Sepanjang hari-hari ujian, suasana akademi jadi berkali-kali lipat lebih berat daripada biasanya. Namun menjelang hari terakhir, semua orang begitu bersemangat menyiapkan festival Tanabata sekaligus pesta barbekyu itu.Arthur juga berpikir demikian, barangkali dia bisa memberi kontribusi lebih banyak pada pesta nanti. Karena itulah, dia segera menemui Wang Yao dari klub gourmet untuk membahas idenya.
"Aiyaaa, tak usah repot-repot begitu, kita sudah punya cukup makanan untuk pesta, aru." Dengan nada selembut mungkin, Wang Yao berusaha menolak ide ajaib dari Arthur.
"Tapi semua orang butuh makanan pembuka yang manis, akan kupastikan ada cukup scones untuk semuanya." Arthur tetap tidak mau kalah.
Wajah Yao memucat. Klub gourmet bertanggung jawab untuk mendata (dan mencicipi) makanan apa saja yang akan disajikan sewaktu pesta. Dan scone ajaib Arthur jelas bukan jenis makanan yang aman.
"Mu-mungkin kau bisa membantu di tempat lain," tawar Yao. "Oh, iya, katanya Alfred butuh tenaga tambahan untuk memasang batang-batang bambu di halaman, kau pasti bisa membantunya, aru!"
Arthur jelas kecewa, tapi Yao sungguh berharap pemuda itu mau berubah pikiran. Akhirnya, Arthur menghembuskan napas dan berkata, "Yah, apa boleh buat kalau begitu. Tapi aku akan tetap memanggang beberapa scones."
Yao menghela napas lega ketika Arthur berjalan menjauh. Bayangkan ada berapa lusin ambulans yang dibutuhkan jika dia menyanggupi ide itu.
Masih sedikit dihinggapi rasa kecewa, Arthur memutuskan mungkin sebaiknya dia kembali ke asrama dan melanjutkan belajar untuk hari terakhir ujian besok. Dia melihat Matthew di halaman asrama, kemudian Arthur ingat dia ingin meminta sedikit bantuan dari pemuda itu.
"Hei, Matthew, apa kau punya wakt--" Ucapannya terhenti ketika dia melihat seseorang yang sedang bicara dengan Matthew.
Matthew menoleh. "Ah, Arthur, ada apa, ya?" tanyanya. Tetapi Arthur jadi kehilangan minat ketika melihat Francis juga ada di sana. Sepertinya Matthew juga merasakan tekanan udara yang berat di antara keduanya, jadi dia menatap mereka berdua bergantian. "Lho, eh, ka-kalian berdua kenapa?" Dia bertanya gugup.
Francis menghela napas. "Nah, sudah ya, Matthew. Toh, aku masih harus mendata makanan untuk pesta bersama Yao dan Sadik. Sampai jumpa besok, adieu." Lalu dia pergi.
Matthew tahu, jelas telah terjadi sesuatu. Dia beralih kepada Arthur. "Arthur, apa kalian bertengkar lagi?"
"Yah ... ceritanya panjang ...." Arthur lalu menceritakan hari ketika mereka bertengkar memperebutkan foto, juga saat dia tak sengaja mengucapkan aku benci kau pada Francis. Dan sejak saat itu, hubungan mereka memang jadi lebih renggang.
"Tapi Francis sudah minta maaf, 'kan?" tanya Matthew setelah Arthur selesai bercerita.
"Sudah, dia langsung minta maaf sehari setelahnya." Arthur mengakui.
Matthew tetap kelihatan tidak puas. "Tapi bagaimana ya ... soalnya perkataan Arthur terkadang memang kasar, sih. Wajar kalau kalian berdua sekarang jadi canggung begini," katanya. "Sekarang bagaimana? Kamu juga pasti tidak ingin ini terus berlanjut, 'kan?"
"Se-sebenarnya, aku sedang memikirkan cara ...." Arthur berkata pelan. "Ada sesuatu yang kusiapkan untuk pesta barbekyu hari Minggu nanti. Dan untuk itu, aku butuh sedikit bantuanmu."
Matthew jadi penasaran. "Hm, apa yang bisa kubantu?"
Arthur menarik napas dalam. Hanya Matthew yang bisa dia mintai tolong soal ini. Setidaknya, pemuda itu pasti mengerti dan tidak akan mempermainkannya.
"Bisa tolong ajari aku bahasa Prancis?"
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanabata || FrUK [✓]
Fanfiction"Aku benci kau!" Kata-kata yang terucap tanpa disengaja, namun meninggalkan beban berat di hati. Ketika festival bintang begitu semarak, apakah ini saat yang tepat untuk berdamai dan memperbaiki hubungan? "Hei, kau tidak coba membuat permohonan aga...