*Fyi, nama tokoh Aksa aku ganti jadi Jule ya, maaf yang udah baca dari awal. Karena udah banyak yang pakai nama Aksa jadi aku ganti. Welcome Jule.*
- Selamat membaca -
Dress putih gading selutut itu sangat amat cantik dan pas di tubuh gadis yang tengah memakai bando mutiaranya di depan cermin panjang. Ia tersenyum, butiran sprinkle yang tak berlebihan menambah kesan anggun saat dipakai. Ditambah lengan balon dan belt berwarna gold yang semakin mempercantik si gadis.
Pintu kamar gadis terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya tengah tersenyum menatap sang gadis lantas menghampirinya.
Wanita itu memeluk sang gadis penuh kasih sayang. "Anak ibu cantik banget." Sang gadis tertawa dan mengurai pelukannya.
"Gimana bu? Kurang apa?"
Lagi dan lagi wanita itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Engga ada Caca sayang, pas, cantik. Udah buruan pakai sepatunya, udah ada yang nunggu di depan."
Caca membelalakan matanya kaget. Caca mengambil sepatu hak tahunya yang berwarna putih dan tak lupa menyelempangkan tas cream-nya.
Sementara Jule, duduk di motor menjadi pilihannya untuk menunggu Caca. Kemeja putih dengan celana cream sangat serasi dengan Caca hari ini, tanpa mereka berdua sadari. Oh iya, sehabis percakapan di telfon waktu itu, Jule mencoba membuka hatinya dan memulai lembaran baru. Ia mulai menerima segala perhatian kecil yang Caca berikan dan kembali menjadi Jule yang dulu, sebelum sebuah bara menghantam hatinya dan membuat luka. Dan kehadiran Caca, mampu memercepat sembuhnya segala luka.
Suara langkah yang mendekat mengalihkan perhatian Jule dari ponselnya. Dan ya, sudah pasti ia terperangah. Dengan cepat, senyumnya pun merekah. Dan bisa Jule putuskan hari ini, ia mulai tertari kepada Caca.
"Hai!" Sapa Caca saat dirinya berada tepat di hadapanya.
"Cantik." Dan Jule, mulai tak menutupi rasa kagumnya pada Caca seperti kemarin.
"Makasih Kak, ayo jalan."
Kali ini, ibu kota mengalah, membiarkan indahnya untuk dua orang yang tengah kasmaran. Bunga dalam hati mereka merekah sangat indah. Sepanjang jalan, sesekali Jule melirik spion, menatap sejenak wajah Caca dengan rona merah di pipinya.
"Ca!" panggilnya sedikit keras.
"Hah? Kenapa?" balas Caca dengan nada yang sama. Laju motor yang tak pelan ditambah angin yang cukup kencang membuat mereka harus membesarkan suaranya.
"Nggak mau peluk lagi?"
"Hah?! Nggak jelas Kak!"
Jule tertawa karena ide jahilnya. Ia menarik satu tangan Caca yang memegang jaketnya untuk melingkar di pinggangnya, memeluknya, untuk kedua kalinya. Caca kaget. Baru saja ia ingin menarik tangannya, Jule memegangnya terlebih dahulu.
"Nggak ada yang marah kan Ca?" teriaknya yang membuat Caca tersenyum lebar dan menautkan kedua tangannya, melingkari pinggangnya. Jule melihat spion, mendapati Caca yang tengah bersandar padanya, menyembunyikan rona merah dipipinya.
Kalau kalian tanya, kemana rasa kecewa Jule? Perlahan tertup. Hal itu membuat Jule tak harus berdebat keras dengan suara-suara di pikirannya. Dan takdirnya, Caca datang membawa bahagia baginya. Dan yang Jule rasakan sekarang, secepat mungkin, ia harus menjadikan Caca gadisnya, hanya untuknya.
Sore ini, dari kejauhan dua orang yang tengah bahagia menguasai jalan menuju pelaminan. Ornetta Aprillia menautkan tangannya dengan Ananta Dirga Perwira. Tak lupa dengan sebuah bunga di genggaman Netta. Musik mengalun dengan lembut ditambah sorak sorai para tamu undangan yang ikut bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Release
Teen FictionKalian pasti pernah kecewa kan? Dan pastinya, pernah gagal dalam kisah cinta. Begitupun dengan Aksa. Kisah percintaan yang berangsur lama harus kandas dalam semalam dan dunianya berubah menjadi hampa. Marah? kecewa? pasti. Namun, seorang gadis berka...