Chapter 07 ♡

3K 131 2
                                    

HUGE THANKS buat Vote, Comment & Follow~~💕

Makasihh juga buat readers.. Lumayan buat tambah" ya hehe, tp klik vote lebih Makasiihh lagi☺☺☺

☆☆☆☆☆

Beberapa hari sebelum waktu sewa kost habis, Hazel sudah membuat keputusan bahwa ia setuju satu atap dengan Adam semata-mata untuk menghemat pengeluaran. Dia kemudian mengemasi barang sedangkan Adam hari ini tak berkunjung karena ia harus pergi keluar kota urusan pekerjaan, katanya.

Meski masih belum yakin itu Luz atau bukan, tapi dia berusaha meyakinkan diri. Sejauh ia pergi bersama Adam, sikap keduanya hampir sama bahkan warna kulit dan mata mereka tak jauh berbeda.

Tapi kenapa perasaan Hazel masih mengganjal. Seperti ada kesalahan yang ia perbuat. 

Dan ketika datang pikiran seperti ini, Hazel mengucap pada diri sendiri kalau semua akan baik-baik saja. Sejauh ini Adam tak pernah melepas kaos di hadapan Hazel, mungkin merasa canggung. Meski begitu ia berusaha yakin kalau tanda lahir berbentuk kelopak bunga itu pasti ada disana.
  
Malam harinya.

"Bagaimana gelangnya? Semua pelayan kuberikan itu." Ucap Theo sambil tersenyum.

Hazel menatap pergelangan tangan, sebuah gelang tali warna hitam menghias disana. Telunjuknya menyentuh ujung berbentuk pipih itu lalu melihat Theo. "Terima kasih."

"Dipakai ya, jangan dilepas. Aku tak lama bekerja disini, anggap saja kenangan untukmu."

"Oh, kau bukan asli distrik?"

"Tidak, aku pendatang. Jangan dilepas ya."

"Iyaa. Kulepas kalau sudah rusak."

Hazel suka diberi hadiah. Ia akan bersikap dingin ketika berada di situasi asing namun sikapnya akan sangat berubah jika seseorang memberi hadiah kecil untuknya.

Yah mungkin saja Theo bisa menjadi teman baiknya untuk menghilangkan kesan kalau Hazel anti sosial.

☆☆☆

Tepat dihari sewa kost habis.

"Perlu kujelaskan ulang perjanjiannya?" Tanya Hazel memastikan bahwa kali ini tak ada kesalahpahaman.

"Hahahah.. jangan membuat ini terdengar cukup resmi." Sahut Adam sambil tertawa.

"Hmm, kalau begitu biar kuganti pertanyaannya." 

"Apa itu?" 

"Kenapa kau sangat baik padaku padahal kita baru mengenal."

"Baru? Ah, tidak juga. Aku mengenalmu sejak lama kok."

"Maksudnya?"

Adam tersenyum lalu melangkah lebih dekat, menutup pintu kamar Hazel lalu mempersempit jarak keduanya. "Kau sungguh tak mengenalku?"

"???"

"Lupakan saja, aku cuma bercanda." Setelah mengucap itu, Adam menjauh sambil membantu mengemasi barang yang lain.

Tak ada satu jam merekapun meninggalkan kamar kost menuju rumah Adam yang letaknya sedikit ujung dari pusat distrik. Jika akan bekerja, Hazel cukup naik bus sekali. Cukup keluar dari gang mereka bisa menemukan tempat makan, supermarket dan taman hiburan kecil.
Cukup nyaman disini bahkan sangat nyaman. 

Hunian ini memang tampak biasa dan mungkin sebagian orang menganggapnya kumuh tapi siapa yang menyangka lantai, dinding hingga furniture di dalamnya tampak cukup modern dan bersih.  

Seperti perumahan, rumah-rumah disini kebanyakan disewa dan tampak hampir sama satu dengan yang lain. Yang membedakan tarif adalah interior dan letaknya. Dua mobil tak bisa melintas secara bersamaan, jadi jika kebetulan berpapasan maka salah satu harus mengalah. Meski begitu bisa dikatakan tak ada mobil yang sudi melintas di gang sempit ini.

LULLABY FOR HAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang