Three

58 12 0
                                    

Rencana penyelenggaraan festival Tanabata selepas ujian sepertinya sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Semua orang tampaknya begitu antusias dan menawarkan bantuan untuk rencana itu. Tentu saja, tidak ada yang bisa menolak pesta di W Academy.

Anggota klub sihir juga sama bersemangatnya dengan semua orang. Ketika Arthur memasuki ruang klub hari ini, kertas-kertas warna-warni terlihat berserakan di meja.

"Hei, Arthur, ayo bantu kami memotong kertas-kertas ini," ajak Vladimir, yang menyerahkan dua lembar kertas dan gunting kepada Arthur.

Arthur memandangi kertas-kertas itu. "Hei, kalian juga serius tentang festival itu."

Vladimir nyengir. "Soalnya kedengarannya seru. Waktu kutanya Kiku kira-kira apa ada yang bisa kami bantu, dia minta tolong untuk membantu menyiapkan kertas permohonan ini. Apa namanya, tanjaku?"

"Tanzaku," koreksi Lukas. Dia juga terlihat sama antusiasnya, karena tanzaku bagiannya sudah dipotong kecil-kecil dan dipasangi pita pengait dinujungnya. Sekarang pemuda itu berkutat di atas buku catatannya, sibuk menulis sesuatu.

"Lukas bahkan sudah menyiapkan daftar permintaan." Vladimir memberitahu.

"Hm ... ya." Lukas melirik Arthur sekilas, kemudian kembali pada buku catatannya. "Semoga Emil mau memanggilku Abang, semoga Emil mau mentraktirku makarel panggang, semoga ...."

Karena tidak tega, Arthur memutuskan untuk membiarkan si Kakak-Kurang-Perhatian itu.

Vladimir kembali memotong kertasnya. "Buatku sih, permohonan itu cuma bonus. Tapi bisa bersenang-senang dengan semuanya itu asyik." Dia menatap Arthur. "Kalau kau, ingin buat permohonan apa?"

"Apa ya ... Mungkin asyik juga kalau aku bisa minta unicorn." Arthur menimbang-nimbang.

Vladimir terkekeh, gigi taringnya yang seperti vampir jadi kelihatan. "Kalau begitu aku juga, semoga aku bisa punya vila mewah di Transylvania. Kalau bisa yang ada vampirnya!"

Setelahnya, mereka melanjutkan pekerjaan sambil tetap mengobrol. Arthur hampir saja memotong jarinya ketika Vladimir menyeletuk, "Hei, kau tidak coba membuat permohonan agar hubunganmu dengan Francis semakin baik?"

"A ... apa ...." Arthur tergagap. "K-kenapa aku harus melakukan itu!?"

"Gimana ya ... kata-katamu terakhir kali itu agak kasar, sih," ucap Vladimir. "Kalau kau lihat ekspresi Francis setelahnya, dia shock banget, lho."

Namun, Arthur berusaha berkilah. "Yang mulai duluan 'kan dia, aku mana mungkin semarah itu kalau dia tidak punya ide menyebarkan foto memalukan itu."

"Tapi dalam hati kau juga merasa bersalah, 'kan." Lukas menimpali.

"Ya, 'kan. Kau pasti terus-menerus memikirkan soal itu." Vladimir sepakat. "Lalu dalam hati kau berpikir 'Waduh, perkataanku tadi kasar sekali, apa sebaiknya minta maaf padanya saja, ya' begitu."

"Apa sih yang kalian bicarakan." Arthur kelihatannya mulai kehilangan kesabaran. Dia berdiri, tetapi wajahnya merona. "Sudahlah, hari ini kegiatan klub cukup segini saja, aku mau pulang."

Sebelum Arthur sampai di depan pintu, dia berbalik dan mengambil kertas-kertas tanzaku yang belum sempat dia gunting. "I-ini akan kuselesaikan di asrama. Lalu mulai besok, kegiatan klub akan dikurangi, kalian juga harus belajar untuk ujian, ya."

Dengan itu, dia menutup pintu di belakangnya, meninggalkan Vladimir dan Lukas yang saling pandang.

"Dia itu ... nggak bisa jujur, ya."

-----

Tanabata || FrUK [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang