suasana café yang hening beberapa detik dipecahkan oleh kedatangan Fadil. Ya, Fadil sang penengah masalah datang dari gudang dengan beberapa kantong plastik yang dibawanya. Langkah Fadil terhenti. Matanya membelalak saat melihat keberadaan Netta. Ditambah Caca yang masih berdiam di pintu café dengan tatapan sendunya.

"Eh Ca! sini! Bantuin siap-siap."

Caca tersentak. Ia mulai tersadar dari perdebatan di hatinya.

"Ah iya." ucapnya lantas melangkah menghampiri Fadil. Namun semakin melangkah, jantungnya berdegup sangat cepat saat melewati meja yang di duduki Jule dan Netta.

"Permisi, heheh." Caca menunjukan deretan giginya pada Jule.

Menurut Jule, sungguh sial harinya saat Netta menampakkan wajahnya lagi. Jule menatap kedua bola mata Netta. Bola mata cokelat yang hampir setiap hari ia tatap, dulu. Kini semuanya berbeda. Ada rasa yang Jule rasakan namun tak bisa ia utarakan.

"Jadi, ada apa?"

"Ekhem." Netta berdehem sambil menegakkan tubuhnya.

"Pertama, aku mau minta maaf soal waktu itu. Aku tau kamu kecewa. Banget pasti. Maaf baru nemuin kamu sekarang. Tapi ini pilihanku Le. Maaf udah buat kenangan buruk di hidup kamu."

Netta menarik napasnya dalam saat melihat Jule terus terdiam tanpa mengatakan sesuatu.

"Kedua, makasih banget Le, kamu udah ada selama ini buatku. Dan,"

Netta mengambil sebuah benda dari dalam tasnya lalu menyodorkannya di depan wajah Jule.

"Ini untuk yang ketiga."

Prang!

"Kak Fadil!"

Jule dan Netta spontan menoleh ke arah meja pantry. Fadil. Dengan cengirannya ia membereskan beberapa barang yang jatuh dibantu Caca dengan wajah kesalnya. Tumpahan bubuk minuman itu membuat Caca dan Fadil harus bekerja dua kali lipat.

ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang