"kau mencintai Tsukishima? Bocah brengsek itu? Hahahaha astaga Boke. Tapi, tenang saja aku akan membantumu dan kau harus membantuku. Sepakat? "Tubuh Hinata jatuh. Suara mobil dan motor yang sedang melaju diatas jembatan meredam suara tangisan bocah orange itu.
Ucapan Kageyama, wajah bahagianya, gerakan tubuhnya, semua itu terus berputar dikepala Hinata yang membuatnya menangis lagi. Hatinya yang sudah terluka, semakin sakit saat mendengar jawaban itu. Padahal Hinata berharap Kageyama merasa cemburu, walaupun hanya sedikit. Namun, semuanya hanya angan-angan kosong saja. Kageyama terlihat bahagia akan kebohongan itu.
Hinata memukuli dinding jembatan dengan penuh amarah. Dia marah pada Kageyama, marah pada dirinya sendiri dan marah pada takdir hidupnya yang selalu tidak adil.
Dia mencintai voli, tapi Tuhan tidak membuat tubuh yang tinggi untuknya. Hinata harus berjuang lebih keras kerenanya. Dan sekarang saat dia mencintai Kageyama, takdir membuat lelaki itu untuk tidak pernah memandang kearahnya.
Seorang pria tinggi yang tidak asing berdiri diujung jembatan. Tubuhnya tertutupi oleh salju. Sepertinya orang itu sudah ada disana sejak tadi. Hinata tidak menyadari keberadaan orang tersebut, sampai orang itu berbicara dengan suara yang sangat dikenalnya
"apa yang sedang kau lakukan? "
Hinata membalikkan badan, membelakangi orang itu. kemudian mengusap matanya yang memerah.
"apa yang kau lakukan disana Tsukhisima?" suaranya masih bergetar saat Hinata berbicara. Dia juga terlihat sangat panik dan malu karena Tsukhisima melihat kondisinya yang menyedihkan.
Tubuh Hinata menegang saat telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Dia tidak berbalik untuk menatap Tsukishima.
"apa yang akan kamu lakukan jika melihat seorang bocah kecil berlari menuju bawah jebatan, menangis ditengah salju seperti ini? " ujar Tsukhisima
Hinata memejamkan matanya erat, akhirnya berbalik dan menatap Tsukhisima. Laki-laki yang paling tinggi itu masih memakai seragam karasuno. Wajahnya juga terlihat pucat.
"silahkan tertawa bresengsek" gurutu Hinata. Dia memalihkan wajahnya pada ujung sisi lain jembatan
"kenapa aku harus tertawa? "
"karena kau paling suka saat aku menderita. Bukannya sekarang sosok ku terlihat menyedihkan? " ucap Hinata dengan pahit.
Keduanya terdiam. Tsukshima tidak tertawa, dan Hinata hanya berdiri kaku sambil menatap ujung jembatan.
"kita pulang"
"apa? "
Tsukshima menatap Hinata datar, "kita pulang. Aku kedinginan"
Hinata mengerjapkan mata, agak bingung. Hinata semakin bingung saat lelaki itu menuntut untuk mengikutinya.
"kenapa aku harus pulang dan mengikutimu? Kenapan kamu tidak tertawa? Kenapa-"
"berhenti berbicara cebol! "
Hinata terdiam sambil megikuti sosok Tsukishima. Mereka berdua berjalan dalam diam. Hinata menatap punggung Tsukshima sambil memikirkan tingkah laki-laki itu yang sangat aneh
"aku menyukai Tsukshima"
Langkah Hinata terhenti. Wajanya pucat dengan mata yang melebar terkejut. Apa Tsukishima mendengarnya? itulah kenapa dia terlihat sangat aneh. Hinata menatap pungung Tsukishima yang semakin menjauh.
Apa yang harus dia lakukan jika Tsukishima mendengarnya? Hinata mengigit jarinya, panik. Dia tidak mau membohongi Tsukishima. Hinata sudah cukup menderita karena membohongi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The same love
FanficHinata Shouyou hanya ingin mengungkapkan perasaan cintanya pada Kageyama, tapi entah kenapa setiap kali ungkapan itu akan terucap, keraguan selalu muncul, menghentikannya untuk berbicara. Pada akhirnya Hinata harus memendamnya kembali, dan entah sam...