2 [First time in pondok]

41 27 29
                                    

"Bun plis lahh" Lirih Anjani memohon pada sang bunda yang sedang membayar seragam untuk dirinya.

Bunda bergegas pergi tanpa menghiraukan Anjani yang terus memohon untuk membatalkan pendaftaran ke pondok pesantren yang menurut Anjani begitu asing dan hanya penjara bagi anak-anak.

"Eh Ustadzah, tolong di antar dan mohon bimbingan nya ya ustadzah." Bunda tersenyum ramah kepada seorang kakak Ustadzah yang kelihatannya begitu baik dan ramah.

Bunda berbalik menghadap Anjani dan menatap Anjani dengan tatapan sedih seraya menggenggam tangan Anjani dan berkata. "Bunda juga terpaksa masukin Anjani kesini, Anjani yang betah ya."

Bunda memeluk Anjani dengan erat dan melepaskannya seakan hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu. Bunda hanya bisa menahan tangis melihat kepergian anak bungsu perempuan satu-satunya yang ia punya.

"Bunda, bunda beneran mau buang aku kesini?!!"

"Gabisa bunn, aku punya pacar! Nanti kalo dia minta putus gimana?!! BUNDAA! masih banyak urusan yang belum aku selesain!! AYAH! BUNDAA!! KALIAN JAHAT!!"

"Anjani gamau ketemu sama kalian lagi!!!"

Anjani hanya bisa berteriak dari kejauhan karena ia sudah keburu di tarik oleh kakak-kakak ustadzah nya. Hijab pashmina Anjani pun semakin berantakan ketika ia berontak emosi kepada sang bunda.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, Anjani mulai menjauh dari Bunda dan Ayahnya bahkan bayangannya sudah tak terlihat sedikitpun. Melihat kanan dan kirinya, semua orang menatap Anjani dengan ramah bahkan hampir semua orang tersenyum manis kepadanya.

"Ih apa-apaan sih kayak orang gilla senyum-senyum sendiri."

"Itu namanya sapaan"

Kakak Ustadzah hanya bisa menggelengkan kepala melihat perkataan dan tingkah laku Anjani yang tidak punya sopan santun sedikit pun.

"Ada apaan sih tuh rame bangett, ada makanan? Pada lebay banget sih"

Anjani melihat segerombolan wanita berseragam layaknya anak pesantren sedang mengerubungi satu tempat.

Tidak lama Anjani memandangi dari kejauhan, keluarlah seorang laki-laki dari tengah gerombolan itu. Adem rasanya ketika pertama kali melihatnya, ramah, ga sombong, sopan lagi sama semua orang.

"enak juga masuk sini bisa sekalian refresing, cobaa aja ngeliat dia tiap hari."  Anjani hanya bisa memandangi wajah indah itu dari kejauhan, dari jauh saja sudah terasa dag dig dug nya gimana jika dari dekat.

Laki-laki itu mulai berjalan mendekat ke arah Anjani bermaksud untuk melewati jalanan yang ada di depan Anjani. Laki-laki itu menundukan kepala dan tersenyum ramah ke arah Anjani dengan maksud ingin menyapa.

"Ih apaan senyum-senyum ke gua, gatel banget tuh cowo, UDAH PUNYA PACAR GUAA!"  Bukannya membalas sapaan Anjani malah meneriaki nya seperti maling.

Mendengar itu Ustadzah langsung menghentikan obrolan dengan temannya dan langsung menghampiri Anjani yang sedang emosi.

"Maaf ya Brian, dia anak baru"  Ustadzah langsung menunduk meminta maaf kepada Brian yang kebingungan atas ucapan Anjani.

Ustadzah langsung menghampiri Anjani dan menarik tangan Anjani untuk ikut pergi dengannya. Mata semua orang tertuju pada Anjani seakan-akan mereka marah karena ucapan Anjani.

Anjani bertanya-tanya dalam hatinya 'apa yang salah sama ucapan gua?' Anjani terus berpikir bahwa dirinya memang mengatakan yang sebenarnya.

"Mbak, uy! Gua di bawa kemana ini dari tadi di tarik-tarik mullu, mau putus nih tangan lama-lama." Anjani dengan santai nya memanggil Ustadzah lantaran sudah capek dari tadi hanya di tarik dan disuruh jalan, 'kau pikir aku ini sapi?' decih hati Anjani bergumam.

Tidak berselang lama sang Ustadzah tiba-tiba berhenti disuatu tempat seperti rumah tapi dalam nya hanya berisi kamar tidur. Anjani melongo kaget ketika melihat tempat itu. Jemuran handuk ada di mana-mana, berisik, ramai, isinya perempuan semua lagi.

"I-ini kamar ku mbak?"

Ustadzah hanya menganggukkan kepala dan langsung mengangkat koper-koper dan barang-barang Anjani lainnya. Sedangkan Anjani hanya diam di tempat meratapi nasib seraya membayangkan betapa sengsara nya ia di sana, pikir Anjani saat itu.

"Anak-anak ini adalah teman baru kalian, mohon bantuannya." Ustadzah berteriak seraya memperkenalkan Anjani kepada orang-orang yang ada di sana.

"Udah ya Anjani aku tinggal dullu, jangan lupa nanti sholat berjamaah ya."

"Tapi mbakk"

Ustadzah tidak lagi menghiraukan teriakan Anjani ia langsung pergi meninggalkan Anjani seorang diri bersama para teman baru nyanya yang sama sekali belum Anjani kenal.

"Akhhh ribet banget sih" Gerutu Anjani seraya masuk ke kamar untuk membenahi tempat tidur nya.

Anjani melihat ke kanan dan kiri semua kasur tingkat yang ada di sana sudah terisi penuh, hanya ada satu kasur dan lemari di ujung ruangan yang masih kosong tapi dari kejauhan lemari kayu nya terlihat tidak terawat dan cukup berdebu.

"I-itu kasur sama lemari gua?" Orang-orang di sana hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Anjani.

"KOTOR BANGET! SENGSARA BANGET KAYAKNYA GUA HIDUP DI SINI!!!!!" Anjani berteriak kesal seraya membanting tas nya yang sedang ia genggam.

Semua orang di sana kaget bukan main ketika melihat kelakuan Anjani yang astagfirullah tak karuan.

"Astagfirullah...kamu ga boleh berprasangka buruk seperti itu, tinggal di sini enak kok. Sini aku bantu beresin"
Salah satu santri menghampiri Anjani dan membantu Anjani untuk beberes.

*

Hanya ada 5 orang santri dalam satu kamar termasuk Anjani. Salsa seorang santriwati terbaik setiap tahunnya, dari mulai akhlak, perkataan, sopan santun, dan juga pintar. Caca seorang santri yatim yang humoris, caca sudah menjadi santri sejak ia masih duduk di bangku kelas 3 SD jadi dia sudah terbiasa dengan peraturan-peraturan yang ada.

Keii seorang santriwati pendiam dan tidak banyak bicara setelah satu sahabat terbaik nya meninggal karena kecelakaan. Rara seorang santriwati berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan tapi tekad ia untuk meraih mimpi nya setinggi langit.

Anjani seorang santriwati baru yang tidak tahu arti kata 'sopan dan santun' sifatnya yang semena-mena membuat orang lain sedikit menjaga jarak dengannya. Apa masalah yang akan di lakukan Anjani di kemudian hari?





******



Dahlah.

Love In PondokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang