"Assalamu'alaikum, ini dengan orang tua Anjani?""Mohon maaf ya pak saya kurang sopan, Bapak di panggil untuk menghadap Kepala sekolah atas kesalahan yang di perbuat Anjani pa."
Hampir setiap bulan Ayah menerima telepon dari pihak sekolah. Bukan tentang belum belum bayar seragam, buku, ataupun uang kas, tapi tentang kelakuan Anjani yang begitu bar-bar.
Sifat Ayah yang penyayang dan sabar, membuat Anjani malah semakin menjadi-jadi dengan kenakalan nya. Ayah hanya bisa diam melihat kelakuan Anjani yang begitu absturd, entah keturunan siapa hingga bisa menjadi seperti itu.
*
"Anjani kenapa lagi pa sekarang?" Ujar Ayah ketika bertemu dengan kepala sekolah, bukannya tidak sopan tapi memang sudah terbiasa berhadapan dengan Kepala sekolah yang tidak kunjung ganti, hingga bosan lihatnya.
"Anjani memanjat pagar sekolah untuk kabur, dan menyiram guru BK dengan air got yang hitam." Ujar pa kepala sekolah dengan tatapan serius dan sinis terhadap Anjani.
Ayah langsung melihat Anjani dan dengan mengerutkan dahinya menandakan perang ke-3 akan di mulai.
"He-he.. " Anjani yang takut akan kemarahan Ayahnya hanya bisa diam membeku meratapi nasib yang sudah di depan mata.
"Ayah..tapi Anjani cuma bercanda sama gurunya! Dia nya aja yang baperan." Anjani mengejar sang Ayah yang berjalan cepat meninggalkan ruang kepala sekolah.
Ayah terus berjalan tanpa memperdulikan anak gadis nya yang sudah berderai air mata seraya meminta maaf atas perbuatan nya yang semena-mena.
'Ngueeng' Ayah menancap gass pergi dari sekolah tanpa pamit atau meninggalkan sepatah kata, hanya jejak nya yang tertinggal.
Anjani dengan cepat menghapus air matanya dan melambaikan tangan seraya tersenyum manis ke arah punggung Ayah.
"Gimana beb? Akting aku baguss bukann??." Anjani berbalik kebelakang yang ternyata sudah ada sang pujaan hati, siapa lagi kalo bukan anak motor miliarder Abian Baron cashel.
" Iya-iya dehh.. Tapi hukuman ga bisa di hindari!" Abian mencubit pipi tembem Anjani yang begitu besar seperti bapau yang di tempelkan.
"Besok kita lulus bebb... Tenang ajaa"
"Kamu mau masuk mana emang? Kayaknya 24/7 setiap hari sama aku"
"Gatau!." Jawabnya singkat dan langsung pergi meninggalkan Abian yang masih membeku di tempat.
2 HARI SETELAH KELULUSAN
Berangkat pagi pulang malam, berangkat pagi pulang malam, berangkat pagi pulang malam. Hanya itu yang setiap hari Anjani lakukan bahkan terkadang ia tidak pulang hingga 3 hari lamanya.
Bukan untuk bekerja, ikut organisasi ataupun perkemahan, tapi hanya untuk nongkrong bersama teman-teman dan pacar nya di pinggir jalan layaknya anak muda pada biasanya.
Tidak jarang juga Anjani mengikuti balap-balapan motor bersama teman pacarnya itu, kadang juga sampai mabuk-mabukan.
Pulang dengan bau sendawa alkohol yang begitu kuat membuat Ayah dan Bunda merasa salah dengan didikannya. Bunda lemas ketika setiap harinya Anjani pulang dengan bau Alkohol yang begitu menyengat dan muntah-muntah yang terus menerus Anjani keluarkan tanpa henti.
Sykur-syukur jika Anjani pulang dengan normal tanpa alkohol, tapi itu jarang terjadi. Anjani pulang jam 3-5 subuh membuat orang-orang dan tetangga memandang Anjani dengan sebutan 'cewe nakal' ataupun 'cewe murahan'.
Bahkan tidak sedikit tetangga-tetangga Anjani yang mulai menjauh dari keluarga Anjani. Banyak fitnah atau gosip-gosip yang beredar di sekitaran komplek maupun di luar komplek.
01/02/2018
01:30"Assalamu'alaikum, Anjani pulanggg" Anjani membuka pintu dan berjalan masuk dengan kaki yang terhuyung ke kanan dan kiri.
"Hari ini hari terakhir kamu main-main kaya gini, nanti pagi kita berangkat ke pondok" Bunda datang dengan mukenah yang masi menempel dan bawah mata yang terlihat lebam.
"Apaan sih bun, Anjani udah ga mempan ditakut-takutin kayak gituu" Anjani langsung masuk kamar dan menutup nya rapat-rapat.
7:30
"Anjani, bangun! Anjani!!!"
Anjani meraih handphone yang berada di sebrang kasur dan melihat jam yang berada di lockscreen handphone nya.
"Masih pagi bunn, bunda mau ngingetin aku balapan? Yaudah dehh"
Anjani langsung bangun dan keluar kamar, melihat sekitaran sudah ada banyak koper dan barang-barang dia yang tertata rapih Anjani membulatkan matanya dan bertanya-tanya dalam hatinya 'Ada apa ini?!'.
"B-bundaa, A-anjani mau di usir..?" Ujar Anjani dengan suara yang rendah dan air mata yang sudah menetes membasahi pipi lembutnya.
"Udah, gausah banyak tanya lagi... Ayo berangkat aja sekarang! Bunda udah ga sabar" Bunda menarik-narik tangan Anjani kearah mobil yang sudah siap jalan.
*
"Bunda udah gasabar buang aku gitu?!! Bunda udah ga sayang lagi sama Anjani?!"
Ayah dan kakak Anjani memasukkan koper dan barang-barang Anjani dengan cepat.
"Udah pah, kita berangkat sekarang aja! Anjani ganti baju di mobil aja"
"Bunda mau bawa aku kemanaaaa"
Anjani seketika nangis tersedu-sedu ketika mendengar sang bunda berbicara dengan nada yang begitu tinggi, seakan-akan semua amarah telah di pendam sejak lama.
'Apakah aku benar-benar akan di buang begitu saja? Sejahat inikah Bunda dan Ayahku?!' Otakku terus bertanya-tanya hingga rasanya kepalaku ini ingin pecah saja.Sepanjang jalan aku hanya bisa diam mematung seraya memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Ayah dan Bunda. Setelah lama memikirkan hal yang tidak berguna itu lambat laun aku tertidur dengan pulas.
Tak lama aku memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara yang begitu ramai dari balik jendela mobil. Perlahan aku membuka mataku dan melihat ke sekeliling. Namun ada satu tulisan yang membuat ku tersentak kaget hingga rasanya jantung ini berhenti berdetak begitu saja.
"P O N D O K P E S A N T R E N ? "
***
Bagaimana kisah selanjutnya antara Anjani dan pondok pesantren?
***
*tanggal ngasal*
Thank youu yang udah bacaaa
Happy eid al-adha semuaa
Btw 🐄sapi/🐐kambing kalian udah jadi apa nih di komporr??
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Pondok
Novela JuvenilMasuk pondok pesantren bukanlah bagian dari buku rencanaku, bahkan TIDAK ADA. 6 tahun aku SD dan 3 tahun aku SMP di salah satu sekolah negeri ternama di kotaku, jadi ga heran anak-anak nya sebanyak apa. 3 tahun aku SMP menjadi anak nakal, pacaran...