Lima

5 6 10
                                    


Setelah kejadian kemarin malam di kafe, jangan pikir kyra berhenti menggangu keenan. Justru sekarang ia semakin gencar mendekati keenan. Dari mulai selalu memberikan perhatian seperti mengingatkan makan, minum juga walaupun dibalas acuh, namanya juga usaha! Berniat selalu memberikan bekal setiap pagi di sekolah, walaupun ia tahu keenan tak berniat memakan bekalnya.

Benar saja, pagi ini seperti yang ia rencanakan kyra sedang berdiri didepan kelas menunggu keenan datang. "Duh lima menit lagi bel, kemana sih yayang keenan!" Perasaannya campur aduk, ia khawatir terjadi sesuatu pada keenan.

Bodo amat dirinya dikatakan lebay. Sehari saja ia tak melihat keenan hatinya resah! seperti ada yang kurang.

"Woy!" Kyra terlonjak kaget mendapati kedua sahabatnya tengah berkacak pinggang dengan mata melotot, kyra yakin sebentar lagi ia akan mendapat ceramah panjang lebar dari kedua cecurut itu.

"Bentar lagi bel. Masuk kelas!" Perkataan tegas esha tak membuat niat kyra gentar. Kyra harus memastikan keenan terlebih dahulu masuk sekolah.

Kyra bergeming tak berniat beranjak sedikitpun. Lilin dan esha hanya bisa pasrah. Kyra menatap bingung sahabatnya. "Loh? kalian ngapain ngikut ngikut nunggu disini?"

Lilin tersenyum. "Lo kan nungguin si keenan, dia dateng pasti bareng yang lain dong! nah gue ikut nunggu disini biar sekalian modus sama si ezra."

Kalian ingat waktu itu lilin pernah berkata ia suka ezra yang humoris? Ternyata perasaannya semakin besar ingin memiliki hati sang empu.

"Yeuu bisa bae modusnya sylan!"

"Hadeuh mending lo pada duluan ke kelas dah, ntar gue salamin ke si ezra."

Lilin dan esha serempak menggeleng. "Gak! pokonya gue sama lilin harus bareng lo ke kelasnya!" Lilin mengangguk menyetujui.

"Serah lo ah siti!"

"Ngapain kalian didepan pintu?"

Mereka melirik bersamaan mendapati bu Ismi yang sedang menatap mereka bingung. "Ehehe emm ini bu anu euu anu bu."

Kyra memutar bola malas. Una anu una anu mana ngerti bu ismi! kesalnya dalam hati.

Kyra tersenyum sumringah. "Biasa buu nungguin mas suami!"

Bu ismi menggeleng heran tak habis pikir dengan kyra. "Pacarannya nanti, sekarang kalian kembali ke kelas." Kyra hanya pasrah. Mau tak mau ia menurut. Sebelum ia berbalik, ia menatap bu ismi penuh harap. "Bu saya nitip ini buat keenan ya bu! bilang aja dari istrinya! trus kasih tau juga bu jangan lupa dimakan soalnya saya buatnya spesial pake rasa cinta dan kasih sayang!"

Lagi lagi bu ismi menggeleng. "Bisa aja kamu. Yaudah kalian ke kelas sana! Nanti biar ibu kasih keenan kotak bekalnya dari sang istri!"

Kyra terseyum puas. " Hehe makasih ibuu. Ibu emang paling the best!"

"Debest debest ndasmu! dibelakang mah ngata ngatain bu ismi janda! hadeuh!" Batin esha dongkol.

"Yaudah kalo gitu kita ke kelas ya bu, assalamualaikum!" Pamit kyra.

Bu ismi mengangguk lalu memasuki kelas hendak mengajar. "Hilih manis banget mulut lo tong!" Esha memukul pundak kyra pelan dibalas cengiran tak berdosanya.

"Demi keenan inimah!"

****

"Sungguh kenikmatan mana lagi yang kau dustakan abian."

"Halah! giliran bolos aja bilang begitu! Coba kalo disuruh ngerjain soal ke depan kaga ada lu bilang gitu!" Semprot daffin.

Abian diam tak berniat membalas ucapan daffin. Yang penting sekarang ia bisa bebas dari pelajaran sejarah! pikirnya.

Saat ini mereka berada di markas. Tak ayal dareen pun ikut terseret bolos bersama mereka. Walaupun dareen termasuk orang paling pintar diantara mereka, ralat bukan hanya diantara mereka ia termasuk jejeran siswa pintar di SMA BHINABAKTI yang kerap kali mengikuti lomba Matematika antar sekolah. Ia juga ingin lari dari pelajaran sejarah.

Ia paling tak suka pelajaran sejarah! sangat membosankan menurutnya.

Berbeda dengan keenan, ia tak ikut membolos melainkan murni kesiangan. Bagaimana bisa seorang keenan membolos dimata  pelajaran kesukannya!

"Udah berapa lama kita kaga ngumpul di markas njir!" Ezra yang sedari tadi diam memakan mie isntan, tiba tiba teringat terakhir mereka menghabiskan waktu berasama di markas ini.

"Gue jadi kangen kita kumpul lagi kayak dulu." Ujar abian menerawang masa lalu.

"Dahlah. Yang dulu biarin berlalu. Yang terpenting jadiin pelajaran buat kita biar gak ngulangin kesalahan kayak waktu itu." Sebenarnya daffin juga rindu pada masa masa mereka berkumpul bersama. Ah ia jadi teringat seseorang.

"Udah ah! Enggak usah diungkit lagi kita harusnya ikhlasin  dia  supaya tenang disana." Dareen tersenyum tipis. Benar yang ezra katakan. Mereka harus ikhlas!

****

Keenan berlari melewati kelas kyra. Sayangnya kyra tak melihat keenan melewati kelasnya. Pagi ini keenan terlambat! ia menyesal tadi malam menemani adik perempuannya begadang!

Beruntung saat ini lorong sepi, jika saja tidak sudah dipastikan banyak kaum hawa menjerit histeris melihat keenan saat ini. Terlebih baju seragam yang ia kenakan basah oleh keringat, kancing baju bagian atas terbuka, rambut sedikit acak acakan menambah kadar ketampanannya!

Setelah sampai diambang pintu kelasnya ia meminta ijin bu ismi untuk mengikuti pelajarannya. "Permisi bu, boleh saya masuk?"

Semua murid dikelasnya menoleh mendapati keenan yang semakin hari semakin tampan! sebagian siswi perempuan menjerit tertahan. "Gilaa dia yang keringetan, rahim gue yang anget!"  Gumam salah satu siswi.

Bu ismi tersenyum mengangguk membiarkan keenan masuk. Bu ismi tipikal guru ramah. Ia mengijinkan siapa saja yang terlambat untuk ikut serta dalam pelajaran. Karena itu sudah tugasnya memberikan ilmu, bukan hukuman.

Terlebih ia tahu pasti sebelum memasuki kawasan sekolah ia dihukum terlebih dahulu oleh guru yang berwenang menghukum murid yang melanggar aturan sekolah.

Keenan berjalan menuju kursi tempat ia duduk. Sebelum bokongnya mendarat sempurna di kursi, suara bu ismi terdengar memanggilnya. "Oh iya! Keenan, ibuu dapat titipan dari pacar kamu."

Alis keenan mengkerut heran. Pacar? Siswi perempuan dikelas itu juga sama herannya dengan keenan. Keenan punya pacar?  Begitulah tanya mereka dalam hati.

Tanpa bertanya, keenan menerima kotak bekal beserta satu botol air minum. "Kata pacar kamu, jangan lupa dimakan itu dibuatnya spesial pake rasa kasih sayang dan cinta!" Ujar bu ismi terkekeh pelan. Ada ada saja, jadi ingat masa muda!

Keenan berdehem kembali duduk. Sudut bibirnya ia tarik tipis. "Dia gak marah soal kemarin malam?"  Dengan cepat ia menggeleng, kembali pada kesadarannya. Apaan sih gue! mau dia marah atau engga, bukan urusan gue!

****

TBC

NEXT?

KAGA ADA YANG JAWAB TEGA LU!

😭







K Y R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang