"Kenalin, aku Rara."Rara mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya di depan Anjani yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari.
"Ga nanya." Anjani tidak sekalipun melirik Rara dia hanya memasang wajah cemberut dan mulut nya yang terus menggerutu tidak karuan.
"Ini Caca, itu Salsa, yang di sana keii dia memang pendiam." Rara tidak pantang menyerah untuk berteman dengan Anjani, dia malah memperkenalkan teman-teman yang ada di kamar nya dan terus menjelaskan sifat teman-teman nya yang berbeda-beda.
"Lo budeg apa tuli? Gua ga peduli ada siapa-siapa aja di sini! Mau ada satu orang, dua orang, bahkan sekampung di sini pun gua ga peduli Ra!" Bukannya berterimakasih kepada Rara, Anjani malah memaki dan berkata kasar kepada Rara yang sedari tadi hanya diam.
"Alhamdulillah, udah inget nama aku. Nanti kalo ada apa-apa di luar, panggil aja."Rara membalas dengan senyuman ramah dan berbalik pergi meninggalkan Anjani.
"Bodoamat! Ga butuh gua bantuan lo!" Anjani membentak kesal kepada Rara yang begitu angkuh menjawab omongan-omongan kasar yang di lemparkan kepada nya.
"Beruntung kamu masuk ke kamar ini, kalo di kamar lain udah pukul kali tuh mulut kasarmu!" Ujar Caca seraya mengambil mukenah dari lemari. Matanya tidak menatap Anjani, ia hanya bergumam kecil dengan nada yang sedikit menyindir.
Anjani hanya tersenyum paksa mendengar perkataan Caca bukan nya Anjani sakit hati lantaran perkataan Caca melainkan Anjani sudah lelah meladeni mereka satu persatu. Anjani hanya bisa diam dengan tatapan kosong seraya membereskan baju-bajunya ke dalam lemari.
"Anjani mau bareng?" Salsa bertanya seraya menghampiri Anjani.
"Bareng? Bareng kemana?"
"Ke Masjid, kita sholat dzuhur"
"Oh harus yaa"
Anjani berbalik menghadap Salsa dan diam sejenak lantaran ia bingung baru pertama kali nya ia di ajak untuk sholat ke Masjid bersama teman nya. Shalat saja masih bolong-bolong bahkan terkadang hampir tidak pernah sedang kan sekarang di suruh sholat berjamaah di pesantren pasti nanti ada kakak kelas yang akan berjaga memantau gerakan dan bacaan sholat mereka.
Anjani tidak terlalu hafal dan tau bacaan-bacaan dalam sholat biasanya ketika Anjani di suruh sholat dengan bunda nya ia hanya berlagak komat-kamit seakan ia sangat khusyuk dan tau bacaan-bacaannya.
Anjani hanya mengangguk mengiyakan seraya mengambil mukenah dan hanya bisa mengikuti kemana Salsa pergi.
Tidak berselang lama Anjani dan Salsa tiba di sebuah Masjid yang cukup besar seperti lapangan. Anjani mulai melangkah masuk dan bergegas untuk wudhu.
Anjani duduk di samping Salsa seraya memakai mukenah nya. Ini baru pertama kalinya Anjani kembali sholat setelah 2 bulan lama nya ia berhenti sholat.
"Duhh panas benerr, mana rame banget kaya gini lagi, ini juga bukan nya langsung di mulai aja pake segala sholawatan dullu." Keluh Anjani seraya mengipas-ngipas kan wajah dengan mukenah nya.
"Belum adzan"
"Ya tinggal adzan aja apa susah nya sih" Anjani malah semakin sewot mendengar jawaban dari Salsa yang membuat ia tidak bisa lagi menahan emosi.
Tidak berselang lama sholat dzuhur pun di mulai semua jama'ah berdiri untuk mendengar kan iqamah seraya bersiap untuk memulai, begitu iqamah selesai salah satu kakak yang sedang berjaga berteriak.
"Ayoo niat dulluu!" Ia berteriak tepat sekali di belakang Anjani seraya memukul-mukulkan rotan yang ada di tangannya seakan-akan itu adalah ancaman.
"Niat sholat beginian apaan...gua kaga apalll" Bisik kecil Anjani seraya memukul-mukul kecil tangan Salsa yang sedang khusyuk ingin bertakbiratul ihram.
Salsa menurunkan kembali tangannya seraya menatap bingung Anjani "kok niat sholat aja ga hafal trus kalo sholat baca apa?" Desir hati Salsa bingung.
"Heh malah bengong! Cepettt" Anjani membangun kan Salsa dari lamunannya karena Anjani cukup panik di belakang Anjani ada kakak penjaga yang tidak henti-hentinya menatap Anjani dengan tajam.
"Ah udahlah lammaa!" Kesal Anjani seraya menghentakkan kaki.
Salsa tidak memberi tahu niat sholat ke Anjani, sedangkan Anjani sudah lupa dengan seluruh niat sholat. "Ah ya sudah lah asal juga gapapa kan?"
"Shuwishuwis shuwishshuwishhh allahuakbar" Anjani tidak bercanda ia benar-benar sama sekali tidak tahu bacaan-bacaan sholat.
Rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud, yang terdengar dari bacaan Anjani hanya "Shuwishuwis shuwishshuwishhh" Sebenarnya mantra apa itu?
Hingga akhirnya sholat pun selesai walaupun hanya di iringi dengan bacaan yang di buat-buat Anjani, tapi sholat kali ini berjalan lancar dan damai.
Anjani dan Salsa melangkah keluar dari Masjid selepas mereka melipat mukenah. Tidak berselang lama Anjani dan Salsa berjalan beriringan tiba-tiba Salsa melirik kebelakang dan langsung menunduk seraya berjalan cepat sambil menggandeng Anjani.
Anjani kebingungan melihat tingkah Salsa yang tiba-tiba menjadi aneh "ada apa ini sebenarnya?" Desir hati Anjani betanya-tanya.
"Jangan lihat kebelakang" Salsa tiba-tiba berbisik kecil kepada Anjani dalam tundukannya.
"Kenapa?"
"Kalo di bilang jangan nengok ya jangan! Ga perlu tau!"
Anjani ingin menurut kepada Salsa untuk tidak menoleh ke belakang tapi rasa penasaran Anjani mulai mengebu-gebu tidak tertahan kan.
Anjani tiba-tiba berhenti mendadak dan dengan percaya diri ia menoleh kebelakang dengan mata yang begitu penasaran.
"G...g-gara-gara dia?" Anjani mematung kaget setengah mati ketika melihat siapa yang ada di belakang nya sedari tadi.
"Ikh dibilang jangan nengok! Bodo banget si ah! Rasa ingin menghilang" Salsa tidak kuat menahan malu ketika Anjani dengan percaya diri nya melihat siapa yang ada di belakang.
Tidak pakai lama Salsa langsung melarikan diri tanpa pamit meninggalkan Anjani sendiri menghadapi orang yang tidak sama sekali ia kenal.
Brian bingung apa yang terjadi antara anak baru ini dengan Salsa, Brian pun hanya bisa diam menunduk seraya menjaga pandangan terhadap Anjani begitu pun juga Anjani, Anjani hanya diam memikirkan cara agar dia bisa juga kabur tetapi dengan cara yang tidak terlalu memalukan.
Anjani teriangat di saku androk yang ia pakai terdapat satu batang coklat yang tidak sengaja Anjani bawa ketika berangkat. Anjani mulai merogoh saku androk dan mendapatkan sebatang coklat itu dan langsung Anjani keluarkan tanpa pikir panjang.
"Ekhm" Brian yang mulai tidak nyaman hanya diam di tempat Brian pun ingin melangkah pergi meninggalkan Anjani tapi tiba-tiba Anjani.
"Eh ini tadi aku nengok mau kasi ini bye!" Anjani langsung menyodorkan coklat nya dan bergegas pergi sambil melambaikan tangan seraya tersenyum ramah.
"Coklat? C-coklat? Kalo orang kasih coklat apa artinya??" Lantur Brian sambil menatap coklat yang ia terima dari orang yang sama sekali Brian tidak mengenalnya.
Setelah beberapa saat Anjani berlari akhirnya pun Anjani bisa berhenti dengar tentang dan aman.
"Ganteng, sholeh, baik, pinter, kurang apa lagi coba itu orang pantesan banyak yang antri di belakang, dan sekarang gua bisa liat dia setiap hariii! Ya Allah nikmat mana lagi yang aku dustakan... Biarlah aku menikmatinyaaa."
"Eitss tapi seganteng-ganteng nya dia orang, tetep aja my baby honey darling Abiann dong yang nomor satuu... Eh tapi kok dari pagi baby ga telepon ya? "
Anjani mulai berbicara sendiri di gang menuju kamarnya seraya tersenyum sambil memeluki mukenah yang ia pegang entah kehaluan apa lagi yang Anjani bayangkan sekarang.
.
***
Jangan ditiru ya gess yang sholat!
Bacaan sholat harus bener! Okey**
Oke maksii yang udah bacaaa
Jan lupa votementnyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Pondok
Teen FictionMasuk pondok pesantren bukanlah bagian dari buku rencanaku, bahkan TIDAK ADA. 6 tahun aku SD dan 3 tahun aku SMP di salah satu sekolah negeri ternama di kotaku, jadi ga heran anak-anak nya sebanyak apa. 3 tahun aku SMP menjadi anak nakal, pacaran...