35. Witness

4.5K 169 0
                                    

Di depan gedung yang berdominasi warna abu tersebut nampak terlihat banyak wartawan yang mengerumuni kedua manusia yang tampak sangat kontras dibandingkan manusia yang ada disekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan gedung yang berdominasi warna abu tersebut nampak terlihat banyak wartawan yang mengerumuni kedua manusia yang tampak sangat kontras dibandingkan manusia yang ada disekitarnya. Sama-sama memakai jas, dengan wajah ketampanan yang khas serta perawakan tubuh yang hampir mirip. Siapa lagi kalau bukan Edgar Williams beserta sang ayah Alexander Williams.

Keduanya sangat kompak menghadiri panggilan kepolisian untuk menjadi saksi pembunuhan para istri masing-masing. Memang benar, Edgar sedang tidak ada di rumah karena ada keperluan
bisnis keluar meski sebenarnya ia menginap bersama Rasya di rumahnya yang baru. Sedangkan Alexander, memiliki hobi baru dengan belajar memanah bersama beberapa temannya. Di tempat memanah tak jauh dari rumahnya.

Jadi sebenarnya mereka berdua benar-benar tidak sedang ada di tempat kejadian. Melisa juga jarang sekali berpamitan pada suaminya itu jika bepergian, menjadikan Alexander benar-benar tidak tahu kemana perginya Melisa pada hari dia latihan memanah. Ia sangat menyesal karena hari itu ia malah pergi latihan, dibandingkan diam rumah dan tahu kemana perginya Melisa.

Dengan sigap para penjaga manusia milyuner ini langsung mencegah para wartawan untuk menghalangi tuannya. Membiarkan ayah dan anak itu masuk kedalam mobil dan segera pergi melajukan kendaraannya menjauh dari kantor polisi yang tengah ramai tersebut.

Polisi memberitahu beberapa barang bukti, yaitu sebuah pisau buah, dua handphone para korban, serta beberapa barang yang terkena noda darah. Sulit sekali menebak siapa pelaku yang sebenarnya, karena dimungkinkan tidak ada orang lain selain para korban di tempat kejadian. Di dalam ruangan juga tidak dilengkapi CCTV, dan yang tertangkap dari rekaman CCTV luar yaitu hanya mobil Melisa yang masuk ke dalam area rumah Edgar.

Dan masih butuh penyelidikan lebih dalam, sehingga hingga hari ini belum ada yang dapat dijadikan tersangka. Namun polisi memang mencurigai Katia, karena hanya handphonenya lah yang terkena noda darah meskipun hanya sedikit.

Setibanya di rumah Edgar langsung membereskan barang-barangnya ia juga dibantu Lee, asisten barunya karena semenjak kematian Katia juga kepindahan Rasya di rumah baru. Edgar menjadi sangat kewalahan ia tidak dapat mengerjakan pekerjaan kantor ditambah dengan kasus kematian Katia dan ibunya. Ia juga tidak bisa sebebas seperti sebelum pembunuhan terjadi. Karena wartawan juga semakin tambah rajin mengincar dan mencari tahu tentang kehidupan pribadinya. Dan itu sangatlah merepotkan.

"Lee masukan saja semua dokumen yang ada di rak ini ke koper. Jangan ada satu pun yang tertinggal!" Perintah Edgar dengan tegas. Berjalan-jalan di ruang kerja rumahnya, mengecek apa saja yang akan ia bawa ke rumah Rasya tepatnya rumah yang akan ditempatinya dengan Rasya.

Tanpa sengaja ia melihat sebuah kardus kecil yang tersimpan rapi di bawah meja. Ah, ia jadi ingat dengan kotak ini. Segera Edgar mengambil dan membongkarnya. Ini kotak barang-barang yang Katia pernah berikan padanya sewaktu mereka pacaran. Edgar tersenyum sangat manis, entah mengapa mengingat Katia yang dulu hatinya menjadi hangat kembali.

Ia melihat kaus kaki bola, topi merah marun, gelang hitam serta beberapa polaroid yang menampilkan kemesraannya bersama sang pujaan hati, Katia Emerald.

Ah, aku sangat merindukan ini Katia, aku sangat rindu saat kau masih semanis dulu, setiap hari aku selalu bingung aku merasa kau ada di sisiku, kau juga istriku tapi aku tidak pernah merasa aku menikahimu dan sampai terakhir kau mengandung pun aku tidak merasa kau sedang mengandung anakku, maafkan aku Katia telah menyiakanmu

Semoga kau tenang di sana bersama anak kita jika dia anakku

Edgar begitu sangat khusu memperhatikan potret-potret itu hingga ia tidak sadar bahwa dari tadi Lee memanggilnya.

"Tuan!" Lee berteriak di belakang Edgar membuat Edgar yang sedih terkejut.

Ia menoleh dengan mata yang di picingkan, "ada apa Lee? Kau menggangguku saja." Balas Edgar mendengus tak senang karena Lee mengganggunya. Dengan tak enak hati Lee memberitahukan maksudnya memanggil majikannya, "Maaf tuan saya tidak ber-"

"Langsung saja!" Potong Edgar tak sabaran.

"Di bawah ada seorang remaja yang mencari anda, saya sudah katakan tadi bahwa anda tidak ada di rumah namun remaja itu masih terus berdiri di depan, Ia ingin bertemu dengan anda." Jelas Lee dengan gugup, baru kali ini Edgar membentaknya. Ternyata galak juga jika Edgar sedang marah.

"Siapa?"

Lee memberikan ipadnya yang sudah terhubung dengan CCTV depan. Namun tak ada reaksi dari Edgar, ia tidak mengenal siapa remaja ini. "Saya juga tidak mengenalnya tuan, kalau tuan tidak ingin menemuinya biar saya usir sa-" ucap Lee yang terpotong lagi oleh Edgar.

"Tidak usah, biarkan dia masuk dan tunggu aku di ruang tamu. Aku akan ke bawah sebentar lagi." Perintah Edgar pada Lee. Ia harus membereskan dulu kotak ini terlebih dahulu, sedangkan Lee mengangguk patuh dan meninggalkan kembali Edgar sendirian di ruang kerjanya.

Jangan lupa tekan bintang dan follow author ya! Simpan di Library juga biar nggak ketinggalan, aku usahain next chapternya cepet, bye all!

I'am a MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang