"Byul-ah! Apa kau akan memakan semua coklat itu dalam sehari dan mengabaikanku? Kemarilah."
Solar sudah jengah melihat Byulyi terus memakan coklat pemberiannya sejak 10 menit yang lalu. Bukan apa-apa, Solar hanya takut Byulyi terkena berbagai penyakit karena terlalu banyak coklat.
Byulyi membuang bungkus coklatnya lalu berjalan menghampiri Solar yang sudah lebih dulu duduk di sofa ruang keluarga.
"Unnie, apakah kau cemburu dengan coklat Belgia?"
Byulyi sebenarnya hanya berniat menggoda Solar, tapi yang didapat malah degupan kencang setelah melihat Solar menganggukkan kepalanya.
"Ah, tidak. Maksudku kau tidak bisa menghabiskan coklat sebanyak itu sekaligus," Solar berusaha mengatakan setenang mungkin untuk mengontrol dirinya. Ia memainkan ponselnya beberapa saat.
"A-aku mau pulang, Sowon mencariku. Sampai jumpa besok di sekolah, Byul."
Solar sudah berjalan menuju pintu utama diikuti Byulyi dibelakangnya. Ketika ia hendak keluar gerbang menuju halte terdekat, Byulyi seperti mendengar sesuatu tapi ia coba mengabaikan itu.
[♡]
"Kim Sowon! Yak! Dimana kau? Kim Sowon, aish anak itu. Kimㅡ"
"Unnie, astaga berisik sekali! Apa kau tidak bisa masuk dulu ke kamarku baru berteriak setelah tidak menemukan aku disana?" Sowon menatap garang kakaknya dari lantai dua di depan kamarnya tapi hanya dibalas cengiran ringan.
Solar segera berlari menaiki tangga masuk ke kamar Sowon mendahului pemiliknya.
"Ku pikir unnie akan pergi lama jadi waktu tenangku juga lebih lama. Sekarang ada apa?"
Solar duduk di ranjang berbalut sprai putih milik Sowon. Ia menepuk tempat di sebelahnya meminta adik yang lebih tinggi darinya itu duduk di sana.
"Aku ingin memastikan sesuatu."
"Katakan saja," Sowon sibuk dengan ponselnya. Solar yang geram akhirnya merebut paksa ponsel itu meminta Sowon fokus pada ceritanya.
"Kau tadi bilang kalau debaran, tatapan dalam diam dan lainnya itu adalah tanda jatuh cinta kan?"
"Kalau kau merasakan debaran ketika terlambat masuk ke sekolah berarti bukan jatuh cinta," jawaban Sowon barusan mendapat hadiah pukulan di lengan mulusnya.
"Aku serius bodoh."
"Aduh! Unnie, sendiri yang bilang kalau bisa jadi memang iya. Ada apa? Kau jatuh cinta?"
Solar lantas diam, ia menunduk memainkan bantal di pangkuannya.
"Aku... tidak tahu."
"Mungkin benar, terima saja perasaanmu unnie. Apa yang membuatmu begitu bimbang?"
"Apa mungkin aku menyukai perempuan juga?"
Sowon terlihat terkejut dengan pertanyaan kakaknya. Bagaimana mungkin kakaknya yang seorang perempuan menyukai perempuan juga.
"Mungkin. Begini, di luar sana banyak sekali hubungan sesama jenis. Mereka terlihat saling mencintai dan serasi satu sama lain. Kita bisa menyimpulkan kalau cinta bisa tumbuh pada siapa saja. Aku pribadi mengerti itu.
Tapi, kau tahu kalau orang tua kita tidak mengijinkan itu kan? Bahkan jika appa tahu mungkin beliau akan marah besar kepadamu."
Sowon meraih pundak kakaknya yang tengah menatap kosong ke depan. Ia berusaha menyalurkan ketenangan lewat pelukan.
"Aku boleh tahu kepada siapa kau menaruh hati?"
"Aku masih belum sepenuhnya yakin. Dengan Byulyi aku merasakan semua yang kau rasakan. Aku sudah bertahun-tahun berteman dengan Irene tapi aku tidak mengalami ini. Tapi dengan Byulyi aku bahkan belum mengenalnya selama sebulan, Sowon."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Fine [MOONSUN]
Random"Ini bukan akhir yang tak bahagia, tapi pertemuan kita adalah kesalahan yang tidak aku sengaja"