Bagian Satu

3.4K 247 24
                                    

Sorry for typo(s)

Haechan melenguh kecil,  membuka mata lalu melihat jam dinding yang masih menujuk pukul 3 pagi. Ini dini hari, terasa dingin namun dia harus merelakan selimut tebalnya.

Bagaimana tidak? tenggorokannya begitu kering, minta di aliri air dingin.

Dengan berlahan dia turun pelan, dia tidak ingin membangunkan Jeno yang terlelap di sofa ukuran besar. Sebenarnya Haechan tidak masalah jika mereka berbagi kasur, tapi pria besar itu mengatakan akan lebih baik jika mereka tidur terpisah.

°•°•°•°•°

LilBuna
Present

Fanfiction

Book 2 of

Karma

Mark Lee
Haechan Lee
Jeno Lee
Jaemin Na

°•°

Genre : Angst, Romance, family
Chapter : Multichapter
Rate : M

Happy Reading

°•°•°•°•°

Haechan yang pada dasarnya malas berdebat mengiyakan, toh ini lebih baik. Sungguh meskipun keduanya sudah terikat tapi belum ada yang berubah, keduanya masih berperasaan sama. Haechan maupun Jeno, belum ada yang membuka hati,

Ya setidaknya untuk sekarang tapi, masih menjadi misteri untuk masa depan.

Pria manis itu memelankan langkah kaki kala mendengar suara samar-samar dari arah dapur. Haechan sedikit mengintip menemukan sosok lain yang tengah memakan sesuatu di iringi cahaya remang nan samar. Haechan meneguk ludanya gugup, apa dia manusia? mengingat ini pukul 3 pagi.

Bisa jadi itu mahluk halus?

Haechan merinding namun pemikirannya di patahkan akan panggilan dari sosok di bawah lampu remang.

"Haechan?"

Si manis bergerak gugup, tersadar dari lamunan  jauh kesana. "M-Mark Hyung, apa yang kamu lakukan?"

Mark berhenti mengunyah, menatap heran Haechan. Seharusnya dia yang mengatakan itu. Kenapa Haechan memantung seperti manusia tidak bernyawa disana, malam-malam lagi.

"Seharusnya aku yang berkata demikian, apa yang kamu lakukan?"

Mark kembali memakan mie tanpa menunggu jawaban apapun dari Haechan. Pria dominan itu sangat kelaparan, sumpah demi apa Mark tidak pernah memakan makanan siap saji macam begini. Dia lebih baik kelaparan tapi mungkin saja Mark kerasukan, dia menjadi rakus seminggu ini.

Ini terasa begitu gila, dia masih ingat betul memakan banyak sekali makanan berlemak dan rendah protein.

"Ingin minum Mark Hyung,"

Mark menganguk, untuk sekarang mie ini terasa lebih nikmat dari pada memandang Haechan. Perutnya harus di isi, dia tidak bisa berfikir apapaun lagi selain memakan mie.

Haechan menatap Mark yang begitu enaknya memakan mie, pria manis itu meremat botol minuman lalu mengelus perutnya sendiri. Mie itu terlihat sangat menggoda, cara Mark memakan  sungguh membuatnya ngiler.

Menyadari akan mata yang mempelototi, Mark mendongak menaruh sumpitnya menyodorkan mie yang dia makan ke arah Haechan.

"Makanlah, jangan terlalu banyak ini tidak baik untuk kehamilanmu."

Mark bangkit hendak meninggalkan Haechan namun Pria manis itu berceletuk kecil, semakin meremat botol air itu. Mengucapkan suara samar-samar,

"Eum Mark Hyung tolong temani aku," Haechan duduk sebelum melanjutkan suara. "Aku sangat takut dan bayiku ingin sekali memakan mie itu kumohon,"

Mark berbalik duduk di depan Haechan tanpa bersuara, terus menatap bagaimana cara mulut kecil itu menyeruput mie. Padahal dulu, saat Haechan memakan mie. Mark tidak pernah mau makan. Pria itu terus mengatakan bisa mati muda, jika mengkonsumsi pengawet.

"Aku sudah bilang, kenapa tidak bisa pelan-pelan?"

"Ini enak sekali, aku mau satu lagi."

"Tidak!" Mark menolak cepat merebut panci di tangan Haechan, Pria itu membawanya pergi. "Kamu harus segera tidur, aku yang akan membereskannya. Haechan cepat kembali kekamarmu atau Jeno akan kelimpungan mencarimu."

Tutur Mark, suara itu terdengar biasa tapi tidak ikhlas. Dia mengatakan seolah-olah mampu namun nyatanya tidak. Haechan terdiam, dia masih ingin disana mengikuti semua gerak - gerik yang di lakukan Mark.

"Aku bisa mencucinya Mark Hyung,"

Haechan hendak mendekat namun Mark berjalan kesamping memberikan jarak lagi untuk mereka. Haechan yang menyadari ketergangguan Mark merubah wajah menjadi mimik sendu, Mark tidak mau di dekati dan rasanya sakit sekali.

Matanya mulai memanas, hamil di usia ini sangat sensitif. Pelakuan apapun mampu membuatnya terluka. Apalagi penolakan nyata dari pria ini. Jujur Haechan sangat membenci Mark, tapi dia tidak bisa berbohong berdekatan dengan orang ini bisa membuatnya tenang.

Dia tidak bisa menyangkal, jatuh cinta pada Mark adalah hal terindah yang dia punya.

Namun sekarang semua seakan percuma, Mark bukan miliknya. Begitupun sebaliknya, dia milik Jeno. Pria yang sudah memberikan kehidupan baru, memberikan anak ini kehidupan yang sebenarnya tidak pernah Haechan pikirkan.

Jeno pria baik, seharusnya dia senang bukan malah meratapi masa lalu seperti ini.

"Kamu berhak bahagia Haechan, aku sudah banyak menyakitmu memberikan luka yang banyak. Aku akan mengubur perasaanku, tidak akan pernah menganggu kehidupanmu lagi. Jeno dia pria baik, disini hanya aku yang berhak menderita bukan dirimu," Mark mengatakan dengan pedih, namun apa yang harus dia lakukan lagi.

Berharap kembali pada Haechan pun percuma. Sekalipun ada kesempatan, dia terlalu bajingan untuk Haechannya.

"Mark Hyung, kamu tahukan aku membencimu?"

"Aku tau,"

Siapa yang tidak tau, seharusnya memang begitu. Itulah sebabnya Mark akan mundur, dia juga berjanji pada Jaemin.

Jika, apapun yang terjadi Jeno dan Haechan harus bahagia.

Keduanya sudah memutuskan memilih takdir ini, menjadi manusia yang lebih menderita. Toh ini kesalahan mereka, Mark harus bertanggung jawab.

"Sampai rasanya aku sangat muak melihat wajah jelekmu itu,"

"Aku akan pergi dari rumah ini, kamu tidak perlu khawatir. Bubu pasti akan mengijinkan setidaknya aku masih berada di korea. Aku berjanji wajah jelekku ini akan segera enyah dari pandanganmu."

Haechan membisu, namun kembali mengatakan kalimat yang membuat hati Mark semakin bimbang, "Aku memang membencimu, tapi tidak dengan bayi ini, dia sangat merindukan Papanya. Apa yang harus ku lakukan jika dia terus mendorongku untuk melihatmu?"


[TBC]

Hayo gimana?


©LilBuna




KARMA [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang