"Anjani loncat!!!"
"Ga beranii"
"Sinii aku tangkep bee"
Keii berteriak seraya memberikan aba-aba untuk loncat saja ke bawah dari pada nanti malah ketahuan oleh kaka-kaka OSIS yang sedang berjalan ke arah mereka.
'BRUKK'
"HAP"
Tidak di sangka-sangka ternyata Abian benar-benar menangkap Anjani dengan mulus dan selamat.
"HEH LAGI NGAPAIN KALIAN?!!"
2 orang kaka OSIS berjalan cepat ke arah ke empat sejoli yang terlihat panik berkeringat dingin di sekujur tubuh nya.
"Eh kak Briann" Ucap rendah Caca sambil menundukkan kepala malu-malu di hadapan Brian yang ikut berlari menghampiri mereka berempat.
"HEH! MALAH BEGITU! ga liat di sebelah nya ga kalah ganteng?" Ujar kak Rio seorang santri biasa tanpa jabatan tapi sangat dekat dengan Brian jadi masih ada koneksi untuk bolos dengan alasan di panggil ketua OSIS.
"Bwlekk..! Maaf kak rada mual abis makan es teh" Ujar Rara menyindir dengan tampang serius.
"E..eh ini kak tadi kita ga sengaja ngelempar sendal Keii ke atas jadi nyangkut, makanya pake tangga hehe ya kan Keiii" Jelas Salsa seraya menyenggol kecil tubuh Keii untuk memberi koneksi bahwa itu benar.
"I..iya kak bener"
"Kalian ngapain ngelempar-lempar segala? Lagi bully?" Lanjut kak Rio memanaskan suasana.
Anjani dan Abian yang mendengar dari balik tembok hanya bisa diam tidak bersuara dan tidak berani menancapkan gas duluan. Anjani dan Abian hanya bisa saling tatap menatap menunggu peperangan di balik tembok usai.
"Yaudah balik ke kamar aja sekarang" Ucap kak Brian dengan suara lembutnya yang bisa membuat semua terdiam memandang indahnya suara ini.
"Oke kak! Kaka juga balik yaa yuk barengg hehe kan gaenak ninggalin kaka berdua di sini" Rara mengajak semua nya ikut balik bareng agar Anjani dan Abian yang menunggu di balik tembok bisa segera pergi.
'Trak trak trak'
Suara langkah pun mulai menjauh dari pendengaran telinga Anjani. Kira Anjani mereka semua sudah menjauh pergi dari tempat awal, tapi ternyata..?
"Ayo yang! Udah kali tuh" Ajak Anjani seraya memijak stang kaki di motor Abian.
'Brungg'
Mendengar sesuatu di balik tembok Brian reflek secara tiba-tiba berbalik kebelakang berlari kencang dan memanjat tangga dengan sangat cepat.
"HEH ANAK BARU!!! KETAUAN KAMU YAA!"
Brian berhasil memergoki Anjani dan Abian yang sedang saling berpelukan di atas motor yang di gas begitu kencang.
Mendengar itu Anjani langsung menoleh kebelakang dengan gelagat panik ketakutan memikirkan "apa yang akan terjadi pada teman-temannya jika seperti ini?" Tapi Abian tetap menancap gas tidak perduli dengan apa yang ada di belakang nya.
"Udahlah bebyy, kan udh sama aku pasti aman kok"
"Kamu pikir bisa di selesain dengan uang lagi?! Mereka berbeda tauk!"
"Kita nikmatin aja dullu waktu kita berduaan"
Abian memegang tangan Anjani yang mengepal di baju Abian seraya mengelus tangan Anjani yang sudah basah karena keringat nya yang bercucuran.
*
"Jadii kalian bersekongkol?" Ucap Brian serius terhadap empat sejoli yang hanya bisa menundukkan kepala.
"Ngak kok kak.. Anjani janjiin kita mau bawa sesuatu dan katanya juga dia cuma kali ini aja keluar, karena kita kasihan yaudah kita bantu" Caca menjelaskan dengan rinci sesuai apa yang di katakan Anjani sebelumnya.
"Emangnya kalian kenal cowo itu siapa?? KALO DIA DI APA-APA IN GIMANA?? siapa yang mau tanggung?!"
"Emang lo siapa nya? Ngekhawatirin banget kayaknya pfftt" Kak Rio memecah suasana dengan godaan kecil yang di lontarkan kepada Brian.
"NAMA BAIK PESANTREN KITA BISA HANCUR BRO! lo fikir apa?!"
"Kalian berempat, besok di hukum! Sekarang balik kekamar!"
*
"Sialan emang si Anjani!"
"Astagfirullah.. Istighfar caa, sabar ajaa" Ujar Rara menenangkan Caca yang dari tadi menggerutu tentang Anjani.
"Hancur sudah kharisma ku sebagai siswa teladan huhu" Salsa bergumam kesal terhadap Anjani seraya berjalan dengan rasa kesal yang menggebu-gebu.
"Yahh mau gimana lagi.. Kita sendiri yang sepakat buat bantu dia" Keii berbicara dengan tenang seakan sudah tahu semuanya akan terjadi.
"Besok gimana ini?! Giillaa sih ga kebayang mallu nya kaya apa!"
***
1 Minggu kemudian
Yang awalnya hanya satu hari, kini satu minggu sudah berlalu. Kedua orang tua Anjani sudah di hubungi sejak satu hari kehilangan Anjani, entah kemana perginya anak itu hilang seperti di telan bumi.
"Nakk, kamu kemana siih"
Derai air mata sudah mengalir di pipi sang ibu seraya terus menelpon Anjani berkali-kali. Beberapa anggota kepolisian dari manca daerah telah dikerahkan sejak 4 hari yang lalu, tapi hasilnya nihil untuk bertemu dengan Anjani.
Seluruh anak-anak santri dan santriwati pun ikut gempar akan kehilangan Anjani yang sudah berhari-hari tidak di temukan.
"Kita bersalah banget ga si malah izinin Anjani keluar?" Ucap polos Rara dengan dengan wajah penuh merasa bersalah melihat ibunda Anjani yang tidak sanggup pulang kerumah dan hanya bisa menangis di tempat.
"Iya, tapi mau gimana lagi waktu ga bisa di ulang Ra"
"Kalo Anjani nanti diapa-apain sama laki-laki itu gimana? Kalo misalnya Anjani pulang dengan keadaan...."
"Shhht! Gaboleh ngomong gitu! Positif thinking aja!" Salsa memotong omongan Caca yang sangat sakit jika terdengar oleh pihak keluarga.
***
Tengah malam tepat pada jam 00.00 wib.
"Sreek sreek" Seseorang mengendap-endap beriringan masuk ke arah gerbang pesantren yang sepi tidak ada satupun penjaga kalau itu."LOH? ANJANI?"
***
Maaf gess dikit.. Ini up yang ada dullu aja.. Makasii yang udah bacaa see youu
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Pondok
Ficção AdolescenteMasuk pondok pesantren bukanlah bagian dari buku rencanaku, bahkan TIDAK ADA. 6 tahun aku SD dan 3 tahun aku SMP di salah satu sekolah negeri ternama di kotaku, jadi ga heran anak-anak nya sebanyak apa. 3 tahun aku SMP menjadi anak nakal, pacaran...